Rumah Sakit di Sumbar Tambah Kapasitas untuk Antisipasi Peningkatan Kasus
Sejumlah rumah sakit di Sumatera Barat menambah kapasitas tempat tidur pasien Covid-19 untuk mengantisipasi peningkatan kasus. Pemprov Sumbar juga memastikan ketersediaan oksigen agar tidak terjadi kelangkaan.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Sejumlah rumah sakit di Sumatera Barat menambah kapasitas tempat tidur pasien Covid-19 untuk mengantisipasi peningkatan kasus. Pemerintah Provinsi Sumbar juga memastikan ketersediaan oksigen agar tidak terjadi kelangkaan di masa darurat.
Pejabat Pembuat Informasi dan Dokumentasi RSUP Dr M Djamil, Padang, Gustavianof, Jumat (9/7/2021), mengatakan, dalam dua pekan terakhir, jumlah pasien Covid-19 meningkat signifikan. Sebagai contoh, keterisian ruang perawatan kategori sedang-berat meningkat menjadi 60-70 persen.
”Keterisian ruang perawatan sedang-berat dua pekan lalu 40-50 persen, sekarang 60-70 persen. Sementara itu, ruang ICU berventilator keterisiannya 80-100 persen,” kata Gustavianof.
RSUP Dr M Djamil, yang menjadi RS rujukan Provinsi Sumbar, Riau, Jambi, Sumatera Utara bagian selatan, dan Bengkulu, memiliki kapasitas ruang perawatan pasien Covid-19 sebanyak 255 tempat tidur. Ruangan itu terdiri dari ruang isolasi zona kuning (ruang transisi), ruang isolasi pasien gejala sedang-berat, serta ruang ICU, baik yang berventilator maupun tidak.
Pasca-Idul Fitri lalu, RSUP Dr M Djamil menyiapkan tambahan 83 tempat tidur, terdiri dari 30 tempat tidur untuk ICU dan 53 tempat tidur untuk pasien kategori sedang-berat. Pengerjaan fisiknya telah mencapai 95 persen.
”Selain fisik, juga dibutuhkan fasilitas penunjang, seperti tempat tidur, sarana penunjang jalur oksigen, dan ventilator. Semuanya sedang berproses. Mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa dioperasikan,” ujarnya.
Terkait ketersediaan tenaga kesehatan, oksigen, dan obat-obatan, Gutavianof mengatakan, dalam kondisi sekarang, semuanya masih memadai. Jika kebutuhan meningkat, RS akan menggeser tenaga kesehatan internal untuk membantu penanganan Covid-19 ataupun merekrut tenaga sukarelawan.
”Untuk ketersediaan oksigen, sementara masih memadai. Kami dapat pasokan sekali dua hari. Suplai masih aman. Ketersediaan oksigen menjadi atensi pimpinan dalam kondisi saat ini. Pimpinan sudah jalin komunikasi dengan pemasok, mereka bersedia membantu RS dan masyarakat. Begitu pula dengan obat-obatan,” kata Gustavianof.
RSUD Dr Achmad Mochtar, Bukittinggi, juga menambah jumlah tempat tidur bagi pasien Covid-19. Direktur Utama RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi, Khairul Said, mengatakan, Jumat ini tempat tidur pasien Covid-19 ditambah dari 28 tempat tidur menjadi 40 tempat tidur.
Secara total, ada 100 ruang untuk pasien Covid-19. Ruangan itu belum bisa difungsikan semua karena keterbatasan tenaga kesehatan dan kemampuan anggaran daerah.
Ruangan itu pun sudah terisi semua. ”Sebenarnya, ruangan tambahan mulai dibuka Senin depan. Namun, karena pasiennya ada dan tenaga sudah siap, sudah kami buka,” kata Khairul.
Khairul menjelaskan, untuk saat ini, RS yang dikelola Pemprov Sumbar ini belum bisa menambah lagi jumlah ruangan pasien Covid-19. Sebab, jumlah tenaga kesehatan dan tenaga penunjang lainnya terbatas. Padahal, secara total, ada 100 ruang untuk pasien Covid-19. Ruangan itu belum bisa difungsikan semua karena keterbatasan tenaga kesehatan dan kemampuan anggaran daerah.
Adapun untuk ketersediaan oksigen, kata Khairul, sejauh ini masih lancar. Begitu pula dengan ketersediaan obat-obatan. ”Kami memesan obat tergantung persediaan cash flow rumah sakit,” ujarnya.
Data Kementerian Kesehatan di aplikasi Siranap menyebutkan, hingga Jumat ini, tingkat keterisian rata-rata tempat tidur pasien Covid-19 di 27 RS di Sumbar 66,69 persen. Dari total 1.021 tempat tidur, 681 tempat tidur sudah terpakai.
Secara terpisah, Juru Bicara Penanganan Covid-19 Sumbar Jasman Rizal mengatakan, tingkat keterisian rumah sakit di Sumbar hampir mencapai 70 persen. Pemerintah provinsi sedang berkoordinasi untuk penambahan kapasitas RSUD. Selain itu, tempat karantina yang dikelola pemprov juga diaktifkan kembali.
Jasman melanjutkan, selain di bagian hilir, satgas juga berupaya menekan penambahan kasus dari hulu dengan pembatasan kegiatan masyarakat. Tiga kota di Sumbar, yaitu Padang, Padang Panjang, dan Bukittinggi, menjalankan PPKM darurat dan satu kota, yaitu Solok, menjalankan pengetatan PPKM mikro.
”Mudah-mudahan tidak terjadi outbreak di Sumbar. Mudah-mudahan tingkat keterisian RS tidak lebih dari 70 persen,” kata Jasman, yang juga menjabat Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik Sumbar itu.
Potensi kelangkaan oksigen diantisipasi lewat komunikasi dengan lima perusahaan penyedia oksigen. Mereka bersedia menyuplai. ”Sekarang ketersediaan oksigen di Sumbar kondisinya masih kategori aman. Kalau ada peningkatan kebutuhan, kelima penyedia bersedia memenuhinya,” ujarnya.