RS Immanuel Dapatkan Bantuan Oksigen dari Pemprov Jabar
Rumah Sakit Immanuel, Bandung, kembali mendapat bantuan oksigen. Kolaborasi semua pihak diharapkan menjaga pasokan oksigen pada masa genting ini.
Oleh
CORNELIUS HELMY
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Rumah Sakit Immanuel, Bandung, mendapat tambahan oksigen dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Rabu (21/7/2021). Kolaborasi pemenuhan oksigen antara pemerintah dan swasta serta badan usaha milik negara diharapkan terus diperkuat guna mencegah hal yang sama terulang kembali.
Sebelumnya, oksigen cair Rumah Sakit Immanuel pada Senin (19/7/2021) malam habis. Akibatnya, rumah sakit mengandalkan oksigen tabung dari sejumah pihak sambil menunggu oksigen cair datang. Saat itu masih ada 80 penderita Covid-19 yang dirawat di sana.
Asisten Daerah Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Jabar Taufiq Budi Santoso mengatakan, pasokan itu berupa 15 tabung berukuran 6 meter kubik, 22 tabung ukuran 1 meter kubik, dan 3 tabung VGL dari distributor PT Sari Angin. Ada juga bantuan Satuan Tugas Oksigen Jabar berupa 16 tabung ukuran 1 meter kubik.
”Telah dikirimkan juga 3 ton oksigen liquid dari PT Samator Cibitung yang bersumber dari bantuan Kementerian Kesehatan,” ucap Taufiq.
Ke depan, kolaborasi dengan BUMN dan swasta akan diperkuat untuk memenuhi kebutuhan oksigen rumah sakit di Jabar. PT Pupuk Sriwidjaja Palembang, misalnya, sudah mengirim 10 ton oksigen cair ke Jabar. Begitu juga Tanoto Foundation yang sudah memasok 46 ton oksigen pada tahap I dan sedang disiapkan tahap II.
”Kerja sama dengan PT Krakatau Steel juga dilakukan untuk pengisian ulang tabung oksigen dari semua rumah sakit setiap hari. Saat ini, jumlah 1.977 tabung,” katanya.
Sejauh ini, Taufiq mengatakan, kolaborasi itu berhasil menyalurkan 50,89 ton oksigen cair ke rumah sakit. Selain oksigen cair, ribuan tabung oksigen pun sudah dikirim ke rumah sakit-rumah sakit. Salah satu di antaranya adalah 1.466 tabung berukuran 10 meter kubik dari Singapura.
Sebelumnya, Gubernur Jabar Ridwan Kamil menyampaikan, kebutuhan oksigen terus meningkat. Tidak hanya untuk kebutuhan rumah sakit, tetapi juga pasien yang sedang menjalani isolasi mandiri.
Jumlahnya, kata Kamil, melonjak tinggi dibandingkan dengan saat sebelumnya. Hingga 20 juli diperkirakan ada defisit oksigen sampai 321 ton.