Kasus Aktif di Jabar Terus Naik, Pasien Isoman Akan Dipinjami Tabung Oksigen
Lebih dari 70 persen dari 101.742 kasus aktif Covid-19 di Jawa Barat merupakan pasien yang sedang menjalani isolasi mandiri. Mereka membutuhkan dukungan obat-obatan dan oksigen untuk membantu penyembuhan.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Kasus aktif Covid-19 di Jawa Barat terus naik mencapai 101.742 orang, Rabu (14/7/2021). Lebih dari 70 persen pasien menjalani isolasi mandiri. Mereka akan dipinjami tabung oksigen untuk meminimalkan potensi pemburukan kesehatan.
Kasus aktif di Jabar meningkat 12.379 kasus dibandingkan Senin (12/7/2021). Hanya sekitar 20.000 pasien yang dirawat atau diisolasi di rumah sakit rujukan Covid-19.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan, meskipun berada di rumah, pasien isoman tetap diperhatikan kebutuhannya. Bantuan obat, vitamin, suplemen, dan layanan telekonsultasi telah diberikan sejak beberapa hari lalu.
Akan tetapi, belum semua permintaan bantuan obat dan layanan telekonsultasi melalui aplikasi Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar (Pikobar) itu dapat dipenuhi. Selain tingginya jumlah permintaan, tenaga kesehatan yang bertugas menjawab konsultasi juga terbatas.
Kelangkaan tabung oksigen menjadi salah satu yang dikeluhkan pasien isoman. Pemerintah Provinsi Jabar berencana meminjamkan tabung oksigen untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
”Ada obat gratis yang sudah kita sebarkan kepada pasien isoman selama tujuh hari ini. Kemudian rencananya kami akan pinjam pakai tabung oksigen (untuk pasien isoman), sudah kami proses,” ujar Kamil di Bandung.
Akan tetapi, Kamil tidak menyebutkan total ketersediaan tabung oksigen yang akan dipinjamkan. Pihaknya masih berupaya memenuhi kebutuhan oksigen di rumah sakit melalui kerja sama dengan sejumlah perusahaan produsen oksigen.
Kamil menerima bantuan 700 tabung oksigen dari Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Jabar dan PT Abyro Multitecno Cemerlang, Rabu. Selain itu, pihaknya juga akan mendapatkan 1.500 tabung oksigen dari Singapura.
”Kemarin baru pulang dari Sumatera untuk meminta komitmen perusahaan-perusahaan di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Saya juga ikut mencari bantuan dengan mengontak sahabat-sahabat lama saya di Singapura. Alhamdulillah, hari Kamis (15/7/2021) akan datang 1.500 tabung dari Singapura hasil pendekatan langsung kepada mereka,” ucapnya.
Berbagai bantuan kepada pasien isoman diharapkan menekan risiko fatalitas akibat Covid-19. Kamil mengatakan, sekitar 160 warga Jabar meninggal saat menjalani isoman.
Ia meminta aparatur pemerintah hingga tingkat RT/RW beserta babinsa TNI dan bhabinkamtibmas Polri aktif mengecek kondisi pasien isoman. ”Pastikan mereka membaik, bukan memburuk. Jangan ada lagi yang meninggal di rumah-rumah karena aparat RT/RW, lurah, dan lain-lainnya kurang atensi,” ujar Kamil.
Sebelumnya, Penasihat Senior untuk Urusan Jender dan Pemuda untuk Direktur Jenderal WHO Diah S Saminarsih menyebutkan, terdapat sejumlah faktor penyebab meninggalnya pasien isoman. Salah satunya akibat kasusnya terlambat ditemukan karena kemampuan pelacakan di puskesmas menurun.
Diah, yang juga pendiri Centre for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI), mengatakan, beban kerja tenaga kesehatan di puskesmas tinggi. Sebab, selain melakukan 3T (testing, tracing, treatment), mereka juga harus mengejar target vaksinasi dan mengedukasi masyarakat tentang protokol kesehatan. ”Kasus kematian dilaporkan terjadi karena penurunan saturasi mendadak saat pasien melakukan isolasi mandiri,” ujarnya.
Faktor lainnya adalah tidak segera mendapatkan pertolongan karena rumah sakit sudah penuh dan pasien terlambat datang ke fasilitas kesehatan ketika kondisinya sudah memburuk. Dibutuhkan peningkatan pelacakan kontak dengan melibatkan lebih banyak sukarelawan. Selain itu, membentuk layanan terintegrasi sehingga penanganan Covid-19 tidak hanya dibebankan pada puskemas.
Dukungan obat-obatan, oksigen, dan lain-lain sangat dibutuhkan oleh pasien isoman. Sebab, jika kondisi kesehatan memburuk, mereka harus dirujuk ke rumah sakit. Sementara tingkat keterisian tempat tidur pasien Covid-19 di rumah sakit masih tinggi.
Hingga Rabu malam, rata-rata tingkat keterisian rumah sakit rujukan Covid-19 di Jabar mencapai 85,18 persen. Keterisiannya menurun 0,54 persen dibandingkan sehari sebelumnya. Namun, okupansi rumah sakit di beberapa daerah masih di atas 90 persen, seperti di Kota Bekasi, Depok, Sukabumi, Tasikmalaya, serta Kabupaten Bandung, Purwakarta, Pangandaran, dan Ciamis.