Tertinggi, Kasus Covid-19 Tembus Angka 1.003 Per Hari di NTT
Satu desa terpencil di Manggarai Timur, yakni Mosi Ngaran, Kecamatan Elar Selatan, terdapat 100 orang positif Covid-19. Total penduduk desa 170 orang.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA/FRANSISKUS PATI HERIN
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Pertama kalinya kasus Covid-19 di Nusa Tenggara Timur menembus angka 1.003 kasus per hari. Provinsi ini pun masuk zona berbahaya penyebaran kasus. Virus varian baru Delta diduga sudah masuk daerah kepulauan ini.
Juru bicara Satgas Pencegahan dan Penanggulangan Covid-19 NTT, Marius Ardu Jelamu, di Kupang, Senin (5/7/2021), mengatakan, jumlah kasus Covid-19 di NTT dari hari ke hari terus meningkat. Masyarakat tidak boleh menganggap remeh dengan kasus ini.
”Terjadi lonjakan kasus harian dari 435 pada Sabtu, 3 Juli 2021, menjadi 1.003 kasus pada hari Minggu, 4 Juli. Ini memberi pesan kepada semua pihak, tidak hanya Pemda tetapi seluruh lapisan masyarakat bahwa pandemi Covid-19 makin mengganas di NTT, dan tidak boleh dianggap sepele. Kasus ini sangat berbahaya,” kata Jelamu.
Tidak ada cara lain, selain warga mentaati protokol kesehatan, yakni memakai masker secara benar, mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas warga.
Jumlah 1.003 kasus per hari ini tersebar di 15 kabupaten. Kasus terbanyak di Kabupaten Flores Timur, yakni 376 orang, menyusul Manggarai Timur 252 kasus, Manggarai Barat 84, Kota Kupang 81 orang, dan terkecil di Rote Ndao satu kasus.
Temuan 1.003 kasus ini dari total sampel yang diperiksa sebanyak 4.291 spesimen PCR. Pemeriksaan sampel berlangsung di enam laboratorium PCR dari total 11 laboratorium PCR di NTT, empat laboratorium PCR tidak melakukan pemeriksaan.
Sementara jumlah pasien sembuh, Minggu, 4 Juli 2021, 109 orang, tersebar di Kota Kupang, Flores Timur, Belu, Ende, dan Sumba Timur. Pasien meninggal 13 orang. ”Jumlah tambahan kasus dengan pasien sembuh tidak sebanding sama sekali,” kata Jelamu.
Total kasus positif mencapai 22.518 pasien, dirawat dan karantina 4.884 kasus, sembuh 17.121 pasien, serta total pasien meninggal 513 orang.
Jumlah kasus terbanyak di Kota Kupang (7.656 pasien), sembuh 6.899, sedang dirawat 751, dan meninggal 186 orang. Sumba Timur 1.666 kasus, pasien sedang dirawat 132 pasien, sembuh 1.484 orang, dan meninggal 50 orang. Kasus terkecil di Malaka dengan 104 pasien, sembuh 75 orang, sedang dirawat 20 orang, dan meninggal dunia sembilan.
Sementara itu, satu desa terpencil di Manggarai Timur, yakni Mosi Ngaran, Kecamatan Elar Selatan, terdapat 100 orang dari total 170 warga di desa itu positif Covid-19. Ini sesuai hasil tes antigen selama dua hari berturut-turut bagi 170 warga di desa itu. Karena itu, warga dari desa tetangga atau tamu dari luar untuk sementara dilarang masuk Desa Mosi Ngaran atau sebaliknya.
Mereka melakukan isolasi mandiri di desa itu dengan dukungan perawatan dari puskesmas setempat dan Dinas Kesehatan Manggarai Timur.
Markus Gasik (45), warga Mosi Ngaran, dihubungi dari Kupang, mengatakan tidak tahu persis 100 warga itu tertular Covid-19 dari mana. Namun, yang jelas, dua pekan lalu ada tiga pekerja migran dari Malaysia tiba di desa itu melalui Pelabuhan Aimere, Ngada.
Kepala Desa Mosi Ngaran Frumensius Dima mengatakan, jumlah warga yang terpapar Covid-19 bisa lebih dari 100. Penularan Covid-19 diduga berawal dari pertemuan saat kedukaan di Dusun Lando Desa Mosi Ngaran. Saat itu tidak hanya warga dari Desa Mosi Ngaran yang hadir, tetapi juga beberapa desa sekitar, termasuk warga dari Kabupaten Ngada, karena letak dusun itu ada di perbatasan Manggarai Timur dengan Ngada.
”Kami mengimbau warga untuk tidak bepergian keluar desa atau warga dari luar masuk desa, tetapi belum ada keputusan lockdown karena risikonya warga kesulitan mendapatkan makanan, obat-obatan, dan kebutuhan lain. Saya harus berkoordinasi dengan Pemda Manggarai Timur. Jika diberlakukan lockdown, pemda harus menyuplai kebutuhan kepada warga,” kata Dima.
Ia mengatakan, masih banyak warga desa tidak paham soal gejala, cara penyebaran, dan pengobatan virus ini. Sosialisasi mengenai kasus ini kepada masyarakat masih terbatas. ”Memang ada ponsel untuk melacak informasi di media sosial dan media massa, tetapi jaringan internet masih terbatas, juga sulit mendapatkan kuota internet itu. Itu pun tidak semua warga memiliki ponsel,” katanya.