Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan memberikan dana hibah untuk kegiatan konservasi bekantan. Pemberian dana itu sebagai dukungan terhadap konservasi yang selama ini dilakukan oleh Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Pemerintah daerah terus mendorong kegiatan konservasi bekantan, primata endemik Kalimantan di wilayah Kalimantan Selatan. Upaya konservasi yang selama ini dilakukan oleh Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia diharapkan dapat meningkatkan populasi bekantan di alam.
Bekantan (Nasalis larvatus) telah ditetapkan Badan Konservasi Dunia atau IUCN (International Union for Conservation of Nature) dalam kategori spesies terancam punah atau masuk daftar merah IUCN. Sejak 2013, Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia memfokuskan kegiatannya pada konservasi bekantan di Kalsel.
Terhitung sejak 1990, bekantan juga telah ditetapkan sebagai maskot Provinsi Kalsel. Dalam rangka mendorong kegiatan konservasi bekantan di Kalsel, pemerintah Provinsi Kalsel memberikan dana hibah tahun 2021 sebesar Rp 350 juta kepada Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia.
Ketua Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia Amalia Rezeki lewat siaran pers di Banjarmasin, Selasa (6/7/2021), menyampaikan ucapan terima kasih atas perhatian dari Pemprov Kalsel. ”Pemberian dana hibah ini merupakan bentuk dukungan serius dari pemprov untuk melestarikan satwa endemik Kalimantan,” katanya.
Pemberian dana hibah ini merupakan bentuk dukungan serius dari pemprov untuk melestarikan satwa endemik Kalimantan.
Pemberian dana hibah kepada Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia dilakukan oleh Penjabat Gubernur Kalsel Safrizal ZA dalam kegiatan pelepasliaran bekantan di Stasiun Riset Bekantan, Pulau Curiak, Kecamatan Anjir Muara, Kabupaten Barito Kuala, Jumat (2/7/2021). Turut hadir dalam kegiatan itu Ketua DPRD Provinsi Kalsel Supian HK.
Menurut Amalia, Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia memang dibentuk untuk membantu serta mendukung program pemerintah dalam upaya perlindungan dan pelestarian bekantan dan satwa liar lain yang dilindungi beserta habitatnya. Kegiatan konservasi bekantan saat ini dipusatkan di Pulau Curiak.
”Dengan tambahan satu bekantan yang baru dilepasliarkan, jumlah bekantan di Pulau Curiak menjadi 28 ekor,” ujarnya.
Bekantan yang dilepasliarkan itu berjenis kelamin betina dan dinamai Defi, akronim dari daku fauna eksotis Indonesia. Defi merupakan korban kecelakaan yang berhasil dievakuasi Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalsel. ”Defi menjalani perawatan intensif dalam waktu kurang dari setahun,” katanya.
Amalia pernah menjelaskan bahwa konservasi bekantan di Pulau Curiak dimulai pada 2016. Ada dua kelompok bekantan di Pulau Curiak, yaitu kelompok Alpha yang menghuni Pulau Curiak dan kelompok Bravo yang berada di seberang Pulau Curiak atau kawasan penyangga. Kawasan pulau kecil ini dikelola dan dijaga oleh SBI bersama masyarakat nelayan setempat.
Safrizal mengatakan, pemberian dana hibah kepada Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia bertujuan mendukung upaya konservasi bekantan di Kalsel. Tidak tertutup kemungkinan, dana hibah akan kembali diberikan pada tahun-tahun berikutnya menyesuaikan dengan anggaran daerah.
”Tahun ini kami berikan Rp 350 juta. Jika tahun depan dirasa kurang, kami akan susun kembali, apa saja yang bisa dikembangkan. Dengan persetujuan DPRD, kami berharap bisa kembali memberikan dana hibah untuk konservasi,” katanya.
Menurut Safrizal, pemerintah daerah akan terus mendorong upaya pelestarian satwa-satwa langka, seperti bekantan. Caranya tidak hanya dengan regulasi terukur melalui program-program satuan kerja perangkat daerah (SKPD), tetapi juga dengan memberikan dukungan dana kepada kelompok masyarakat peduli satwa langka.
”Pemberian dana hibah bersumber dari anggaran daerah ini sebagai wujud motivasi kepada para sukarelawan yang bekerja siang dan malam mengurusi satwa endemik agar tetap eksis di bumi Kalimantan,” ujarnya.
Direktur Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan Kementerian Dalam Negeri itu juga berharap konservasi bekantan di Pulau Curiak bisa terus menambah populasi bekantan di habitat aslinya. ”Mudah-mudahan pertambahannya bisa lebih cepat lagi sebab sudah lima tahun baru bertambah 14 ekor,” katanya.