Polda Jatim Awasi Distribusi Obat Terapi Covid-19 dan Tabung Oksigen
Polda Jawa Timur terus melakukan pengawasan terhadap apotek di Kota Surabaya sehubungan dengan semakin banyak keluhan masyarakat akan sulitnya mendapat tabung oksigen dan mahalnya obat terapi Covid-19.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI/AGNES SWETTA PANDIA
·5 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Sebagian masyarakat Jawa Timur mengeluh kesulitan mendapatkan beberapa jenis obat terapi Covid-19 di apotek-apotek. Pengisian tabung oksigen untuk keperluan medis juga kurang lancar. Menyikapi hal itu, Polda Jatim perketat pengawasan distribusi obat-obatan dan tabung oksigen.
Kepala Bidang Humas Polda Jatim Kombes Gatot Repli Handoko, Selasa (6/7/2021), mengatakan, pihaknya telah membentuk tim pengawas peredaran obat terapi Covid-19 dan tabung oksigen untuk keperluan medis. Tim tersebut telah terjun ke lapangan dan terus bekerja untuk mencegah penyelewengan.
Pada Sabtu (3/7/2021) lalu misalnya, Subdit II Ditnarkoba Polda Jatim menyelidiki kelangkaan obat terapi Covid-19 terutama ivermectin dan penjualan di atas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan oleh pemerintah. Hasil penyidikan di wilayah Surabaya, ivermectin dijual dengan harga standar.
Polda Jatim akan terus mengawasi pendistribusian obat-obatan terapi Covid-19 ini agar mudah diperoleh oleh masyarakat yang membutuhkan dan harganya standar atau sesuai HET. (Gatot Repli Handoko)
Harga ivermectin di sejumlah apotek sebesar Rp 130.000 per 20 tablet atau butir. Harga distributor Rp 123.200 per strip atau Rp 6.160 per tablet. Harga itu masih di bawah HET termasuk PPN yang ditetapkan sebesar Rp 157.700 atau setara Rp 7.885 per tablet dengan dosis 12 milligram (mg), kemasan botol berisi 20 tablet.
Direktorat Narkoba Polda Jatim telah memerintahkan seluruh jajarannya di 38 kabupaten dan kota untuk memperketat pengawasan terhadap distribusi obat terapi Covid-19. Pelaku usaha, apotek, dan pedagang farmasi yang mencoba menjual obat ivermectin maupun obat lain dengan harga di atas HET akan ditindak tegas.
Tindakan lebih tegas lagi bakal diterapkan pada oknum yang berupaya menimbun obat-obat tersebut. Dalam melakukan pengawasan terhadap peredaran obat-obatan tersebut, polisi berkoordinasi dengan dinas kesehatan, disperindag, serta Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan.
Meski demikian, Gatot mengakui, ditemukan sejumlah kendala di lapangan. Di Surabaya misalnya, sebuah distributor obat yang menerima pasokan ivermectin dari Jakarta hanya mendistribusikan obat tersebut ke dua apotek dan rumah sakit yang memesan. Hal itu yang membuat masyarakat mengeluh kesulitan mendapatkannya di apotek lain.
Selain ivermectin, obat terapi Covid-19 yang banyak dicari adalah fafipravir, remdesivir, azitromycin, oseltamivir, dan intravenous. Diakui oleh Gatot, distribusi obat-obat tersebut belum merata di banyak apotek sehingga masyarakat mengeluhkannya.
”Polda Jatim akan terus mengawasi pendistribusian obat-obatan terapi Covid-19 ini agar mudah diperoleh oleh masyarakat yang membutuhkan dan harganya standar atau sesuai HET. Demikian halnya dengan tabung oksigen yang permintaannya meningkat belakangan ini karena semakin banyaknya penderita Covid-19,” ujar Gatot.
Keluhan melambungnya harga obat terapi Covid-19 mulai muncul sepekan terakhir di Surabaya. Banyak warga yang ingin membeli obat-obatan tersebut bahkan harus kecewa karena apotek kehabisan stok. Kesulitan lain adalah kelangkaan tabung oksigen.
Untuk itu, pengelola rumah sakit minta kepada Pemerintah Kota Surabaya untuk memberikan perpanjangan jam operasional usaha yang menyediakan tabung oksigen termasuk pengisian oksigen.
