Suplai Terbatas, Ridwan Kamil Janjikan Gudang Oksigen untuk Rumah Sakit
Suplai oksigen ke sejumlah rumah sakit di Jawa Barat terbatas di tengah melonjaknya jumlah pasien Covid-19. Gubernur Jabar Ridwan Kamil berjanji menyiapkan gudang oksigen di 27 kabupaten/kota.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Suplai oksigen ke sejumlah rumah sakit di Jawa Barat terbatas di tengah melonjaknya pasien Covid-19. Gubernur Jabar Ridwan Kamil berjanji menyiapkan gudang oksigen di 27 kabupaten/kota untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Kamil menuturkan, pasokan oksigen tersebut didukung oleh sejumlah pihak, seperti PT Krakatau Steel, PT Pupuk Sriwidjaja Palembang, dan Pertamina. Pemenuhan kebutuhan oksigen sangat penting untuk menekan risiko kematian pasien Covid-19.
”Rumah sakit bisa meminta ke gudang oksigen di kabupaten/kota. Kondisi (suplai oksigen) ke depan tidak sepanik sekarang yang manajemen permintaannya dinamis,” ujarnya di Kota Bandung, Selasa (6/7/2021).
Selasa sore, Pemerintah Provinsi Jabar menerima satu tangki oksigen berkapasitas 10 ton dari PT Pupuk Sriwidjaja Palembang. Oksigen tersebut akan didistribusikan kepada Rumah Sakit Immanuel dan Rumah Sakit Al Islam Bandung dengan pasokan masing-masing 5 ton.
Asisten Daerah Bidang Perekonomian dan Pembangunan Jabar Taufiq Budi Santoso mengatakan, kerja sama dengan PT Krakatau Natural Resources (anak perusahaan PT Krakatau Steel) memastikan pengisian oksigen sebanyak 150 tabung bervolume 6 meter kubik per hari. Untuk mengatasi kelangkaan tabung, pihaknya menyediakan 300 tabung baru berkapasitas 6 meter kubik dan 100 tabung baru berkapasitas 1 meter kubik.
Distribusi oksigen ke rumah sakit akan dikawal oleh polisi. ”Kerja sama dengan Polda Jabar sudah dilakukan sehingga distribusi dipastikan aman sampai tujuan,” ucapnya.
Taufiq menuturkan, belum ditemukan indikasi penimbunan oksigen di Jabar. Kelangkaan oksigen disebabkan melonjaknya permintaan seiring kasus Covid-19 yang meningkat.
Kelangkaan oksigen dalam beberapa hari terakhir membuat sejumlah rumah sakit di Jabar tidak dapat memenuhi kebutuhan normalnya. Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) Kota Bandung, misalnya, idealnya membutuhkan 300 tabung oksigen per hari. Namun, pasokan saat ini hanya sekitar 60 tabung per hari.
Belum ditemukan indikasi penimbunan oksigen di Jabar. Kelangkaan oksigen disebabkan melonjaknya permintaan seiring kasus Covid-19 yang meningkat.
”Kondisinya tidak ada stok. Biasanya kami aman (kebutuhan) seharian. Saat ini tidak ada jaminan. Sekarang kalau (setiap) enam jam enggak ada pasokan (oksigen), ya kocar-kacir,” ujar Direktur RSKIA Taat Tagore, Senin.
Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat di Jabar belum maksimal menurunkan mobilitas masyarakat. Penyekatan kendaraan dan penindakan terhadap pelanggaran peraturan PPKM akan ditingkatkan.
”Progres PPKM darurat belum memuaskan. Target penurunan mobilitas di Jabar seharusnya 30 persen. Saat ini masih 17 persen,” ujar Kamil.
Kamil mengakui, terjadi kerancuan di tengah warga mengenai pembagian sektor kritikal, esensial, dan non-esensial. Imbasnya, masih ada karyawan yang bekerja di kantor meskipun seharusnya menerapkan sistem bekerja dari rumah.
”Kami akan menindak pihak (sektor non-esensial) yang tidak melaksanakan WFH (work from home/bekerja dari rumah) 100 persen, termasuk industri yang membandel,” ujarnya.
Kamil menambahkan, pihaknya masih menemukan industri yang tidak mempunyai satgas Covid-19. Imbasnya, ketika karyawannya terpapar Covid-19, mereka hanya dipulangkan tanpa mendapatan penanganan yang tepat, seperti isolasi, perawatan, dan pelacakan kontak.
Akibatnya, muncul penularan Covid-19 kluster keluarga. ”Ada juga yang (karyawan) tetap masuk meskipun bukan sektor kritikal dan esensial. Mulai besok (Rabu) tim kepolisian akan razia ke industri-industri,” katanya.