Selama Juli, 11 Puskesmas di Blitar Tutup akibat Nakes Terpapar Covid-19
Puluhan tenaga kesehatan di Kabupaten Blitar terpapar Covid-19 selama dua bulan terakhir. Salah satu penyebabnya, mereka kecapekan. Akibatnya, ada belasan puskesmas tutup sementara secara bergantian sepanjang Juli.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·4 menit baca
BLITAR, KOMPAS — Selama Juli, ada 11 puskesmas di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, yang tutup sementara secara bergantian akibat tenaga medis yang bertugas di tempat itu terpapar Covid-19. Dari jumlah tersebut, saat ini tinggal dua puskesmas yang masih tutup. Sisanya sudah beroperasi kembali.
Kepala Bidang Layanan Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, Christine Indrawaty, Kamis (22/7/2021), mengatakan, dua puskesmas yang baru saja tutup adalah Puskesmas Sutojayan dan Puskesmas Kademangan. Keduanya tutup mulai hari ini sampai tiga hari ke depan.
”Dua puskesmas ini banyak tenaga kesehatan (nakes) yang kena. Di Sutojayan ada sembilan orang. Sedangkan di Kademangan ada tujuh orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 sehingga harus ditutup sementara,” ujarnya.
Sementara puskesmas lain yang sempat tutup, di antaranya Puskesmas Gandusari, Srengat, Wates, Kademangan, Bakung, Sanankulon, Wonodadi, Wlingi, Kanigoro, dan Gandusari. Rata-rata penutupan hanya berlangsung dua-tiga hari.
Tidak semua puskesmas di Kabupaten Blitar tutup secara bersamaan. Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar mengatur secara bergilir sehingga tidak mengganggu pelayanan terhadap masyarakat. Jika satu puskesmas di sebuah wilayah tutup, puskesmas lain di sekitarnya tetap berusaha melayani pasien.
Menurut Christine, sebenarnya ada 13 puskesmas yang tutup. Namun, dua puskesmas hanya tutup pada sebagian pelayanan, yakni pada bagian ibu dan anak. Sedangkan unit lainnya tetap beroperasi.
Dikatakan Christine, ada 60-70 nakes di Kabupaten Blitar yang terpapar Covid-19 dalam dua bulan terakhir. Dari jumlah itu, yang saat ini masih aktif terpapar ada di kisaran 40 orang dan mereka menjalani isolasi mandiri.
”Salah satu sebab (nakes terpapar) karena kelelahan. Kalau kelelahan, daya tahan tubuh menjadi lebih mudah terinfeksi. Namun, itu hanya menjadi salah satu penyebab saja karena mereka juga melayani pasien dengan beragam keluhan dan mereka tidak mungkin menolak,” katanya.
Sejauh ini belum ada upaya untuk mencari bantuan nakes dari daerah lain. Untuk menyiasati tenaga kesehatan yang sedang isolasi, ada rekan sesama tenaga medis yang membantu penanganan—waktunya fleksibel, tetapi diupayakan tidak mengganggu jam istirahat mereka.
Salah satu sebab (nakes terpapar) karena kelelahan. Kalau kelelahan, daya tahan tubuh menjadi lebih mudah terinfeksi. (Christine Indrawaty)
Selain nakes yang kelelahan, masalah lain yang dihadapi puskesmas di Kabupaten Blitar adalah ketersediaan oksigen. Rabu kemarin, ada sekitar 20 dari total 24 puskesmas di Kabupaten Blitar yang memiliki persediaan oksigen terbatas.
”Kalau berbicara soal rumah sakit, pasokan bertahan beberapa hari. Sekarang puskesmas juga kekurangan oksigen karena kemarin oksigen di puskesmas sempat kami kirim untuk membantu di RSUD Srengat. Jadi, teman-teman di puskesmas mungkin sekarang stoknya tidak banyak,” katanya.
Untuk mengantisipasi kekurangan, Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar berupaya menghubungi distributor agar tetap ada jatah oksigen untuk puskesmas. Sebab, masyarakat yang tidak memperoleh tempat perawatan di rumah sakit akan lari ke puskesmas. Dengan demikian, persediaan di puskesmas tetap perlu dicukupi.
”Kami sistem bergilir dengan rumah isolasi untuk puskesmas. Kami kumpulkan tabung oksigen kosong di rumah isolasi. Kemudian, dinas kesehatan mengoordinasi untuk pengisian oksigen ke distributor sehingga puskesmas yang butuh bisa mengambil tabung oksigen di rumah isolasi. Kami jaga supaya tetap ada oksigen jika sewaktu-waktu dibutuhkan,” katanya.
Sementara itu, disinggung soal tingkat keterisian tempat tidur (bed occupancy rate/BOR) rumah sakit di Blitar, Christin menjelaskan, masih sekitar 75 persen. ”Meski 75 persen tetap ada yang antre masuk di unit gawat darurat. Ada yang masih harus menunggu hasil swab, hasil laboratorium,” katanya.
Kabupaten Blitar menjadi salah satu daerah dengan tingkat kematian tertinggi di Jawa Timur. Berdasarkan data Jawa Timur Tanggap Covid-19 per 22 Juli, ada penambahan 155 orang terkonfirmasi baru. Sedangkan yang meninggal ada 21 orang.
Adapun fatality rate di Kabupaten Blitar 13,26 persen, tersalip oleh Kabupaten Tuban 13,27 persen. Adapun total kasus terkonfirmasi positif di Kabupaten Blitar mencapai 7.525 yang mana 679 kasus di antaranya aktif, 5.848 kasus sembuh, dan 998 orang meninggal.
Sebelumnya, juru bicara Satuan Tugas Covid-19 Kabupaten Blitar, Eko Wahyudi, mengatakan, salah satu penyebab tingginya angka kematian di Blitar karena rata-rata pasien dibawa ke rumah sakit dalam kondisi sudah agak parah sehingga sulit mendapatkan pertolongan. Selain itu, juga keterbatasan sarana yang ada di fasilitas kesehatan, seperti ventilator.