Kasus Covid-19 Masih Tinggi, Surabaya Bakal Dirikan Dua RS Darurat Baru
Ledakan kasus Covid-19 yang masih terjadi di Surabaya harus segera ditangani dengan terus meningkatkan kapasitas layanan kesehatan bagi pasien Covid-19. Jika tidak, layanan kesehatan secara umum akan tumbang.
Oleh
AMBROSIUS HARTO/AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Penambahan kasus baru Covid-19 terus terjadi di Surabaya, Jawa Timur. Setelah mendirikan rumah sakit darurat di Lapangan Tembak Kedung Cowek, pemerintah daerah akan membangun fasilitas serupa di Gedung Olahraga Indoor Stadion Gelora Bung Tomo dan Lapangan Kalibokor.
Menurut Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi di Surabaya, Kamis (15/7/2021), gedung dan lapangan itu sedang diukur dan dibersihkan. Setelah itu, akan didata jumlah dipan yang diperlukan, sekaligus pemasangan sistem penyediaan oksigen bagi pasien. Pembangunan dua rumah sakit darurat itu dilakukan untuk mewujudkan program di setiap kelurahan terdapat fasilitas untuk isolasi mandiri atau RS darurat.
Saat ini semua RS di Surabaya sudah penuh. Belasan RS, terutama swasta, belum mampu menerima pasien baru terpapar Covid-19 karena ketiadaan tempat isolasi atau penanganan.
Eri mengatakan, Gedung Olahraga Indoor Stadion Gelora Bung Tomo akan dapat menampung pasien Covid-19 dari Kecamatan Pakal dan Kecamatan Benowo. Kapasitasnya diperkirakan untuk 200 orang. Adapun RS darurat di Lapangan Kalibokor akan berupa tenda-tenda.
Meskipun berupa tenda, RS darurat itu bakal dilengkapi dipan dan sistem penyediaan oksigen bagi pasien Covid-19. Di sana juga akan dilengkapi sanitasi berupa toilet portabel. RS darurat di Lapangan Kalibokor, Gubeng, dapat menampung lebih kurang 50 pasien Covid-19.
Eri mengatakan, RS darurat pada prinsipnya untuk menangani pasien dengan gejala ringan-sedang. Pasien bergejala berat dan memiliki penyakit bawaan akan ditangani di fasilitas rujukan milik swasta, pemerintah kota, provinsi, atau pusat. ”Pasien ringan sampai sedang yang sesak nafas bisa ditangani di RS darurat nantinya karena dipersiapkan oksigennya,” ujarnya.
Penambahan fasilitas tersebut untuk mengatasi ledakan kasus yang sedang terjadi di Surabaya. Menurut laman resmi http://infocovid19.jatimprov.go.id/, empat hari terakhir, ada penambahan 647 kasus dan kematian 3 orang, 1.621 kasus dan kematian 2 orang, 1.778 kasus dan nihil kematian, dan 2.086 kasus dan kematian 3 orang. Kasus aktif menandakan jumlah pasien yang perlu penanganan melonjak dari 412 orang menjadi 1.872 orang.
Di Jatim, peningkatan kasus bahkan ledakan juga terjadi. Empat hari terakhir, terjadi penambahan 2.742 kasus dan kematian 171 orang, 6.269 kasus dan kematian 179 orang, 7.088 kasus dan kematian 231 orang, dan 7.477 kasus dan kematian 209 orang.
Pada Kamis, secara akumulatif, Covid-19 telah menjangkiti 217.937 warga. Sebanyak 172.427 orang sembuh dan 15.309 orang meninggal. Tingkat kesembuhan (case recovery rate) 79,1 persen, sedangkan tingkat kematian (case fatality rate 7 persen. Kasus aktif 30.201 orang atau dua kali lipat dari kapasitas dipan isolasi di seluruh jaringan RS rujukan se-Jatim.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia Cabang Surabaya Brahmana Askandar mengatakan, 270 dokter di Surabaya terpapar Covid-19. Mereka, kata dia, harus memulihkan diri terlebih dahulu sebelum kembali bertugas.
”Teman-teman dokter bertumbangan karena pada dasarnya lonjakan jumlah pasien tidak mampu lagi ditangani,” katanya.
Tenaga kesehatan yang terlalu banyak menangani pasien menjadi keletihan, penurunan daya tahan tubuh, dan rentan terpapar. Bahkan, sepanjang bulan lalu, ada empat dokter meninggal berstatus terpapar Covid-19.
Koordinator Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, Hanif Ibrahim mengatakan, pihaknya siap menjadi sukarelawan untuk vaksinasi, agen sosialisasi Covid-19, dan tenaga kesehatan darurat. Sukarelawan bisa diambil dari kalangan mahasiswa tingkat akhir di fakultas kedokteran di kampus-kampus Surabaya.
”Pemerintah, baik provinsi maupun kabupaten/kota, perlu segera meningkatkan kapasitas fasilitas rujukan pasien Covid-19 untuk menghindari kelumpuhan layanan kesehatan,” ujar Hanif.
Selain itu, dalam pernyataan sikap tertulis GMNI FK Unair, pemerintah sangat diharapkan terbuka dalam transparansi data kasus baru, kesembuhan, dan kematian. Ada indikasi, kasus-kasus kematian warga tidak dikaitkan dengan situasi Covid-19 karena terlebih dahulu meninggal sebelum dites apakah terpapar atau tidak. Data yang terpublikasi di laman resmi atau melalui media massa, lanjut Hanif, mungkin hanya menggambarkan situasi gunung es.
Sementara itu, terkait pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat yang berlangsung 3-20 Juli 2021, Polda Jatim telah berkoordinasi dengan pengelola jalan tol untuk terus menekan mobilitas. Di seluruh jaringan jalan tol di Jatim diberlakukan penutupan di gerbang Ngawi, Nganjuk, Penompo, Sidoarjo 1, Pandaan, Bangil, Rembang, Purwodadi, Lawang, Singosari, Pakis, dan Malang.
Kepala Polda Jatim Inspektur Jenderal Nico Afinta mengatakan, penutupan jalan tol bertujuan menekan mobilitas masyarakat Jatim dalam masa PPKM darurat. Dua pekan kebijakan ini berlangsung, mobilitas publik di Jatim hanya turun 30 persen atau jauh dari kondisi minimal 50 persen apalagi ideal 70-75 persen.
”Petugas gabungan akan terus berusaha menyukseskan PPKM darurat sehingga efektif untuk menahan perluasan penularan Covid-19,” kata Nico.