Antisipasi dan Pengetatan untuk Hadapi Lonjakan Kasus di Makassar
Lonjakan kasus di Sulsel, terutama Makassar, kian tinggi. Berbagai langkah antisipasi kini dilakukan, di antaranya menurunkan tim Detector Covid dan menutup pasar malam.
Oleh
Reny Sri Ayu
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Berbagai upaya dan langkah antisipasi terus dilakukan terkait lonjakan kasus Covid-19 di Sulawesi Selatan, terutama Makassar yang jadi episentrum. Pemerintah Kota Makassar kini juga menggagas fasilitas isolasi apung untuk pasien tanpa gejala. Selain itu, 15.000 petugas yang disebut Detector Covid diturunkan ke setiap rukun tetangga di Makassar.
Terkait hal ini, Wali Kota Makasaar M Ramdhan Pomanto menggelar rapat bersama seluruh satuan kerja, perusahaan daerah, serta instansi terkait lainnya, Kamis (9/7/2021). Rapat di antaranya membahas antisipasi lonjakan kasus dengan berbagai langkah penanggulangan.
”Saat ini ada 15.000 tenaga Detector Covid yang terdiri dari gabungan tenaga kesehatan, medis, satpol PP, dan sukarelawan. Mereka akan turun dan disiagakan di setiap RT. Ada 5.000 RT di Makassar dan setiap RT akan dikawal dua tim Detector Covid. Salah satunya adalah tenaga kesehatan atau tenaga medis,” kata Ramdhan.
Dia menambahkan, para petugas itu berperan memantau kondisi warga dan melakukan pengecekan, termasuk soal kesehatan. ”Jadi, tim tak lagi menunggu laporan, tetapi langsung turun ke lapangan,” kata Ramdhan.
Pengetatan kegiatan masyarakat juga kini diawasi setelah pembatasan aktivitas hingga pukul 17.00 Wita. Saat ini, salah satu pasar malam tertua di Makassar, yakni Pasar Senggol, ditutup sementara waktu untuk menghindari penyebaran virus. Pasar ini menjadi salah satu pasar yang ramai di mana penjual dan pembeli nyaris tak bisa menjaga jarak.
”Kami sudah melakukan sosialisasi kepada para pedagang. Memang mereka protes, tetapi karena ini perintah dan untuk mencegah lonjakan kasus, terpaksa ditutup sementara. Kami terus berusaha memberi pengertian agar keputusan ini bisa diterima dengan baik oleh semua,” kata Direktur Operasional PD Pasar Makassar Saharuddin Ridwan.
Di Sulsel, dalam tiga hari terakhir, lonjakan kasus cukup mengejutkan. Dimulai dari 485 kasus pada Rabu dan 500 kasus baru pada Kamis, memasuki Jumat ini terdapat 511 kasus baru. Padahal, beberapa pekan terakhir, masih berkisar 100-200 kasus per hari. Sebagian besar kasus berada di Makassar.
Terkait lonjakan kasus ini dan mengantisipsi jika terjadi kejadian luar biasa, Ramdhan mengatakan, saat ini pihaknya meminta izin meminjam kapal Pelni yang tidak dipakai. ”Kami berencana membuat lokasi isolasi apung dengan memanfaatkan kapal Pelni yang kapasitasnya bisa menampung hingga 2.000 orang,” ujarnya.
Ramdhan menjelaskan, kapal ini bisa ditempatkan di Selat Makassar atau di sekitar Pantai Losari yang memungkinkan untuk jadi lokasi berlabuh. ”Kami sudah konsultasi dengan berbagai pihak, termasuk IDI (Ikatan Dokter Indonesia), dan ini masuk akal,” katanya.
Isolasi apung akan dikhususkan untuk pasien yang tanpa gejala atau dengan gejala ringan dan tak membutuhkan perawatan khusus. Kapal akan dilengkapi berbagai kebutuhan, termasuk tenaga medis. Saat ini, kata Ramdhan, pihaknya masih mengajukan izin ke Kementerian Perhubungan.
Sementara itu, di kabupaten/kota lain di Sulsel, pihak pemprov sudah meminta pemerintah daerah melakukan persiapan dan antisipasi jika terjadi lonjakan kasus. Ini terutama terkait kesiapan rumah sakit dan tenaga kesehatan, tenaga medis, serta sukarelawan.