RS Lapangan Tembak Surabaya Terima Pasien Rujukan Puskesmas
Mekanisme pasien bisa masuk di Rumah Sakit Lapangan Tembak Surabaya harus dengan rujukan puskesmas. Cara ini diterapkan untuk mempermudah petugas melakukan pelacakan kontak erat.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Di tengah situasi krisis tempat tidur di hampir semua rumah sakit di Kota Surabaya, Pemerintah Kota Surabaya mulai mengoperasikan Rumah Sakit Lapangan Tembak di Kelurahan Kedung Cowek. Pasien Covid-19 yang bisa dirawat adalah orang tanpa gejala dan gejala sedang berdasarkan rujukan dari puskesmas.
Pada tahap awal, Rumah Sakit Lapangan Tembak (RSLT) akan diisi 150 pasien Covid-19. Mereka merupakan pasien dengan kategori orang tanpa gejala (OTG) serta gejala ringan dan sedang. Bagi pasien dengan gejala berat, dirawat di RSUD dr Soewandhie Surabaya.
”Semua pasien OTG dan gejala ringan yang masuk ke sini dari rujukan puskesmas OTG dan ringan. Gejala berat dirawat di RSUD dr Soewandhie. Begitu sebaliknya, jika di Soewandhie pasien sudah gejala ringan, dioper ke RSLT,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita, Kamis (8/7/2021).
Dijelaskan, untuk tahap awal, pasien Covid-19 akan ditempatkan di gedung D atau di lantai I sisi sebelah selatan. Jumlah total ruangan di RSLT terdiri dari A, B, C D dan E dengan tenaga kesehatan sementara sekitar 150 orang.
Mekanisme pasien bisa masuk di RSLT harus rujukan puskesmas. Cara ini diterapkan untuk mempermudah petugas melakukan tracing atau pelacakan kontak erat. ”Jadi, yang bawa pasien ke RSLT dari puskesmas,” katanya.
Selain itu, ada beberapa dokumen yang harus dilengkapi ketika pasien Covid-19 ingin menjalani perawatan di RSLT. Dokumen itu terdiri dari kartu tanda penduduk (KTP) dan hasil PCR positif, baik dari puskesmas maupun laboratorium lain.
Kapasitas di RSLT sebanyak 1.000 tempat tidur. Untuk tahap awal telah tersedia 400 tempat tidur. Tempat tidur berikut beberapa sarana pendukung merupakan bantuan dari Kementerian Sosial yang langsung diserahkan oleh Menteri Sosial Tri Rismaharini pada Senin (5/7/2021). Bantuan dari Kemensos, antara lain, 250 tempat tidur dan 50 velbed.
Ke depan, pasien OTG dan gejala ringan yang berada di Hotel Asrama Haji (HAH) bakal dipindah ke RSLT. ”Jadi, pasien di Asrama Haji dipindah ke RSLT supaya tidak penuh walau di Asrama Haji dilengkapi instalasi gawat darurat (IGD) yang akan dipindahkan ke sini agar di Asrama Haji hanya OTG disertai batuk dan pilek,” paparnya.
RSLT sama dengan fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) di rumah sakit lain. RSLT yang berada di Kedung Cowek ini telah dilengkapi dengan ruangan IGD, rawat inap, radiologi, farmasi hingga laboratorium. Untuk laboratorium hanya mengambil sampel dan pemeriksaan ringan.
Kritis
Epidemiolog Universitas Airlangga Surabaya, Windhu Purnomo, mengatakan, positivity rate rumah sakit di kota dengan penduduk 2,9 juta jiwa ini sangat tinggi dalam satu minggu terakhir. Hingga Rabu (7/7/2021), positivity rate 46,67 persen atau 9 kali lipat dari yang seharusnya di bawah 5 persen. Tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) nyaris 100 persen, yakni 97,07 persen.
Sementara, menurut Windhu, penelusuran kontak rasionya sangat rendah, hanya 1,11, padahal padahal standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebanyak 30 atau menurut Kemenkes minimal 15 persen. ”Dari indikator ini menunjukkan Surabaya sangat kritis, serta perlu respons yang cepat dan ada solusi,” ujarnya.
Meski Surabaya kini oranye, tetapi dalam asesmen risiko berdasarkan WHO yang dijadikan pedoman oleh Kemenkes sejak dua minggu ini, Surabaya per Rabu (7/7/2021) masuk dalam level 4, yang merupakan level tertinggi dalam tingkat risiko.
Dari indikator ini menunjukkan Surabaya sangat kritis dan perlu respons yang cepat dan ada solusi.
Pengamatan Kompas sampai Kamis, ada 14 rumah sakit di Surabaya menutup layanan di IGD. Laporan warga melalui Command Center 112 tentang ada warga meninggal di rumah, kondisi sekarat dengan hasil PCR positif, butuh ambulans segera, termasuk ambulans untuk membawa jenazah ke makam, semakin sering.
Salah satu informasi dari warga,” tolong ambulans segera karena warga yang sehari-hari sebagai pengemudi ojek online sudah kritis, ada hasil PCR positif, istrinya juga sedang sakit,” begitu info dari Novi (56), warga Medokanayu Utara melalui info kedaruratan 112.
Tak sampai satu menit, permintaan itu lantas direspons. ”Ambulans Dinas Sosial penuh, sedangkan ambulans Dinas Kesehatan/Tim Gerak Cepat (TGC) masih penanganan. Permintaan penanganan juga banyak. Kalau mau antre, kami bantu sampaikan ke TGC wilayah timur”.
Penindakan terhadap pelanggar PPKM darurat juga semakin digencarkan. Satgas Covid-19 Surabaya kian rutin memantau perkantoran serta pusat keramaian seperti pasar dan swalayan serta warung. Jumlah warga yang melakukan pelanggaran terutama berkerumun di satu tempat meski sudah melebihi pukul 20.00.