Lebih dari 300 Nakes di Sidoarjo Terpapar Covid-19, Satgas Desa Dioptimalkan
Lebih dari 300 tenaga kesehatan di Sidoarjo, Jawa Timur, saat ini terpapar Covid-19. Selain perekrutan sukrelawan, peran gugus tugas tingkat desa diminta lebih optimal untuk mengatasi kekurangan tenaga kesehatan itu.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Lebih dari 300 tenaga kesehatan di Sidoarjo, Jawa Timur, saat ini terpapar Covid-19. Sekitar 200 di antaranya bertugas di puskesmas dan lebih dari 100 bertugas di rumah sakit rujukan.
Kondisi itu berdampak pada penanganan Covid-19 di tengah pandemi yang memburuk. Selain perekrutan sukarelawan, peran gugus tugas tingkat desa diminta lebih optimal untuk mengatasi kekurangan tenaga kesehatan (nakes) tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan Sidoarjo Syaf Satriawarman mengatakan, lebih dari 208 tenaga kesehatan di 27 puskesmas terkonfirmasi positif dan dua di antaranya meninggal. Semua tenaga kesehatan yang meninggal ini adalah bidan desa.
Apabila dirata-rata, di setiap puskesmas terdapat delapan tenaga kesehatan yang terkonfirmasi positif. Mereka harus menjalani perawatan, baik di rumah sakit rujukan maupun isolasi mandiri di rumah. Bahkan, ada puskesmas yang terpaksa menutup sementara layanannya karena terbatasnya tenaga kesehatan.
”Padahal, beban kerja penanganan Covid-19 kian meningkat karena situasi pandemi yang memburuk. Nakes, terutama yang bertugas di puskesmas, dituntut berperan aktif di sisi hulu atau pencegahan dan hilir atau penanganan pasien,” ujar Syaf, Sabtu (24/7/2021).
Di sisi hulu, tenaga kesehatan, terutama bidan desa, terlibat aktif dalam sosialisasi protokol kesehatan hingga program vaksinasi Covid-19. Di sisi hilir, puskesmas menjadi garda depan penanganan pasien terkonfirmasi positif bergejala ringan dan tanpa gejala yang menjalani isolasi mandiri di rumah.
Mereka memantau kondisi pasien isolasi mandiri, mendistribusikan obat terapi Covid-19, hingga membantu merawat pasien yang butuh intervensi medis, seperti penggunaan oksigen.
Data Satgas Covid-19 Sidoarjo pada Jumat (23/7/2021) menunjukkan terdapat 1.599 kasus Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri di rumah.
Beban kerja tenaga kesehatan di puskesmas semakin bertambah dengan didirikannya selter karantina untuk pasien isolasi mandiri di tingkat desa dan kecamatan.
Saat ini terdapat delapan selter isolasi terintegrasi yang tersebar di sejumlah kecamatan, seperti Desa Kureksari. Puskesmas juga harus melayani warga yang sakit bukan karena Covid-19, ibu hamil, dan ibu melahirkan.
Beban kerja nakes belakangan ini sangat tinggi karena jumlah pasien yang terus melonjak, bahkan hingga tiga kali lipat, dibandingkan sebelum Lebaran. (Atok Irawan)
Selain di puskesmas, banyak tenaga kesehatan yang bertugas di rumah sakit rujukan Covid-19 juga terkonfirmasi positif. Direktur RSUD Sidoarjo Atok Irawan mengatakan, saat ini terdapat 134 tenaga kesehatan yang terpapar. Meski ada yang dirawat, mayoritas menjalani isolasi mandiri.
”Beban kerja nakes belakangan ini sangat tinggi karena jumlah pasien yang terus melonjak, bahkan hingga tiga kali lipat, dibandingkan sebelum Lebaran,” kata Atok.
Syaf Satriawarman menambahkan, banyaknya tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19 berdampak pada penanganan pandemi. Salah satunya terkait pengetesan dan pelacakan kontak erat pasien terkonfirmasi positif yang masih rendah. Standarnya, pelacakan dilakukan pada 15 orang yang berkontak erat dengan pasien.
Namun, dengan penambahan kasus harian yang berjumlah ratusan dan banyaknya tenaga kesehatan yang terpapar, pengetesan dan pelacakan kontak tidak optimal. Beban pelacakan kontak erat ini kian menumpuk seiring tingginya lonjakan kasus setiap hari.
Data Satgas Covid-19 Sidoarjo menunjukkan terdapat penambahan 496 kasus baru pada Kamis (22/7/2021). Dengan asumsi satu kasus harus melacak 15 kontak erat, ada 7.440 orang yang harus dilacak pada hari itu.
Secara kumulatif, kasus Covid-19 di Sidoarjo mencapai 17.937 kasus sampai dengan Jumat (23/7/2021). Terdapat penambahan 536 kasus baru dalam sehari, meningkat dibandingkan penambahan baru pada hari sebelumnya, 496 kasus.
Sementara pasien terkonfirmasi positif yang sembuh hanya bertambah 166 orang, menjadi 13.265 orang. Terdapat 3.978 kasus aktif terkonfirmasi positif, mayoritas menjalani isolasi mandiri.
Tingginya penambahan kasus positif baru secara harian di Sidoarjo menempatkan daerah ini pada urutan kedua kasus Covid-19 terbanyak di Jatim, setelah Surabaya.
Untuk mengatasi krisis tenaga kesehatan di tengah pandemi Covid-19 yang memburuk, Syaf Satriawarman mengatakan, pihaknya telah merekrut sukarelawan yang berasal dari lima lembaga pendidikan kesehatan. Saat ini terdapat 144 tenaga kesehatan sukarelawan dan sudah bekerja membantu mengatasi pandemi Covid-19.
Namun, jumlah sukarelawan itu tidak cukup. Oleh karena itu, pihaknya berharap peran Satgas Covid-19 di tingkat desa dioptimalkan.
Para anggota babinsa dan babinkamtibmas, misalnya, bisa dilibatkan dalam pendistribusian obat untuk warga yang menjalani isolasi mandiri. Ketua RT dan RW bisa membantu mengawasi kondisi warganya yang menjalani isolasi mandiri.
Terkait permintaan optimalisasi Satgas Covid-19 di tingkat desa, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Sidoarjo Fredik Suharto mengatakan, pihaknya akan menyosialisasikan kembali kepada semua camat dan perangkat desa. Selain itu, penggunaan dana desa untuk penanganan Covid-19 akan ditingkatkan.
”Saat ini baru sekitar 30 persen dari 8 persen alokasi dana desa untuk penanganan Covid-19 yang digunakan. Dalam kondisi pandemi yang memburuk, penggunaan dana desa bisa lebih dioptimalkan,” ujar Fredik.