Karena Hidup saat Pandemi Lebih Dari Sekadar “Cuan”
Hidup bermakna saat pandemi tidak cukup sekadar mencari untung. Karya sosial meringankan beban mereka yang terdampak sangat dibutuhkan terutama saat fasilitas kesehatan di Indonesia kini tengah goyah.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA/ABDULLAH FIKRI ASHRI/CORNELIUS HELMY
·4 menit baca
"Bisnis gak cuma soal cuan, apalagi di masa seperti ini. Buat kamu yang sedang isoman, kami hibur ya dengan penganan. Cukup bayar 25K sudah termasuk ongkir”
Pesan itu tertulis di akun Instagram @thegoodlife_bdg yang diunggah Senin (21/6/2021). Seperti bunyinya, ada potongan harga bagi mereka yang tengah melakukan isolasi mandiri (isoman) Covid-19. Sudah lebih dari dua minggu pesan itu disebarkan The Goodlife, kedai kuliner di Dago, Kota Bandung dan lebih dari 30 paket dikirimkan pada konsumen.
"Covid-19 berdampak bagi banyak orang, termasuk kedai ini. Usaha boleh mandek tapi kami tidak ingin diam. Kami ingin membantu meringankan keadaan ini dengan makanan," kata Sari Asih (47), pemilik Goodlife.
Asih mengatakan, potongan harga hingga 50 persen diberikan untuk menu andalan seperti chicken cream soup dengan roti panggang, quiche pesto dengan salad, dan lebanese breakfast. Semua makanan itu istimewa karena dibuat dengan rempah-rempah yang baik untuk meningkatkan imunitas.
Kisah berbagi ini lanjutan dari program sebelumnya. Tahun lalu, bersama kelompok penggemar makanan asal Bandung, Parti Gastronomi, Asih membagikan paket makanan untuk tenaga kesehatan. Ke depan, tidak akan menutup kemungkinan bakal ada program sosial lainnya.
“Sekarang adalah momentum untuk berbagi. Ada waktunya bisnis nanti bisa berjalan kembali,” ujarnya.
Lewat makanan, Sesilia Soewartini (56) juga ingin berbagi kepedulian dengan warga isoman di sekitarnya. Tangan warga Cimenyan, Kabupaten Bandung, ini selalu terbuka saat ada yang membutuhkan layanan katering pesan antarnya.
"Sejak awal pandemi tahun 2020, ada lebih dari 20 orang isoman yang kami layani. Durasinya antara 1-2 minggu. Setiap hari, makanan diantar ke rumah pemesan mulai pukul 07.00," kata dia.
Soewartini mengatakan, paham benar risikonya. Oleh karena itu, ia selalu membekali diri dengan pengetahuan pencegahan penularan Covid-19.
Dia tidak pernah lupa memakai masker. Bersama pelanggannya, Soewartini menyepakati tempat meletakan makanan agar mereka tidak perlu bertemu muka. Tidak lupa, selalu ada doa diselipkan di setiap masakannya.
"Setiap masak dan mengirimkan makanan, saya berdoa agar sesuai selera. Dengan tetap makan, tubuh warga isoman bakal semakin kuat menghadapi Covid-19," katanya.
Tidak hanya itu, pilihannya datang ke rumah isoman ikut menyadarkan orang-orang di sekitarnya bila penderita Covid-19 tidak perlu dikucilkan. Hindari potensi penularannya tapi jangan pernah stigma orang yang tertular.
Kerja Dedhez Anggara (36) dan Lastri Mulyanti (35) juga membuat kian banyak orang peduli orang-orang yang terpaksa isoman. Di Indramayu, keduanya membagikan vitamin dan masker bagi warga lansia dan tidak mampu.
Dedhez mengatakan, niatnya membantu warga isoman bermula awal Juni 2021. Saat itu, warga Desa Pabean Udik, Kecamatan Indramayu, ini terganggu dengan obrolan tetangga. “Kok isolasi di rumah? Enggak di rumah sakit? Kan, bikin takut,” ucap Dedhez menirukan ungkapan ibu-ibu tersebut.
Batin Dedhez tersentak. Dia yakin, tidak ada orang yang mau kena virus korona. Ia lalu mengambil beras dua kilogram, masker 1 pak, dan 3 setrip vitamin untuk diberikan pada ke tetangganya yang isoman. Warga yang tengah bergosip tadi melihat bingkisan itu.
“Setelah tahu itu untuk tetangga yang isoman, ibu-ibu tadi langsung ngasih telur, makanan ringan, dan gula. Mereka cemas karena tidak punya cukup informasi tentang Covid-19,” kenangnya.
Pengalaman serupa dialami Dedhez ketika bersama Lastri memberikan vitamin pada puluhan warga isoman di Kecamatan Karangsong. “Akhirnya, beberapa warga di daerah itu juga meniru pola ini. Dari awalnya minim peduli, mereka kini saling berbagi,” kata Lastri yang terbiasa menyiapkan makan siang sehat gratis bagi puluhan lansia setiap Jumat.
Di tengah sulitnya mendapatkan layanan kesehatan seperti saat ini, warga isoman butuh perhatian lebih besar dari sebelumnya. Bila terabaikan, dampaknya bisa fatal. Tidak semua dari mereka mengalami gejala Covid-19 ringan.
Penelusuran tim LaporCovid19, platform berbagi informasi Covid-19, di media sosial, portal berita, dan laporan langsung warga, menyebutkan, sedikitnya 265 orang positif Covid-19 meninggal dunia saat belum tertangani. Warga isoman termasuk di dalamnya bersama mereka yang berusaha mencari fasilitas kesehatan dan menunggu antrean di IGD. Kematian di luar fasilitas kesehatan ini terjadi pada sepanjang Juni- 2 Juli 2021 di 47 kota/kabupaten di 10 provinsi.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil menyakinkan, warga isoman bakal mendapat perhatian sama. Untuk itu, dia menganggarkan Rp 140 miliar untuk memenuhi kebutuhan obat-obatan dan suplemen bagi pasien Covid-19 yang menjalani isoman. Uang itu berasal dari refocusing anggaran 11 proyek infrastruktur. “Nyawa warga menjadi yang utama,” kata dia.
Kamil mengatakan, permohonan obat dan suplemen bisa diakses secara daring di https://pikobar.jabarprov.go.id/isoman. Di sana, pasien isoman bisa melakukan telekonsultasi dengan dokter.
Ardi (38), warga Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, mulai merasakan manfaatnya. Setelah mengisi formulir, dia dijanjikan mendapatkan obat yang dipesan pada 8 Juli 2021.
Ardi mengatakan, layanan itu meringankan dia yang tengah isoman. Sudah lebih kurang enam hari, dia menjalaninya bersama istri, mertua dan dua orang anaknya.
“Sewaktu awal positif, saya sudah mencari ruangan di rumah sakit selama 3 hari 3 malam. Karena tidak dapat, kami terpaksa di rumah. Di tengah keterbatasan ini, semoga semakin banyak layanan kesehatan daring yang bisa kami akses dari rumah,” ujarnya.