Seorang Peserta Munas Kadin Meninggal akibat Covid-19 di Kendari
Setelah dirawat beberapa hari, seorang peserta Munas Kadin, yang juga salah seorang pengurus Kadin Indonesia, meninggal akibat Covid-19 di Kendari.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·5 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Seorang peserta Musyawarah Nasional (Munas) VIII Kamar Dagang dan Industri (Kadin), yang juga pengurus pusat organisasi ini, meninggal akibat terpapar Covid-19, di Kendari, Sulawesi Tenggara. Sejumlah peserta lain juga masih dalam perawatan setelah diketahui positif. Kluster penyebaran dan masuknya varian virus baru dikhawatirkan terjadi.
Ketua Panitia Munas VII Kadin Adisatrya Sulisto mengungkapkan, seorang peserta musyawarah Kadin meninggal di Kendari, Selasa (6/7/2021). Peserta tersebut adalah Rudy D Siregar yang juga Wakil Ketua Komite Tetap Bidang Hubungan Antarlembaga Kadin Indonesia di kepengurusan 2015-2020.
”Kami mendapatkan informasi kemarin bahwa rekan kita Rudy tidak tertolong saat menjalani perawatan di Kendari. Kami tentu sangat berduka atas kejadian ini. Teman-teman di wilayah sudah bantu mengurus dan keluarga juga sudah tiba. Menurut rencana, jenazah beliau akan dikremasi lalu dibawa ke Jakarta,” kata Adisatrya, saat dihubungi dari Kendari, Rabu (7/7/2021).
Menurut Adisatrya, almarhum Rudy diketahui berangkat dari Jakarta dan tiba di Kendari pada Senin (29/6/2021) atau sehari sebelum pembukaan Munas. Munas dibuka secara resmi oleh Presiden Joko Widodo.
Setelah tiba di Kendari, Adisatrya menjelaskan, Rudy melanjutkan perjalanan ke Hotel Claro, tempat munas diselenggarakan. Sesuai protokol kesehatan yang berlaku, semua peserta menjalani tes reaksi berantai polimerasi (PCR). Di situ, Rudy diketahui positif Covid-19.
Panitia yang bekerja sama dengan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kendari dan Sultra lalu membawa Rudy ke lokasi isolasi. Awalnya, kondisi Rudy terhitung baik dengan saturasi yang normal. Akan tetapi, setelah beberapa hari isolasi, dia dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Namun, Rudy kemudian meninggal.
”Kami tidak tahu terpaparnya di mana karena virus ini, kan, setahu saya ada masa inkubasi. Yang jelas, diketahui positif di Kendari, hingga meninggal,” katanya.
Sejauh ini, kata Adisatrya, sebanyak 10-12 peserta Munas Kadin diketahui positif Covid-19. Beberapa orang diketahui telah sembuh, tetapi sebagian lagi masih menjalani isolasi mandiri hingga perawatan di RS.
”Kami tentu tidak mau ada kluster baru akibat Munas Kadin dan telah berupaya maksimal dengan protokol kesehatan yang berlipat. Namun, karena virus ini tidak terlihat, mau bagaimana lagi. Kami juga bekerja sama dengan Kadin Sultra untuk penanganan teman-teman yang masih dalam perawatan,” tambahnya.
Sebelumnya, sejumlah peserta dan pendukung Munas Kadin diketahui terpapar Covid-19 sejak acara ini diselenggarakan. Berdasarkan data Panitia Lokal Munas VIII Kadin pada Rabu (30/6/2021), satu pengurus Kadin Jakarta diketahui positif Covid-19 dari hasil tes cepat antigen. Selain itu, tiga anggota tim paduan suara pembukaan Munas yang dihadiri Presiden Joko Widodo juga terpapar Covid-19.
Epidemiolog Universitas Halu Oleo, Ramadhan Tosepu, menjelaskan, terdeteksinya sejumlah peserta Munas Kadin yang terpapar Covid-19 hingga adanya peserta yang meninggal merupakan hal yang dikhawatirkan sejak awal. Kejadian ini menunjukkan penyebaran virus akan terus terjadi saat ada acara yang mendatangkan banyak orang.
”Kalau menurut saya, ini sudah jadi kluster Munas Kadin karena jumlahnya bukan satu-dua orang lagi. Kita tidak tahu siapa yang pernah bersentuhan dengan pasien positif, mulai dari bandara, kendaraan, tempat makan, hingga saat tiba di hotel,” ucapnya.
Tidak hanya itu, ia melanjutkan, salah satu kekhawatiran besar lain yang kemungkinan terjadi adalah masuknya varian baru Covid-19 di Kendari. Sebab, mereka yang diketahui positif merupakan pendatang dari luar, khususnya Jakarta, tempat varian baru menyebar luas.
Oleh karena itu, tambah Ramadhan, pemerintah daerah harus melacak dan menelusuri kontak erat para pasien positif Covid-19, khususnya peserta Munas Kadin. Tidak hanya itu, pemda juga perlu melakukan tes whole genome sequencing (WGS) untuk mengetahui jenis dan varian virus.
Dengan begitu, penularan sekaligus pencegahan bisa dilakukan sejak dini. ”Sejak awal kita sudah memperingtkan, kluster Munas bisa terjadi dalam dua pekan. Terbukti sekarang sampai ada yang meninggal. Pemerintah terkesan membiarkan hal ini terjadi, bahkan mengutak-atik data,” katanya.
Aturan terkait PPKM mikro segera dikeluarkan dalam bentuk Peraturan Wali Kota Kendari.
Kasus Covid-19 di Kendari terus melonjak hingga saat ini. Jumlah kasus aktif sebanyak 650 orang dengan total pasien meninggal 72 orang. Jumlah kasus aktif ini meningkat lebih dari 100 kali lipat dibandingkan dengan awal Juni lalu yang hanya ada empat kasus aktif.
Meski kasus terus meningkat, peta zonasi di Kendari berbeda dengan sebelumnya, terutama sebelum Munas Kadin digelar. Jika pada Sabtu (26/6/2021) peta zonasi di Kendari sebagian besar berwarna merah, terutama di Kecamatan Puuwatu, Kadia, dan Wua-wua, pada peta zonasi sehari setelahnya zona merah tidak lagi dicantumkan. Semua daerah berubah menjadi zona kuning dan zona hijau.
Di satu sisi, Kendari saat ini menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) sesuai instruksi Kementerian Dalam Negeri. Bersama 42 daerah lainnya di luar Jawa dan Bali, kota ini masuk kategori level 4 atau daerah yang lonjakan kasus positifnya terus terjadi.
Sekretaris Daerah Kota Kendari Nahwa Umar menyampaikan, aturan terkait PPKM mikro segera dikeluarkan dalam bentuk Peraturan Wali Kota Kendari. Sosialisasi akan dilakukan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan penuh selama dua pekan.
Tidak hanya bagi warga Kendari, tutur Nahwa, para pendatang yang akan masuk ke Kendari juga diperiksa. Pendatang diwajibkan memiliki surat keterangan bebas Covid-19 melalui tes cepat antigen, khususnya mereka yang datang melalui jalur laut dan udara. Selama ini, para pendatang bebas masuk dan keluar Kendari tanpa tes.
”Untuk warga yang isolasi mandiri, kami akan salurkan bantuan obat-obatan agar membantu mereka cepat sehat. Untuk masyarakat luas, ini masih kami pikirkan, karena anggaran kita terbatas,” kata Nahwa.