Dunia Pedalangan Berduka, Ki Manteb Soedharsono Berpulang
Ki Manteb merupakan maestro olah sabet pada pakeliran wayang kulit. Almarhum dikenal sebagai sosok yang terbuka dan enteng berbagi ilmu dengan para pedalang lainnya.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
KARANGANYAR, KOMPAS — Dunia pedalangan Indonesia berduka. Salah seorang maestronya, Ki Manteb Soedharsono, berpulang pada usia 72 tahun, Jumat (2/7/2021). Almarhum dikenal sebagai sosok yang terbuka dan enteng berbagi ilmu dengan para pedalang lainnya.
Ade Irawan (28), keponakan Ki Manteb, menyampaikan, sang maestro mengembuskan napas terakhirnya sekitar pukul 09.45. Almarhum mengalami sakit sejak Senin (28/6/2021) sepulang dari Jakarta. Perawatan dijalani di rumah.
”Pekan lalu pergi ke Jakarta dengan istri dan seorang anaknya. Sampai di Karanganyar, Minggu (27/6/2021), lalu pentas online. Setelah pentas itu baru mengalami sakit,” kata Ade saat dihubungi, Jumat siang.
Selama sakit, kata Ade, Ki Manteb juga diinfus dan menggunakan tabung oksigen. Sebab, Ki Manteb mempunyai riwayat penyakit paru-paru. Kamis (1/7/2021), ia diambil sampel usap antigen dan menunjukkan hasil positif.
Ade menuturkan, sebenarnya, Ki Manteb akan dibawa rumah sakit setelah hasil tes menunjukkan positif. Namun, banyak rumah sakit sudah terisi penuh. Pada Jumat pagi, baru ada ruangan kosong yang bisa ditempati, tetapi Ki Manteb sudah lebih dulu berpulang.
”Untuk itu, tidak akan menerima tamu layat. Jenazah juga dirukti dan dimakamkan dengan protokol Covid-19. Menurut rencana, almarhum akan dimakamkan di pemakaman keluarga, di Desa Domplang, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar,” kata Ade.
Dihubungi terpisah, Dekan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Surakarta Sugeng Nugroho mengatakan, pihaknya merasa sangat kehilangan dengan kepergian Ki Manteb. Belum ada sosok dalang lain yang dianggap mampu menggantikan almarhum. Selain itu, sikap almarhum yang terbuka terhadap kritik dan masukan menjadi nilai tambah lain.
”Terbuka untuk menerima kritik dan terbuka bagi siapa pun. Itu belum ada tandingannya betul,” kata Sugeng, yang juga menjabat sebagai Sekretaris Paguyuban Dalang Surakarta.
Sugeng menambahkan, Ki Manteb juga tidak pelit ilmu. Bahkan, sosok dalang senior itu disebut sebagai tempatnya belajar bagi dalang-dalang muda. Semua pertanyaan mengenai dunia pedalangan selalu dapat dijawab dengan baik oleh almarhum.
Ki Manteb menjadi pengajar di Fakultas Seni Pertunjukan ISI Surakarta sejak 1996. Ia mengajar tentang praktik pementasan wayang bagi mahasiswa jenjang sarjana. Sebelum pandemi, ia selalu datang ke kampus dan siap menjadi tempat bertanya bagi mahasiswa. Ia dipastikan datang ke kampus setiap hari.
”Sejak pandemi, sejumlah aktivitas kampus dibatasi. Beliau selalu bertanya kapan bisa ke kampus lagi,” kenang Sugeng.
Dalang muda asal Kabupaten Semarang, Endy Wahyu Nugroho (22), menilai Ki Manteb, yang selalu ia panggil Pakde Manteb, merupakan guru besar dan maestro pedalangan Indonesia. Ki Manteb pun menjadi inspirasinya, bahkan sejak ia belum mengenal wayang.
Ki Manteb juga tidak pelit ilmu. Bahkan, sosok dalang senior itu disebut sebagai tempatnya belajar bagi dalang-dalang muda.
”Sebab, saya bukan keturunan dalang. Sejak umur 2 tahun, saya diberi bapak kaset VCD pakeliran beliau, (yakni) lakon ’Dewa Ruci’, record di Perancis. Dari situ, saya mulai tertarik akan indahnya budaya kita yang sangat adiluhung, wayang kulit. Sampai sekarang saya sudah menjadi ’dalang payu’, beliau menjadi dalang idola dan panutan saya,” tuturnya.
Endy mengemukakan, Ki Manteb merupakan maestro olah sabet pada pakeliran wayang kulit. Di samping itu, Ki Manteb juga memiliki kelebihan yang mungkin banyak belum dikuasai dalang-dalang saat ini, antara lain udhanegara pewayangan, silsilah jangkep pewayangan, sanggit, dan Sastra, cengkok, suluk pedalangan.
Satu hal dari Ki Manteb, yang juga berjuang dan mendapat penghargaan ”Wayang Karya Agung Budaya Dunia” dari Unesco, ialah tidak pernah pelit ilmu. ”Beliau dalang kondang profesional yang terus berbagai ilmu dengan siapa saja dan kapan saja,” tutur Endy.