Lonjakan pasien Covid-19 nyaris melumpuhkan pelayanan rumah sakit di Surabaya, Jawa Timur. Tanpa penambahan kapasitas, tidak ada cara lain, kecuali menutup sementara pelayanan IGD dan mengutamakan pasien darurat.
Oleh
AMBROSIUS HARTO/AGNES SWETTA PANDIA
·6 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Sebanyak 13 rumah sakit swasta di Surabaya, Jawa Timur, terpaksa menutup sementara layanan instalasi gawat darurat atau IGD bagi pasien Covid-19. Layanan kesehatan hampir kolaps meski sedang ditempuh pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM darurat 3-20 Juli 2021.
Yang terpaksa menutup sementara IGD ialah RS Adi Husada Undaan Wetan, RS Adi Husada Kapasari, RS Al Irsyad, RS Gotong Royong, RS Islam Jemursari, RS Islam Surabaya, RS Katolik Vincentius A Paulo (RKZ), National Hospital, RS Pelindo Husada Citra, RS Premier Surabaya, RS Royal Surabaya, RS William Booth, dan RS Wiyung Sejahtera.
Penutupan sementara ditempuh karena seluruh RS sudah kepenuhan pasien Covid-19. Fasilitas tidak bisa lagi menerima dan menangani pasien Covid-19. Tempat sudah tidak ada, unit lain tidak bisa dikonversi, dan yang utama kekurangan tenaga kesehatan. Situasi pandemi Covid-19 yang memburuk juga mengakibatkan kalangan tenaga kesehatan terpapar sehingga mengurangi keandalan layanan.
Menurut Ketua Perhimpunan RS Seluruh Indonesia (Persi) Jatim Dodo Anondo, Senin (5/7/2021), penutupan layanan IGD bersifat sementara. Namun, buka tutup layanan amat bergantung pada situasi pandemi Covid-19. Jika situasi tidak juga melandai, penutupan masih akan ditempuh. Dalam sistem buka tutup, jika ada sebagian pasien Covid-19 pulang, RS bisa segera membuka kembali layanan.
”Yang perlu digarisbawahi ialah penutupan bersifat sementara atau buka tutup dan dinamis,” kata Dodo. Penutupan layanan harus dipahami merupakan cara RS untuk menghindari kolaps atau tidak bisa lagi memberikan pelayanan kesehatan.
Situasi itu harus dihindari karena layanan kesehatan bukan Covid-19, meski saat ini kurang diutamakan, tetap harus diberikan. Untuk menjamin keandalan layanan, tenaga kesehatan perlu diatur agar tetap prima.
Pasien Covid-19 yang belum bisa terlayani di RS agar melapor ke pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) dan gugus tugas di RT/RW. Dodo mengharapkan, laporan perlu sejelas-jelasnya agar dapat diketahui kalangan yang misalnya perlu penanganan darurat. Dengan adanya laporan, puskesmas dan gugus tugas dapat mengawasi dan memastikan proses pemulihan pasien melalui isolasi mandiri atau rawat jalan.
Direktur RSUD Dr Soetomo Joni Wahyuhadi mengatakan, pihaknya sementara belum bisa menempuh penutupan layanan meski situasi sudah amat kritis.
”Kami megap-megap, benar-benar kewalahan karena menjadi tumpuan,” kata Ketua Rumpun Kuratif Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Jatim ini.
Joni mengatakan telah memodifikasi gedung parkir untuk dijadikan ruang isolasi pasien. RSUD juga terpaksa menempuh seleksi atau hanya menangani pasien gejala sedang atau berat yang memerlukan tindakan kedaruratan. Daftar antrean di RSUD menembus 500 orang.
Kami megap-megap, benar-benar kewalahan karena menjadi tumpuan. (Joni Wahyuhadi)
Penanggung Jawab RS Lapangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan 2 Surabaya Laksamana Pertama IDG Nalendra Djaya Iswara mengatakan, proses seleksi juga terpaksa ditempuh untuk khusus penanganan pasien darurat.
”Tenaga kesehatan tidak bisa dimaksimalkan karena 22 petugas kami terkonfirmasi positif dan berusaha mempercepat pemulihan demi pelayanan,” katanya.
Daftar tunggu di RS Lapangan Surabaya menembus 300 orang. Pasien tanpa gejala atau ringan diminta menempuh isolasi mandiri atau mencari fasilitas lain di luar Surabaya yang masih dapat menampung dan menangani.
Sementara itu, Menteri Sosial Tri Rismaharini memberikan bantuan 250 dipan, 50 dipan lipat (velbed), 2.500 baju APD, 2.500 masker N95, 10 tenda, dan 60.000 masker medis kepada Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi di Dapur Umum Kementerian Sosial di halaman Convention Hall Surabaya. Mantan Wali Kota Surabaya itu juga menyerahkan paket bantuan untuk Gresik dan Sidoarjo dengan harapan mempercepat pandemi Covid-19 melandai.
”Dapur Umum ini diadakan sampai situasi mereda untuk kebutuhan tenaga kesehatan dan pasien,” kata Risma.
Menurut Eri, bantuan dipan akan segera dipasang untuk RS Darurat di Arena Menembak Kedung Cowek. Dipan itu untuk layanan IGD yang di Surabaya sedang terkendala oleh lonjakan pasien Covid-19.
