Saat ini ada 310 rumah sakit di Jateng dan 245 di antaranya merupakan RS rujukan Covid-19.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA/KRISTI UTAMI
·4 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Sejumlah rumah sakit di Jawa Tengah harus menalangi dulu biaya perawatan pasien Covid-19. Selanjutnya, klaim biaya dilanjutkan ke Kementerian Kesehatan setelah diverifikasi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan.
RSUD KRMT Wongsonegoro, Kota Semarang, salah satunya, yang menalangi dulu pembiayaan pasien Covid-19 dengan menggunakan dana badan layanan umum daerah. Masih ada tunggakan Rp 80 miliar yang belum dibayarkan Kemenkes yang diharapkan cair bulan ini.
Wakil Direktur Umum dan Keuangan RSUD KRMT Wongsonegoro (RSWN) Semarang Eko Krisnarto, Selasa (13/7/2021), mengatakan, pada prinsipnya pasien Covid-19 yang dirawat sama sekali tidak dikenai biaya karena ditanggung Kemenkes. ”Memang masih ada Rp 80 miliar yang belum dibayarkan, sisa klaim sekitar Maret 2021, sehingga kami memakai (dana) BLUD dulu. Sejauh ini (tunggakan) tak menjadi kendala karena (keuangan RS) masih mencukupi. Ada silpa (sisa lebih perhitungan anggaran) yang bisa kami gunakan. Namun, kami tetap berharap klaim segera cair,” katanya.
Eko mengemukakan, pembiayaan, antara lain, untuk penambahan ruang isolasi Covid-19 dan pembiayaan sukarelawan, baik perawat maupun nonperawat, seperti petugas pemulasaran jenazah, porter (petugas pelayanan di RS), dan oksigen. Sukarelawan diperlukan seiring meningkatnya pasien Covid-19. Selain itu, ada sejumlah tenaga kesehatan yang terpapar.
Saat ini ada 60 sukarelawan di RSWN yang dikontrak selama tiga bulan. ”Katakanlah (insentif sukarelawan) Rp 300.000 per sif atau Rp 6 juta per bulan. Dalam tiga bulan berarti Rp 18 juta. Dikali 60 orang (Rp 1,08 miliar),” ujar Eko.
RS juga harus terus memastikan pasokan oksigen berjalan lancar. RSWN memiliki dua vendor penyediaan oksigen, yakni PT Samator di Kendal dan PT Langgeng di Gresik, Jawa Timur. Seiring peningkatan kasus Covid-19 pascalibur Lebaran 2021, kebutuhan oksigen meningkat dari 8.000 meter kubik per hari menjadi 14.000-15.000 meter kubik per hari.
Eko menuturkan, saat ini jumlah pasien Covid-19 di RSWN cenderung menurun. ”(Selasa pagi) total ada 430 pasien Covid-19, sedangkan pekan-pekan lalu 504 pasien. Namun, kapasitas IGD dan ruang isolasi tidak kami ubah dulu karena takutnya kembali ada lonjakan. Sementara 52 tempat tidur ICU selalu penuh karena kami juga menerima pasien rujukan," jelasnya.
Pengelola Rumah Sakit Bhakti Asih, rumah sakit swasta yang dijadikan rujukan Covid-19 di Kabupaten Brebes, juga menalangi dulu biaya penanganan pasien. Setiap bulan rumah sakit mengirim laporan biaya pengobatan pasien Covid-19 kepada Kemenkes.
Menurut Sekretaris Satgas Covid-19 sekaligus Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RS Bhakti Asih Muhammad Iqbaluddin, biaya yang harus dikeluarkan untuk pasien Covid-19 Rp 500 juta hingga Rp 1 miliar per bulan, bergantung jumlah pasien.
”Pencairan klaim pengobatan pasien Covid-19 memerlukan waktu 2-5 bulan. Sembari menunggu dana dari Kementerian Kesehatan cair, kami mengajukan pinjaman ke bank,” kata Iqbal.
Gagal klaim
Selain perlu waktu, biaya penanganan pasien Covid-19 juga tidak seluruhnya bisa diklaim. Ada kriteria-kriteria tertentu sehingga klaim rumah sakit bisa disetujui, kemudian dicairkan.
”Kami beberapa kali mengalami gagal klaim meski pasien jelas-jelas terkonfirmasi positif berdasarkan tes usap. Biasanya gagal diklaim karena pasien yang dirawat bergejala ringan dan sebenarnya tidak memerlukan perawatan di rumah sakit,” ucap Iqbal.
Kepala Dinas Kesehatan Jateng Yulianto Prabowo menuturkan, saat ini ada 310 RS di Jateng dan 245 di antaranya merupakan RS rujukan Covid-19. Seiring meningkatnya kasus Covid-19 pascalibur Lebaran 2021, ada RS yang turut membantu penanganan Covid-19 dengan beralih menjadi RS rujukan.
Yulianto mengakui, memang masih cukup banyak RS di Jateng yang klaim pembiayaannya belum dibayarkan Kemenkes. ”Namun, mereka rata-rata masih bisa mengatasi. Saat-saat seperti ini memang semua berjuang. Tidak ada yang tidak berkorban, termasuk tentang keuangan itu. Jadi, kondisinya memang seperti itu, tidak ada yang enak. Sedang darurat,” katanya.
Menurut data laman corona.jatengprov.go.id, yang dimutakhirkan pada Selasa (13/7/2021) pukul 16.00, terdapat 297.751 kasus positif Covid-19 kumulatif di Jateng. Sebanyak 27.055 orang dirawat/isolasi, 252.216 sembuh, dan 18.480 meninggal. Tercatat ada penambahan 3.270 kasus positif dalam 24 jam terakhir.
Akan tetapi, dari data yang dihimpun Kompas dari seluruh pemerintah kabupaten/kota di Jateng, per Senin (12/7/2021), ada 52.065 kasus aktif. Lima daerah dengan kasus aktif tertinggi secara berurut ialah Klaten dengan 5.517 kasus, Boyolali (3.868), Kota Surakarta (3.671), Kabupaten Semarang (3.641), dan Kabupaten Magelang (3.077).