Surabaya Percepat Penanganan Kesehatan Warga Tanpa Tes Usap PCR
Surabaya berusaha mempercepat penanganan kesehatan di masa pandemi Covid-19 dengan penanganan kesehatan berpatokan pada hasil tes antigen positif atau tidak menunggu tes usap PCR.
Oleh
AMBROSIUS HARTO/AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Situasi pandemi Covid-19 di Surabaya, Jawa Timur, belum melandai karena penambahan kasus harian masih tinggi. Untuk mempercepat penanganan dan mencegah penularan meluas, warga segera mendapat tindakan kesehatan jika hasil tes antigen positif atau tidak menunggu tes usap PCR.
”(Itu) menjadi standar preventif dan kuratif penanganan Covid-19 terhadap warga sehingga menekan potensi perluasan penyebaran terutama dari kluster keluarga,” kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, Selasa (20/7/2021).
Ia menyebutkan, pihaknya telah menginstruksikan 31 puskesmas atau semua fasilitas kesehatan milik Pemerintah Kota Surabaya menerapkan standar penanganan lebih cepat. Masyarakat yang mengeluhkan kondisi kesehatan segera menjalani tes antigen. Jika hasilnya positif, segera ditangani dengan pemberian obat-obatan, vitamin, makanan minuman, dan dicarikan tempat isolasi.
”Tidak perlu menunggu hasil tes usap PCR keluar,” kata Eri. Dengan cara ini, seseorang yang amat dicurigai terjangkit Covid-19 segera ditangani dan diisolasi sehingga menekan potensi menulari orang lain, terutama keluarga.
Warga yang positif sebisa mungkin ditangani meskipun tanpa gejala atau bergejala ringan di Asrama Haji Sukolilo, Rumah Sakit Darurat Lapangan Tembak Kedung Cowek, atau fasilitas lain yang dikelola pemerintah setempat.
Namun, upaya itu tidak akan sukses tanpa dukungan dan kepercayaan masyarakat. Maksudnya, masyarakat perlu proaktif memeriksakan kondisi kesehatan apabila merasa terganggu terutama batuk, flu, dan demam yang menjadi gejala umum atau indikasi Covid-19. Masyarakat diharapkan cepat memeriksakan diri ke puskesmas dan menjalani tes cepat antigen.
”Begitu hasil tes antigen positif, warga bisa segera ditarik untuk isolasi dan kami hindari pemakaian rumah sendiri untuk mencegah penularan ke anggota keluarga,” kata Eri.
Kami hindari pemakaian rumah sendiri untuk mencegah penularan ke anggota keluarga.
Masyarakat yang menjalani tes cepat antigen mandiri di klinik, layanan tanpa turun (drive thru), rumah sakit, dan laboratorium dengan hasil positif agar jangan segan melapor ke RT/RW atau kelurahan dan kecamatan sehinga segera mendapat penanganan dari tim puskesmas. Masyarakat terus diingatkan agar melihat pandemi Covid-19 bukan sebagai aib, melainkan penyakit yang bisa disembuhkan.
Di Jatim, situasi pandemi dilihat dari peningkatan kasus harian masih fluktuatif atau belum melandai. Menurut laman resmi http://infocovid19.jatimprov.go.id/, sepekan terakhir, penambahan harian masing-masing mencapai 7.088 kasus, 8.230 kasus, 7.832 kasus, 6.920 kasus, 5.726 kasus, 4.424 kasus, dan 5.654 kasus. Tren menurun berbalik kembali pada Selasa ini yang bertepatan dengan Idul Adha 1442 Hijriah.
Dengan penambahan 5.654 kasus, secara akumulatif, sejak Maret 2020, kasus Covid-19 di Jatim mencapai 249.246 kasus. Kasus aktif yang menandakan jumlah pasien ditangani bertambah 2.818 orang menjadi 46.437 orang.
Adapun kesembuhan bertambah 2.568 orang sehingga totalnya 185.945 orang. Kematian bertambah 2.687 orang menjadi 16.864 orang. Tingkat kesembuhan 74,6 persen, sedangkan fatalitas 6,7 persen.
Untuk diketahui, peningkatan kasus harian melampaui kesembuhan sehingga berkontribusi terhadap kenaikan kasus aktif. Hal ini berkonsekuensi pemerintah harus terus menambah ruang perawatan pasien, baik di rumah sakit atau fasilitas khusus lainnya.
Jumlah tempat tidur yang disiapkan pada awalnya 8.000-an menjadi 15.000-an dan kini 20.000-an. Namun, jumlah itu pun masih separuh dari kasus aktif sehingga sebagian pasien Covid-19 menjalani isolasi mandiri dengan risiko penularan kepada anggota keluarga lainnya.
Mengatasi lonjakan pasien, RSUD Dr Soetomo sebagai rujukan utama di Jatim menambah 200 dipan khusus di ICU dan HCU. Penambahan tempat tidur khusus pasien Covid-19 itu ditempuh di tiga lantai gedung parkir yang sudah bisa dioperasikan.
Direktur RSUD Dr Soetomo Joni Wahyuhadi mengatakan, penambahan tempat tidur diharapkan dapat mengatasi permintaan pasien yang perlu penanganan. RSUD masih menerapkan seleksi atau menangani pasien Covid-19 dengan kondisi darurat. Pasien tanpa gejala atau bergejala ringan ditangani fasilitas lain milik swasta atau pemerintah kabupaten/kota.