Pasokan Vaksin Kurang, Pandemi di Sulut Makin Buruk
Dua pekan terakhir, Sulawesi Utara menerima jumlah dosis vaksin yang hanya cukup untuk melanjutkan vaksinasi selama dua hari. Pemprov Sulut didesak untuk mempersiapkan diri terhadap terjangan ratusan kasus baru harian.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS – Dua pekan terakhir, Sulawesi Utara menerima jumlah dosis vaksin Covid-19 dari pemerintah pusat yang hanya cukup untuk melanjutkan vaksinasi selama dua hari. Pada saat yang sama, Pemerintah Provinsi Sulut didesak untuk mempersiapkan diri terhadap terjangan gelombang ratusan kasus baru setiap hari.
Dihubungi dari Manado, Kamis (15/7/2021), Juru Bicara Satuan Tugas Covid-19 Sulut dr Steaven Dandel mengatakan, hanya 55.000 dosis yang masuk ke Sulut selama dua pekan terakhir. “Padahal, setiap hari kita bisa menyuntikkan sampai 25.000 dosis. Jadi benar, program vaksinasi melambat,” kata Steaven.
Sebelumnya, kata Steaven, Gubernur Sulut Olly Dondokambey telah mengajukan permintaan alokasi 300.000 dosis vaksin AstraZeneca dan 100.000 dosis Sinovac kepada Kementerian Kesehatan. Namun, hingga kini permohonan itu belum dipenuhi. Menurut Steaven, hal ini bergantung pula pada pasokan dari perusahaan produsen vaksin.
Konsekuensinya, Satgas Covid-19 Sulut akan berfokus pada pemberian vaksin dosis kedua selama satu hingga dua pekan ke depan. Masyarakat diminta tidak khawatir soal ketersediaan vaksin dosis kedua karena sudah dialokasikan sesuai data jumlah penerima.
Indonesia baru saja kedatangan 3,4 juta dosis vaksin AstraZeneca dari Covax Facility, Selasa (13/7). Artinya, Indonesia telah mengamankan 137,6 juta dosis vaksin sejak awal 2021. Sulut telah menerima 880.000 dosis dari seluruh jumlah tersebut. Hingga Rabu (14/7) malam, tersisa 26.199 dosis yang belum terpakai.
Sulut sempat mendapat 23.900 dosis vaksin pada Selasa (13/7), tetapi segera terpakai semuanya. Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan Sulut Mery Pasorong mengatakan, seluruh vaksin itu langsung dialokasikan untuk Dinas Kesehatan Sulut serta TNI dan Polri.
“Menurut pusat, ini alokasi untuk dua minggu. Kalau laju vaksinasi di Sulut dalam sehari bisa 35.000 dosis, hitung saja sendiri (cukup atau tidak). Tetapi masyarakat bersyukur saja, pas kasus sedang naik, hindari kerumunan di pos vaksinasi karena stok vaksin juga tipis,” kata Mery.
Hingga Rabu malam, vaksinasi dosis pertama di Sulut baru menjangkau 34,89 persen dari 1,99 juta warga yang ditarget, sedangkan vaksinasi dosis kedua 7,93 persen. Gubernur Olly sebelumnya mengatakan akan mencapai 100 persen target dosis pertama pada Oktober mendatang. Ia juga menyatakan masyarakat tidak perlu khawatir soal stok vaksin. “Tiap kita minta (pemerintah pusat), selalu diberi,” kata dia.
Pada saat yang sama, Olly mendapat tekanan dari berbagai pihak untuk mempersiapkan diri akan peningkatan kasus secara drastis. Peringatan ini salah satunya disuarakan Pandemic Talks, platform informasi dan data soal Covid-19 di Indonesia. Menurut data mereka, Sulut menjadi daerah dengan peningkatan kasus aktif tertinggi di Indonesia
Dalam rentang 30 Juni hingga 10 Juli, jumlah kasus aktif naik dari 378 menjadi 1.510, atau 299,5 persen. “Mohon segera siapkan logistik, bed (tempat tidur), tabung oksigen, obat, dan lain-lain. Batasi mobilitas masyarakat agar tidak terjadi situasi darurat seperti di Jawa dan Bali,” tulis Pandemic Talks dalam pernyataan resmi di akun Instagramnya.
Epidemiolog Universitas Sam Ratulangi dr Angela Kalesaran juga menegaskan pemerintah perlu mengintensifkan penyuluhan tentang pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berskala mikro yang telah berlangsung sejak 5 Juli. “Komunikasi dengan masyarakat harus terus dijalin agar PPKM yang kita lakukan tidak sia-sia,” kata dia.
Hingga kini, beberapa indikator epidemiologis menunjukkan PPKM berskala mikro belum memberikan dampak signifikan. Kasus aktif naik dari 612 pada hari pertama PPKM menjadi 2.121 pada Rabu (14/7). Sementara itu, keterisian ruang isolasi biasa di rumah sakit (RS) naik dari 39,79 persen menjadi 70,89 persen, sedangkan ruang isolasi perawatan intensif (ICU) dari 14,2 persen menjadi 20,24 persen.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Sulut dr Lidya Tulus mengatakan, pihaknya telah meminta RS yang merawat Covid-19 menaikkan kapasitasnya hingga 30 persen dari semula, yaitu dari 1.494 menjadi 1.780. Namun, hingga kini, jumlah tempat tidur di ruang isolasi biasa dan ICU baru mencapai 1.604.
Sejauh ini, Olly telah mengambil beberapa tindakan, seperti menapis pelaku perjalanan udara dari daerah lain yang tiba di Bandara Sam Ratulangi Manado. Sebanyak 109 orang telah dinyatakan positif sekalipun telah mengantongi hasil tes reaksi rantai polimerase (PCR) dari daerah keberangkatan. Olly mengklaim adanya penggunaan surat PCR palsu.
“Mereka terbukti positif dan langsung dikarantina di Balai Pelatihan Kesehatan Manado. Varian Delta Covid-19 ini tidak main-main penyebarannya. Ini harus kita antisipasi,” kata Olly.