Sulawesi Utara menyiapkan tiga rumah isolasi untuk menanggapi peningkatan drastis Covid-19 sejak awal Juli. Kabupaten dan Kota juga diminta menyiapkan pusat isolasi berkapasitas minimal 200 orang.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara menyiapkan tiga rumah isolasi untuk menangani peningkatan drastis kasus Covid-19 sejak awal Juli. Semua pemerintah kabupaten/kota juga diminta menyiapkan beragam tempat isolasi dengan total kapasitas setidaknya untuk 200 orang.
Hal ini diumumkan Juru Bicara Satuan Tugas Covid-19 Sulut dr Steaven Dandel, Jumat (16/7/2021), sehari setelah Sulut mencatatkan rekor 367 kasus dalam sehari sepanjang 2021, melampaui 242 kasus pada Januari lalu. Manado menjadi episentrum dengan 129 kasus, disusul Minahasa dan Minahasa Utara dengan masing-masing 62 kasus.
Kasus aktif di Sulut kini berjumlah 2.367, melonjak 286,7 persen dari 612 pada 5 Juli lalu ketika pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berskala mikro dimulai. Pada saat yang sama, jumlah pasien positif, suspek, dan probable yang dirawat di RS meningkat dari 553 menjadi 1.202 orang.
”Tentunya ini menjadi kekhawatiran kita bersama. Hal paling utama yang harus kita lakukan saat ini adalah bekerja sama, antara pemerintah dan masyarakat, untuk bahu-membahu menyelesaikan permasalahan ini,” ujar Steaven.
Pemprov Sulut sendiri telah menyediakan gedung Balai Pelatihan Sumber Daya Manusia (Balai Diklat) Sulut dengan kapasitas 250 tempat tidur dan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Sulut berkapasitas 30 orang. ”Akan segera ditambah dengan Asrama Haji Tuminting Manado dengan total 150 tempat tidur,” kata Steaven.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Sulut dr Lidya Tulus mengatakan, tempat-tempat itu dikhususkan untuk merawat pasien Covid-19 tanpa gejala atau bergejala ringan. Balai Diklat Sulut pernah disiapkan sebagai rumah isolasi di awal pandemi pada 2020.
Selama ini, pasien-pasien tanpa gejala atau bergejala ringan dirawat di Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Manado. Masih ada ratusan orang yang diisolasi di sana. Pada saat yang sama, kata Lidya, Bapelkes Manado kini juga menjadi rumah sakit (RS) lapangan darurat untuk merawat Covid-19. Sebanyak 104 dari 120 tempat tidur telah terisi di sana.
Ronal Rahman, anggota tim penanganan pasien rujukan Covid-19 di Bapelkes Manado, mengatakan jumlah penghuni meningkat drastis dari enam orang pada awal Juni menjadi lebih dari 100 orang saat ini. Sebagian adalah penumpang pesawat yang terdeteksi positif Covid-19 setelah tiba di Bandara Sam Ratulangi Manado.
”Pasien diisolasi tujuh hari. Kalau sudah tidak ada gejala lanjutan, kami kasih vitamin dan boleh pulang. Sejauh ini, selama 1,5 tahun belum ada pasien yang meninggal ketika isolasi. Tapi, kami (petugas dan tenaga kesehatan) sudah lelah dan stres mengurus pandemi,” kata Ronal.
Pada saat yang sama, Gubernur Sulut Olly Dondokambey juga menginstruksikan kepada bupati dan wali kota di 15 daerah untuk mengambil langkah serupa. Setiap kabupaten/kota diminta menyediakan 200 tempat tidur untuk isolasi pasien Covid-19 tanpa gejala atau bergejala ringan.
Itu juga harus disesuaikan dengan kecukupan tenaga kesehatan dan logistik.
Pada 2020, Asrama Haji Tuminting pernah ditetapkan sebagai pusat isolasi oleh Pemkot Manado, tetapi tak lagi difungsikan seiring melandainya kasus Covid-19. Hingga kini, belum ada kabupaten/kota di Sulut yang mengumumkan kesiapan pusat isolasi sebagaimana diinstruksikan gubernur.
Sementara itu, upaya menambah jumlah kapasitas 43 RS yang menangani Covid-19 hingga 30 persen belum juga tercapai. Dari target 1.942, tempat tidur yang tersedia baru 1.809. Lidya Tulus mengatakan, penambahan kapasitas memang dikembalikan lagi kepada manajemen RS masing-masing.
”Itu juga harus disesuaikan dengan kecukupan tenaga kesehatan dan logistik. Kalau sudah penuh dan tidak bisa ditambah, nanti pasien akan dipindahkan ke RS yang kapasitas tempat tidur di ruang isolasinya lebih besar,” ujarnya.
Tingkat keterisian (BOR) ruang isolasi biasa di 43 RS rujukan Covid-19 telah mencapai 72,19 persen, sedangkan BOR ICU masih 20,48 persen. Terkait hal ini, pemprov meminta pemasok oksigen medis ataupun industri di Sulut untuk menyiagakan dan memprioritaskan oksigen bagi perawatan pasien Covid-19.
Noldy Tamaweol, pemasok oksigen dari PT Pilar Gas Industri di Minahasa Utara, mengatakan ribuan tabung oksigen dikirim ke belasan RS sejak tiga pekan terakhir. Permintaan tiap pekan meningkat hingga jauh dari 1.000 tabung per pekan.
”Truk kami tidak pernah diam, selalu bergerak ke RS dari Manado sampai Lolak (Bolaang Mongondow). Meski permintaan meningkat, kami tidak naikkan harga karena sudah diatur dalam kontrak dengan pihak RS,” katanya.