Pasien Sembuh, Gubernur Sumsel Minta Laporan Kasus Delta Dihapus
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru meminta agar data mengenai kasus varian Delta di Sumsel dihapus. Pasalnya, empat pasien di Sumsel yang pernah terjangkit virus itu sudah dinyatakan sembuh.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru meminta data mengenai ditemukannya empat pasien yang terjangkit Covid-19 varian Delta di Sumsel dihapus dari database Kementerian Kesehatan. Pasalnya, dalam rapat koordinasi, Sumsel terus disebut-sebut sebagai daerah yang terkena varian Delta. Padahal, empat pasien yang pernah terjangkit virus itu sudah dinyatakan sembuh.
Hal tersebut disampaikan Gubernur Herman Deru seusai mengikuti rapat koordinasi evaluasi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro diperketat dan PPMK darurat yang digelar secara virtual, Sabtu (17/7/2021). ”Karena semua pasien yang terjangkit virus itu sudah dinyatakan sembuh,” ujar Herman.
Empat pasien itu terjangkit pada Januari 2021. Namun, baru pada Mei 2021, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan menyatakan adanya temuan varian baru B.1.617 atau varian Delta di Sumatera Selatan. Empat sampel yang terkonfirmasi terjangkit tersebar di empat daerah, yakni Kota Palembang, Prabumulih, Kabupaten Muara Enim, dan Penukal Abab Lematang Ilir.
Menurut Herman, peningkatan kasus di Sumsel bukan karena virus Delta semata, melainkan karena meningkatnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri. Apalagi saat ini, ujar Herman, kasus penularan harian dan kasus aktif menurun setelah diterapkannya PPKM yang diperketat. ”Kami akan mengevaluasi hasil PPKM mikro ini apakah diperpanjang atau diperluas,” ucapnya.
Salah satu penerapan PPKM yang dianggapnya berhasil adalah skema rekayasa kendaraan ganjil-genap yang secara tidak langsung membuat mobilitas masyarakat menurun. Karena kasus penularan dan kasus aktif menurun, perpanjangan PPKM darurat di Sumsel masih perlu dipertimbangkan. ”Kami akan terus evaluasi, apakah skema ini akan diperluas atau diperpanjang, paling tidak satu minggu,” ujar Herman.
Berdasarkan situs Sumsel Tanggap Covid-19, pada Jumat (16/7/2021), kasus konfirmasi positif sebanyak 689 kasus, menurun dibandingkan dengan hari sebelumnya yang mencapai 963 kasus. ”Kasus sudah turun, kok, mau PPKM darurat,” ujar Herman.
Meski demikian, pihaknya tetap menunggu keputusan dari Kementerian Dalam Negeri terkait kebijakan tersebut. Pada rapat koordinasi itu, Sumatera Selatan menjadi satu dari 14 provinsi yang diusulkan untuk menjalani PPKM darurat. Tiga daerah di Sumsel diusulkan untuk menerapkan PPKM darurat, yakni Palembang, Musi Banyuasin, dan Penukal Abab Lematang Ilir.
Memang ada peningkatan suspek yang membuat jumlah spesimen melonjak. (Ferry Yunuar)
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel Ferry Yanuar menjelaskan temuan kasus Covid-19 di Sumsel karena meningkatnya pemeriksaan spesimen di laboratorium reaksi berantai polimerase (PCR). ”Memang ada peningkatan suspek yang membuat jumlah spesimen melonjak,” ujarnya.
Akibat peningkatan ini sempat terjadi penumpukan di laboratorium PCR di Sumsel. ”Biasanya pemeriksaan PCR sekitar 1.900 spesimen per hari. Namun, pada minggu lalu, rata-rata pemeriksaan sekitar 3.300 per hari,” ucap Ferry.
Selain itu, ada perubahan sistem yang baru diterapkan minggu ini saat setiap kasus positif harus dilaporkan dalam sistem perekaman baru yang membuat pelaporan sempat tertunda (delay report).
Tetap waspada
Epidemiolog dari Universitas Sriwijaya, Iche Andriyani Liberty, mengatakan, walaupun belum ada pemeriksaan lebih lanjut terkait varian Delta di Sumsel, kemungkinan adanya varian Delta perlu terus diwaspadai. Ada beberapa indikator yang memperkuat dugaan tersebut.
Misalnya, kasus penularan yang sangat cepat dan beberapa gejala yang hampir sama dengan yang terjadi di Jawa atau Bali. ”Penularan virus Delta lima kali lebih cepat dibandingkan dengan varian Alpha,” ucapnya. Apalagi positivity rate di Sumsel sudah mencapai 39,01 persen.
Menurut Iche, yang terpenting saat ini adalah bagaimana upaya pemerintah untuk melakukan pelacakan (tracing) seketat mungkin agar penularan bisa dipetakan seefektif mungkin sehingga risiko penambahan kasus dapat ditanggulangi lebih dini. Menurut dia, hingga kini pelacakan di Sumsel belum optimal.
Dari satu kasus positif Covid-19 yang ditemukan, hanya 2-3 orang kontak erat yang diperiksa. Ini sangat jauh dari standar yang ditetapkan, yakni 15 orang kontak erat.
Belum optimalnya pelacakan inilah yang membuat penetapan puncak kasus di Sumsel sulit diprediksi. Selain itu, dia meminta agar metode whole genome sequencing (WGS) dapat diterapkan di Sumsel sehingga pendeteksian terhadap kasus baru dapat diterbitkan lebih cepat agar penanganan kasus bisa lebih awal.