Surabaya Rangkul Semua Elemen Masyarakat untuk Mengendalikan Penularan Covid-19
Gerakan Surabaya Memanggil untuk menjaring sukarelawan agar terlibat menanggulangi penyebaran Covid-19 terbuka untuk umum dengan pendaftarannya dilakukan secara dalam jaringan.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya terus berusaha merangkul semua elemen masyarakat untuk bersama-sama mengendalikan penularan Covid-19. Cara lain agar warga semakin patuh menerapkan protokol kesehatan, semua lurah, camat, dan aparatur sipil negara di lingkungan Pemkot Surabaya diterjunkan ke simpul keramaian, antara lain pasar dan warung, pusat perbelanjaan, dan restoran.
Semua kendaraan dinas lurah ataupun camat di Kota Surabaya sudah sepekan terakhir terus berkeliling sambil menyerukan ajakan kepada warga agar tetap berada di rumah selama tidak ada keperluan penting. ”Sedang diupayakan agar ajakan patuh protokol kesehatan terus didengungkan melalui pelantang suara dari masjid atau mushala,” kata Wakil Sekretaris Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya Irvan Widyanto, Kamis (1/7/2021).
Situasi Kota Surabaya, menurut Wali Kota Eri Cahyadi, sangat genting. Hal ini ditandai dengan kian panjangnya antrean pasien Covid-19 yang hendak dirawat di rumah sakit. Padahal, saaat ini bed occupancy rate (BOR) atau keterisian tempat tidur di rumah sakit rujukan di kota ini sudah 100 persen. Untuk itu, Pemkot Surabaya meluncurkan ”Surabaya Memanggil” sukarelawan untuk bersama-sama melakukan penanganan Covid-19.
Apalagi saat ini ada rumah sakit yang sama sekali tak bisa menerima pasien, hal itu karena tenaga kesehatannya juga banyak yang terpapar Covid-19. ”Jadi, situasi saat ini, tempat tidur pun sudah habis, tenaga kesehatan pun sudah kehabisan daya untuk melayani pasien,” katanya.
Sedang diupayakan agar ajakan patuh protokol kesehatan terus didengungkan melalui pelantang suara dari masjid atau mushala.
Jadi, warga Surabaya yang siap menjadi sukarelawan akan menjalani tes usap terlebih dahulu. Jika hasilnya negatif, calon sukarelawan akan diberikan vaksinasi, baru bisa bertugas. Pendaftaran untuk menjadi sukarelawan dilakukan secara daring.
Menurut pembina Pengurus Daerah Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia (Persakmi) Jawa Timur, Estiningtyas Nugraheni, memanfaatkan pelantang suara dari masjid ataupun mushala sangat efektif karena Pemkot Surabaya tinggal menyediakan rekaman.
Gaung untuk patuh terhadap protokol kesehatan akan semakin besar dengan memanfaatkan fasilitas tempat ibadah. ”Membanjiri masyarakat dengan seruan perang melawan pandemi secara perlahan akan masuk ke alam bawah sadar masyarakat sehingga mereka otomatis akan patuh,” ujarnya.
Taman ditutup
Pemkot Surabaya melakukan berbagai langkah untuk membendung laju penambahan dan penyebaran Covid-19 di ”Kota Pahlawan”. Setelah menerbitkan surat edaran, Wali Kota Eri juga menutup sementara tempat wisata, termasuk taman.
Wahana wisata yang ditutup sementara antara lain semua taman yang berjumlah sekitar 450 taman dan juga kebun raya mangrove. ”Keputusan ini sangat berat, tetapi harus dilakukan demi menyelamatkan warga Surabaya,” kata Eri
Apalagi, Covid-19 dengan varian baru sangat cepat penyebarannya dan yang lebih mengkhawatirkan lagi tidak memandang usia. Mulai dari anak-anak hingga orang tua diserang semuanya.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Surabaya Anna Fajriatin memastikan bahwa semua taman di Kota Surabaya sudah ditutup sejak beberapa waktu lalu. Sebab, lonjakan kasus Covid-19 di Surabaya semakin mengkhawatirkan.
Sebelumnya, lanjutnya, ada delapan taman yang dibuka pada saat pandemi. Tentunya dengan protokol kesehatan yang ketat dan pembatasan pengunjung, waktunya pun sangat singkat. Namun, karena kondisi Covid-19 di Surabaya semakin mengkhawatirkan, dan demi menindaklanjuti surat edaran dari Wali Kota Surabaya, akhirnya saat ini semua taman ditutup sementara.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Yuniarto Herlambang juga memastikan bahwa penutupan sementara tahura dan kebun raya mangrove (KRM) itu sudah dilakukan sejak awal pekan ini. Sebanyak 12 tahura dan tiga KRM tidak beroperasi demi menekan penyebaran Covid-19.
”Sebenarnya, tahura dan kebun raya mangrove sempat beroperasi di awal tahun ini, bahkan antusiasme pengunjung juga tinggi. Namun, karena Covid-19 semakin meningkat, kami tidak ada pilihan lain selain menutup tahura dan kebun raya mangrove ini,” katanya.
Herlambang juga memastikan bahwa sebelum melakukan penutupan, DKPP memberikan sosialisasi, baik melalui media sosial (medsos) maupun memasang spanduk di depan tahura dan kebun raya mangrove itu. ”Penutupan ini sampai dengan batas waktu yang tidak bisa ditentukan karena kami akan melihat dulu perkembangan kasus Covid-19 di Surabaya,” ujarnya.
Oleh karena itu, ia juga memastikan bahwa momen penutupan sementara itu akan dipergunakan sebaik mungkin untuk melakukan perbaikan. Bahkan, ia juga mengatakan akan menambah fasilitas di tiga tahura, yaitu Tahura Jeruk, Pakal, dan Balasklumprik.