BKSDA Evakuasi Harimau dari Perkebunan Sawit di Pasaman Barat
BKSDA Sumatera Barat berhasil mengevakuasi harimau sumatera yang berkeliaran di areal perkebunan kelapa sawit di Pasaman Barat, Sumbar, setelah empat hari memasang perangkap.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Balai Konservasi Sumber Daya Alam atau BKSDA Sumatera Barat berhasil mengevakuasi harimau sumatera yang berkeliaran di areal perkebunan kelapa sawit di Pasaman Barat setelah empat hari memasang perangkap. Harimau dibawa ke Taman Margasatwa Budaya Kinantan Bukittinggi untuk observasi.
Kepala Balai KSDA Sumbar Ardi Andono, Senin (19/7/2021), mengatakan, harimau yang diberi nama Kanti Marama (kanti = sahabat/kawan, bahasa Minangkabau) itu masuk salah satu perangkap pada Senin sekitar pukul 19.00. Sejak Jumat (16/7/2021), tim BKSDA memasang dua perangkap di areal hak guna usaha perkebunan kelapa sawit PT Pasaman Marama Sejahtera (PMS).
”Sesuai prosedur standar operasi standar (SOP), BKSDA akan mengevakuasi satwa dari lokasi menuju ke TMSBK di Bukittinggi untuk diobservasi,” kata Ardi dalam keterangan tertulis, Senin malam.
Sementara itu, pengendali ekosistem hutan BKSDA Sumbar, Ade Putra, mengatakan, berdasarkan data sementara, Panthera tigris sumatrae yang ditangkap itu berjenis kelamin betina. ”Usianya masih remaja, sekitar 1-2 tahun,” ujarnya.
Sejak kemunculan itu, kami meminta karyawan untuk panen sawit bersama-sama, jangan terpisah-pisah. Waswas juga kami beberapa bulan ini. (Frenzy Marwan)
Harimau tersebut mulai muncul di areal perkebunan sawit PT PMS dan perkebunan sawit masyarakat di Nagari Sungai Aua, Kecamatan Sungai Aur, Pasaman Barat, 1-2 bulan lalu. Sejak saat itu, harimau sering muncul. Pekerja kebun sawit merekam video saat harimau itu membuntuti mobil mereka.
Pemimpin kebun PT PMS, Frenzy Marwan, Jumat (16/7/2021), menjelaskan, harimau itu muncul di areal perkebunan sekitar bulan lalu. Suatu malam di awal kemunculannya, harimau menampakkan diri di sekitar kamp karyawan panen pada malam hari.
”Sejak kemunculan itu, kami meminta karyawan untuk panen sawit bersama-sama, jangan terpisah-pisah. Waswas juga kami beberapa bulan ini,” kata Frenzy.
Frenzy melanjutkan, sekitar sepekan lalu, tanda-tanda kemunculan harimau kembali terlihat. Jejak kaki harimau tersebar di perkebunan masyarakat yang berdekatan dengan kebun perusahaan. Pada Rabu (14/7/2021), pekerja kebun yang sedang melintas dengan mobil di jalan perusahaan diikuti harimau.
Pekerja tersebut merekam video harimau dari atas mobil dan menyebarkannya di Facebook. Dari video resolusi rendah itu, memang terlihat samar seekor satwa berwarna jingga mengikuti mobil pekerja. ”Staf mengirimkan video itu ke ponsel saya. Akhirnya, kami buat surat resmi ke BKSDA Sumbar agar harimau dievakuasi,” ujarnya.
Menurut Ade, timnya turun ke lokasi sejak Kamis (15/7/2021) dan memasang kamera perangkap. Dari observasi lapangan, memang ditemukan jejak harimau. Hal itu diperkuat oleh kamera perangkap yang merekam penampakan harimau.
Memasang perangkap
Tim BKSDA memutuskan untuk memasang dua perangkap sehari kemudian. Upaya evakuasi dilakukan karena lokasi kemunculan satwa jauh dari hutan lindung terdekat sekitar 9 kilometer sehingga tidak memungkinkan untuk pengusiran. Dalam upaya evakuasi, tim BKSDA didukung oleh perwakilan PT PMS dan Satbrimob Polda Sumbar.
Ade menduga, kemunculan harimau itu di areal perkebunan karena tertarik ternak kambing yang dipelihara karyawan PT PMS. Sejak kemunculannya, harimau telah memangsa tiga kambing.
”Perilaku harimau muda sampai disapih usia dua tahun memang sedang belajar berburu. Karena di areal perkebunan tersedia cukup banyak ternak yang dilepaskan begitu saja, kemungkinan ia terpancing belajar berburu dan mencari makan di sini. Ternak lebih mudah ditangkap,” katanya.
Kepala BKSDA Sumbar Ardi Andono berterima kasih kepada Bupati Pasaman Barat, manajemen PT PMS, kepolisian, TNI, tokoh adat, dan masyarakat sekitar yang telah membantu upaya penanganan konflik satwa ini.