Kondisi rumah sakit
Menurut Direktur RSUD Dr Soetomo Joni Wahyuhadi, dalam kondisi seperti sekarang tingkat keterisian rumah sakit rata-rata sudah mencapai 100 persen, seluruh rumah sakit perlu dianalisis pengembanganya dalam penanganan Covid-19. Khusus RSUD Dr Soetomo perlu dikembangkan lagi instalasi gawat darurat (IGD) dan intensive care unit (ICU) dan ruang perawatan ditambah sampai 200 tempat tidur. Sementara RL Lapangan di BPWS ditingkatkan kemampuannya menangani sampai kasus sedang.
Ketua Rumpun Kuratif Satgas Penanganan Covid-19 Jatim ini menambahkan, Rumah Sakit Lapangan Indrapura milik pemerintah pusat bisa ditetapkan sebagai RS khusus Covid-19 dan bisa menangani kasus lowcare hingga high care dan ICU.
Gagasan serupa juga dikemukakan Penanggung Jawab Rumah Sakit Lapangan Surabaya Laksamana Pertama IDG Nalendra Djaya Iswara untuk segera merealisasikan RS khusus Covid-19 di Jatim. Selama belum terealisasi, perlu dirancang peningkatan jumlah tempat tidur, ICU, HCU dan ruang isolasi di provinsi ini agar ke depan lebih siap mengatasi kemungkinan peningkatan kasus Covid-19.
Salah satu upaya merelaksasi pasien Covid-19 yang sedang antre di rumah sakit rujukan, Pemerintah Kota Surabaya tengah menyiapkan lapangan tembak di Kedung Cowek, Kecamatan Bulak, Surabaya, sebagai rumah sakit lapangan. Di lokasi kini mulai dilakukan melakukan pemasangan tempat tidur bantuan dari Kementerian Sosial.
Pelaksana Tugas (Plt) Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Surabaya Lilik Arijanto mengatakan, pemasangan bed untuk kebutuhan rumah sakit lapangan sudah mulai dilakukan. Setidaknya ada sekitar 300 bed yang disiapkan pada tahap awal. Saat ini juga sudah ada pengiriman bed sama peralatan-peralatan kesehatan. Kapasitas kemampuannya sebenarnya bisa sampai 500 bed.
Dia menjelaskan, rencananya di lantai II gedung Lapangan Tembak akan digunakan sebagai ruang isolasi bagi pasien orang tanpa gelaja (OTG). Sementara lantai dasar bakal digunakan untuk penanganan-penanganan yang membutuhkan tenaga kesehatan (nakes).
Karena lokasinya berada di tepi pantai dan sekitarnya masih tambak, Pemkot Surabaya juga melengkapi ruangan dengan kelambu. Lilik berharap, pemasangan kelambu ini dapat membuat pasien merasa lebih nyaman tidak terganggu dengan nyamuk atau serangga-serangga kecil.
Pelatihan
Demi memasifkan pelaksanaan pelacakan di wilayah perkantoran, Pemerintah Kota Surabaya menggelar kegiatan Pelatihan Tracing di Lingkungan Perkantoran. Kegiatan ini diikuti sekitar 900 kantor dan dipimpin langsung oleh Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi.
Dari rumah dinas, Wali Kota Eri Cahyadi menyampaikan kondisi yang tengah terjadi di Surabaya saat ini, mulai dari jumlah pasien baru setiap hari, penuhnya kapasitas bed occupancy ratio (BOR) di beberapa rumah sakit, hingga meningkatnya angka kematian. Pelacakan tersebut menjadi penting dilakukan untuk memutus laju penyebaran, terutama di lingkungan perkantoran.
”Dengan situasi seperti sekarang, mau tidak mau 3T (testing, tracing, treatment) harus dilakukan. Jika ada teman kerja di sekeliling Anda yang terpapar, wajib dilacak untuk mengetahui siapa saja kontak erat pasien,” katanya.
Pada kesempatan itu, Eri Cahyadi juga sudah menyiapkan aplikasi khusus bernama Dashboard Tracing Mandiri. Tujuannya untuk menginput hasil pelacakan pasien dengan cara mengakses melalui lawancovid-19.surabaya.go.id. ”Di situ semua panduannya lengkap. Apabila ditemukan perkantoran yang tidak melakukan tracing, diharapkan dapat menghubungi nomor 0821-4069-6256,” ungkapnya.
Pada kesempatan itu, dia juga mengajak seluruh perusahaan untuk sebisa mungkin melakukan work from home (WFH) selama masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat. Bagi dia, PPKM darurat ini diharapkan dapat menekan penyebaran virus korona sehingga angka kasus menurun.