Hampir Seribu Kasus dalam Dua Hari, Warga Sumbar Diminta Patuhi Prokes
Kasus positif Covid-19 di Sumatera Barat hampir mencapai 1.000 orang dalam dua hari ini, termasuk tertinggi dalam beberapa pekan terakhir.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Kasus positif Covid-19 di Sumatera Barat hampir mencapai 1.000 orang dalam dua hari ini. Angka itu termasuk tertinggi dalam beberapa pekan terakhir. Masyarakat diminta mematuhi protokol kesehatan agar kasus Covid-19 bisa dikendalikan.
Juru bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Sumbar, Jasman Rizal, Kamis (1/7/2021), mengatakan, data sementara berdasarkan hasil pemeriksaan sampel, Kamis, jumlah kasus positif Covid-19 di provinsi ini mencapai 540 orang. Angka itu diperoleh dari 3.270 sampel yang diperiksa di Laboratorium Universitas Andalas dan Laboratorium Veteriner Baso. Adapun angka rasio kepositifannya (positivity rate/PR) mencapai 20,36 persen.
Jasman yang juga Kepala Dinas Komunikasi dan Statistik Sumbar itu mengakui, jumlah kasus positif Covid-19 selama dua hari belakangan termasuk tinggi, yaitu 992 orang. Pada Rabu (30/6/2021), jumlah kasus positif mencapai 452 orang dari 2.797 sampel yang diperiksa atau angka PR 16,16 persen. Adapun sepekan sebelumnya, dari data satgas, kasus paling tinggi 323 orang sehari.
Menurut Jasman, dari sisi positifnya, tingginya kasus ini menandakan pelacakan dan penelusuran kasus berjalan baik. Dengan demikian, warga yang terpapar Covid-19 bisa segera diisolasi untuk memutus mata rantai penularannya. Namun, di sisi lain, itu menandakan lemahnya penerapan protokol kesehatan di tengah masyarakat.
”Ini peringatan bagi seluruh masyarakat. Artinya, selama ini kita tidak taat dengan protokol kesehatan. Untuk itu, protokol kesehatan perlu diperketat. Sosialisasi rasanya sudah habis-habisan dilakukan. Kami berharap masyarakat patuh sajalah,” ujar Jasman.
Terkait dengan parahnya kasus Covid-19 di Pulau Jawa, kata Jasman, Pemprov Sumbar menyetop sementara perjalanan dinas aparatur sipil negara (ASN) pemprov ke Pulau Jawa. Selain sangat riskan, kebijakan ini diambil untuk menghindari ASN tertular Covid-19 varian baru yang sulit dilacak.
Sosialisasi rasanya sudah habis-habisan dilakukan. Kami berharap masyarakat patuh sajalah.
”Meskipun ada aturan di Pemprov Sumbar bahwa siapa pun (ASN) yang keluar daerah wajib dites usap sebelum kembali masuk kantor, tetapi kan kami perlu mengantisipasi. Perjalanan dinas ditunda sementara sampai waktu yang belum ditentukan,” ujarnya.
Hingga Rabu lalu, total warga yang terpapar Covid-19 di Sumbar 51.186 orang. Sebanyak 616 orang dirawat di rumah sakit, 2.252 orang isolasi mandiri, dan 192 orang isolasi di tempat karantina pemda. Sementara itu, kasus meninggal mencapai 1.187 orang dan sembuh 46.939 orang.
Secara terpisah, epidemiolog Universitas Andalas, Defriman Djafri, mengatakan, peningkatan kasus di Sumbar dua hari ini ibarat gunung es saja. Yang terlihat di permukaan sebelumnya sedikit, tetapi sebenarnya sudah banyak warga yang tertular Covid-19.
”Proses adaptasi, seperti penerapan protokol kesehatan, belum maksimal, terutama di daerah-daerah. Di kota saja, banyak masyarakat tidak pakai masker, apalagi di daerah,” kata Defriman, yang juga menjabat Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas.
Sumbar bisa belajar dari kondisi Jakarta saat ini, yang, menurut dia, sudah kaget di hilir. Kalau dideteksi dari awal, sebenarnya bisa diantisipasi. Berkaca dari tahun lalu, momen-momen besar, seperti Lebaran, terjadi lonjakan kasus. Bedanya, tahun lalu, pembatasan relatif lebih efektif dibandingkan dengan saat ini.
”Event ini berkelanjutan, mulai dari Ramadhan, Idul Fitri, libur sekolah, dan 2-3 pekan lagi akan ada Idul Adha. Kalau kebijakan tarik ulur saja, tidak efektif, orang-orang akan mencari celah dari pembatasan. Ditambah pula masyarakat mulai tidak percaya dengan Covid-19 akibat disinformasi,” ujarnya.
Defriman melanjutkan, Sumbar menunggu waktu saja mengalami ledakan kasus apabila tidak bisa mengantisipasinya. Sumbar mesti memastikan virus yang saat ini tersebar apakah masih varian lama atau sudah ada varian baru. Kemudian, penapisan dengan tes usap bagi warga yang baru mendarat dari luar kota perlu diadakan kembali sebab perjalanan masyarakat tidak dibatasi.
Selain itu, kata Defriman, pengetahuan masyarakat terhadap Covid-19 mesti kembali dibangun. ”Satu-satunya jalan keluar adalah kita beradaptasi dengan protokol kesehatan ketat, saling mengingatkan, dan vaksinasi,” ujarnya.