”RS Darurat ini untuk menangani pasien-pasien berat, sedangkan yang gejala ringan dan memadai bisa isolasi di Asrama Haji Sukolilo,” ujarnya.
Epidemiolog Universitas Airlangga, Surabaya, Windhu Purnomo, menilai, PPKM darurat yang sedang ditempuh belum dapat menekan mobilitas masyarakat secara signifikan. Padalah, salah satunya ada pembatasan aktivitas sosial-ekonomi-budaya, misalnya penutupan sementara pusat belanja, obyek wisata, ruang publik, dan sekolah.
Mobilitas masih tinggi, bisa dimaklumi, karena sebagian besar masyarakat memerlukan pergerakan untuk penghidupan. Mereka kebanyakan bekerja di sektor informal. Jika dilarang beraktivitas, penghidupan akan kolaps dan bisa memicu masalah sosial.
”Perlu kesadaran bersama terutama bagi kalangan yang bisa menahan diri bermobilitas untuk patuh. Kita berada di badai yang sama, tetapi kapalnya berbeda,” ujar Windhu.
Mengutip laman resmi http://infocovid19.jatimprov.go.id/, situasi pandemi pada Senin ini kian memprihatinkan. Sehari terakhir, yang terjangkit bertambah 1.543 orang dan menjadi rekor baru sehingga total akumulasi 180.268 orang. Yang meninggal bertambah 113 orang menjadi 13.291 orang. Kasus aktif atau jumlah pasien dirawat bertambah 438 orang menjadi 10.702 orang. Yang sembuh cuma tambah 987 orang menjadi 156.275 orang.
Dilihat dari statistik, peluang kesembuhan tetap tinggi. Namun, jumlah yang terjangkit dalam sehari terus melampaui yang sembuh. Akumulasi situasi itulah yang kemudian melemahkan dan membuat layanan kesehatan hampir kolaps. Jumlah 10.702 kasus aktif setara dengan total kapasitas dipan penanganan pasien Covid-19 di Jatim.
Windhu mengatakan, situasi pandemi bisa segera melandai jika 70-75 persen populasi menahan diri untuk tidak bermobilitas selama dua pekan yang setara masa inkubasi virus korona jenis baru (SARS-CoV-2) atau mutasi Alpha, Beta, Delta yang telah menyerang Jatim.
Virus tidak dapat hidup tanpa inang sehingga harus menempel pada mahkluk hidup (manusia). Tanpa adanya inang virus mati. ”Nah, mampukah kita punya kesadaran bersama untuk tidak bermobilitas sehingga menekan potensi penularan?” ujarnya.
Berdasarkan data dari Dinas Sosial Kota Surabaya, sepanjang Senin ada 19 jenazah dari rumah sakit yang belum bisa dimakamkan karena minimnya jumlah mobil ambulans. ”Itu jenazah yang berada di rumah sakit, belum lagi ditambah beberapa orang meninggal di rumah juga karena Covid-19. Mobil jenazah ada 8 unit yang beroperasi 5 unit selama 24 jam,” kata Kepala Dinas Sosial Kota Surabaya Suharto Wardoyo.
Darurat
Sejak diterapkan PPKM Darurat oleh pemerintah, situasi lalu lintas di Kota Surabaya, seperti Senin (5/7/2021) agak lengang. Pusat perbelanjaan umumnya memilih tutup, kalaupun buka hanya gerai makanan dan minuman dengan sistem bawa pulang. “Ya beginilah suasana salah satu mal di Surabaya, lihat semua gerai tutup kecuali beli makanan atau minuman, Pun tidak bioleh makan di tempat,” kata Ramasitha (36), pemilik salah satu kafe di mal yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani Surabaya itu.
Tidak hanya mal, restoran atau depot meski tak tak tutup, kursi yang disediakan sangat terbatas. “Maaf kami tak melayani makan di tempat. Mau dibungkus saja boleh,” kata pegawai warung makan di Jalan Darmokali kepada Kompas.
Beberapa pemilik warung makan tetap buka seperti biasa, namun kursi untuk makan di tempat sangat dibatasi. Berkurangnya pergerakan warga Surabaya ke pasar dan mal pun mulai terjadi sejak akhir pekan lalu.
“Banyak pedagang tidak berjualan, karena pembeli juga berkurang drastis,” kata Sulaiman (45), pedagang di pasar insidentil di Kelurahan Gunung Anyar, Surabaya.
Tetapi pengamatan kompas masih banyak toko yang bukan esensial seperti toko elektronik dan meubel di jalan protokol masih buka dari pagi hingga petang.
Menurut Wakil Sekretaris Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, Irvan Widyanto, sepanjang hari tim Satgas hingga tingkat Rukun Tetangga (RT) bergerak melakukan razia. Paling banyak yang masih melanggar PPKM Darurat tempat makan seperti kafe atau restoran dan kedai yang masih buka melebihi batas waktu pukul 20.00 Wib.
Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Jhonny Edison Isir kembali menegaskan akan menindak dengan cara harus menutup tempat usaha atau toko yang bukan usaha esesial. “Semua laporan dari berbagai pihak tentang adanya toko yang tidak termasuk boleh buka, akan ditindak, jika tetap membandel akan diberi garis polisi,” katanya.