Lonjakan Eksponensial Covid-19 di Jatim, Sosialisasi PPKM Digencarkan
Masih tingginya mobilitas warga kembali memicu lonjakan Covid-19 di Jawa Timur. Penambahan kasus harian pun kembali memecahkan rekor baru. Sosialisasi tentang aturan pembatasan mobilitas harus lebih digencarkan lagi.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Mobilitas masyarakat Jawa Timur yang masih tinggi pada masa penerapan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM darurat menjadi salah satu pemicu terjadinya kembali lonjakan kasus baru Covid-19 secara eksponensial. Sosialisasi tentang aturan pembatasan mobilitas dan pentingnya berdiam di rumah harus lebih digencarkan lagi.
Berdasarkan data Satgas Covid-19 Jatim, terjadi penambahan kasus harian sebanyak 2.551 kasus pada Kamis (8/7/2021). Penambahan kasus tersebut merupakan rekor baru di Jatim selama masa pandemi Covid-19 berlangsung sejak Maret 2020. Penambahan kasus baru pada kisaran yang sama telah terjadi sehari sebelumnya, Rabu, yakni 2.548 kasus.
Penambahan 2.551 kasus juga tergolong tinggi apabila dibandingkan dengan penambahan pada Selasa yang masih berada di angka 1.808 kasus. Kenaikannya mencapai 41 persen atau 743 kasus. Dengan adanya penambahan 2.551 kasus baru, total kumulatif kasus terkonfirmasi positif Covid-19 menjadi 187.175 kasus.
Jumlah pasien dirawat saat ini 13.297 orang atau 7,1 persen, naik signifikan dibandingkan Sabtu (3/7/2021 lalu sebanyak 9.698 orang. Terjadi penambahan 3.599 pasien dirawat dalam kurun waktu empat hari atau 899 pasien setiap hari. Penambahan pasien dirawat dalam jumlah besar itu menyebabkan rumah sakit rujukan tak mampu lagi menampungnya.
Di RS Lapangan Indrapura, Surabaya, misalnya, kondisi pada Jumat (9/7/2021), jumlah pasien dirawat mencapai 382 orang dari kapasitas tempat tidur pasien sebanyak 410 unit. Jumlah pasien yang inden masuk rumah sakit sebanyak 102 orang. Selama pandemi, total pasiennya 8.768 orang dan sebanyak 7.996 pasien dinyatakan sembuh.
Terjadinya lonjakan kasus Covid-19 secara eksponensial itu menempatkan 20 dari 38 kabupaten dan kota di Jatim berada di zona merah atau daerah dengan risiko tinggi sebaran penyakit. Selain itu, 18 daerah berada di zona oranye atau risiko sedang sebaran Covid-19. Tidak ada lagi daerah dengan risiko rendah dan terkontrol.
Mobilitas tinggi
Kepala Polri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo saat berkunjung ke Desa Sawotratap, Sidoarjo, Jumat, mengatakan, lonjakan kasus Covid-19 di Jatim secara eksponensial terjadi karena tingginya mobilitas masyarakat. Bahkan setelah diberlakukan PPKM darurat, mobilitas masyarakat ini tetap tinggi meski ada penurunan.
Dalam kunjungan bersama Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto tersebut, Listyo mengatakan, tingginya mobilitas masyarakat itu karena perkantoran dan perusahaan masih menerapkan pola bekerja dari kantor. Hal itu menandakan pemahaman masyarakat tentang sektor esensial dan non-esensial dalam aturan PPKM darurat perlu ditingkatkan lagi.
”Sektor non-esensial seharusnya meliburkan dulu karyawannya untuk menekan sebaran Covid-19. Selain itu, harus ada jaminan karyawan yang diliburkan ini tidak akan diberi sanksi dan dikeluarkan dari pekerjaannya,” ujar Listyo.
Oleh karena itu, lanjut Kapolri, diperlukan sosialisasi yang lebih gencar lagi mengenai PPKM darurat dan aturannya serta penegakannya di lapangan. Hal yang tidak kalah signifikan untuk disosialisasikan adalah pentingnya berdiam di rumah dan tidak bepergian apabila tidak ada kepentingan mendesak.
Harus ada jaminan karyawan yang diliburkan ini tidak akan diberi sanksi dan dikeluarkan dari pekerjaannya.
Desa Sawotratap dikunjungi Kapolri, Panglima TNI, dan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa karena menerapkan PPKM mikro. Langkah itu diambil setelah puluhan warganya terpapar Covid-19, salah satunya disebabkan oleh kluster perjalanan ke Bangkalan, Madura.
Hingga saat ini masih ada 55 warga yang terpapar Covid-19, dengan rincian 53 menjalani isolasi mandiri di rumah dan 2 orang lainnya dirawat di rumah sakit. Banyaknya warga yang menjalani isolasi di rumah memerlukan perhatian tersendiri karena banyak kasus kematian Covid-19 terjadi pada orang yang sedang menjalani isolasi mandiri.
Untuk mencegah kian banyaknya kasus kematian pada penderita Covid-19 yang melakukan isolasi mandiri, Listyo mengingatkan warga untuk melapor kepada pengurus lingkungan, terutama yang tinggal di kawasan perumahan.
Kasus kematian pada orang yang sedang menjalani isolasi mandiri belakangan ini meningkat. Hal itu terjadi karena pada saat isolasi mandiri, kondisi pasien memburuk dan dilarikan ke RS. Namun, karena RS penuh, pasien tidak bisa dirawat atau diharuskan mengantre untuk mendapatkan perawatan. Pada masa mengantre inilah, akhirnya pasien tersebut meninggal.
Persoalan lain yang menghantui pasien Covid-19 isoman adalah ketidaklancaran suplai oksigen. Banyak keluarga pasien isolasi mandiri mengeluh sulit mendapatkan oksigen dan harganya juga naik berkali lipat.
Menjawab hal itu, Gubernur Jatim Khofifah mengatakan, secara global pasokan oksigen diprediksi bisa mencukupi kebutuhan di rumah sakit ataupun para penderita Covid-19 yang tengah menjalani isolasi mandiri. ”Hambatannya terjadi pada proses distribusi. Produsen mengambil tabung di RS dengan intensitas yang terjadwal. Produsen tidak bisa mempercepat pengambilan karena armada yang terbatas,” ucap Khofifah saat berkunjung ke PT Samator di Gresik, Kamis sore.
Dalam kunjungannya ke produsen oksigen terbesar di Indonesia tersebut, Khofifah berupaya mempercepat distribusi oksigen dengan menawarkan proses pengisian ulang langsung di pabrik. Setiap RS diminta segera menunjuk petugas penghubung (liaison officer) yang menjadi penanggung jawab kegiatan.
Adapun terkait oksigen yang diperlukan masyarakat umum, terutama warga yang menjalani isolasi mandiri Covid-19, Pemerintah Provinsi Jatim belum menemukan solusinya. Meski demikian, pemerintah terus berupaya merumuskan strategi agar suplai oksigen lancar sehingga masyarakat mudah mendapatkannya.