Data Keterisian Tempat Tidur Covid-19 di Rumah Sakit dan Siranap Tidak Sama
Tidak sinkronnya data keterisian tempat tidur di rumah sakit rujukan pasien Covid-19 dengan aplikasi Sistem Informasi Rawat Inap (Siranap) membingungkan warga. Namun, kedua data menunjukkan tingkat okupansi yang tinggi.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Data keterisian tempat tidur untuk pasien Covid-19 di aplikasi Sistem Informasi Rawat Inap (Siranap) tidak sinkron dengan kondisi di rumah sakit. Namun, dari kedua sumber data itu menunjukkan tingkat okupansi yang tinggi.
Di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Kota Bandung, misalnya, berdasarkan data aplikasi Siranap, jumlah tempat tidur untuk pasien Covid-19 mencapai 337 unit. Tingkat keterisiannya, Kamis (1/7/2021), 304 unit atau sebesar 90,2 persen.
Sementara data RSHS menyebutkan, kapasitas tempat tidur pasien Covid-19 hanya 281 unit. Sebanyak 235 unit, di antaranya atau sekitar 83 persen telah terisi. Namun, khusus ruang perawatan intensif, keterisiannya sudah 90 persen. Ketidaksesuaian data rumah sakit dan aplikasi Siranap itu membingungkan, terutama bagi warga yang mencari ruang perawatan pasien Covid-19.
”Keterisian tempat tidur terus meningkat. Saat ini juga masih ada pasien di instalasi gawat darurat yang menunggu untuk masuk ke ruang isolasi,” ujar Pelaksana Tugas Direktur Utama RSHS Irayanti.
Selain itu, Irayanti mengatakan, ketersediaan oksigen untuk perawatan pasien dan alat pelindung diri bagi tenaga kesehatan masih memadai. Namun, tingginya kebutuhan oksigen membuat pihaknya harus menjemput langsung ke pemasok di Bandung.
”Jadi, kami yang mengambil sendiri ke tempat penyedia. Harus aktif melihat keterisian tabung oksigen agar bisa cepat-cepat menjemput,” ujarnya.
Di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Kota Bandung, misalnya, berdasarkan data aplikasi Siranap, jumlah tempat tidur untuk pasien Covid-19 mencapai 337 unit. Akan tetapi, data rumah sakit menyebutkan, kapasitas tempat tidur hanya 281 unit.
Menurut Ketua Kompartemen Jaminan Kesehatan Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia Daniel Budi Wibowo, hal itu terjadi karena pendataan masih manual dan sumber daya manusia terbatas (Kompas, 1/7/2021).
Tingginya keterisian tempat tidur pasien Covid-19 tidak hanya terjadi di kota besar, tetapi juga di pelosok daerah. Di Rumah Sakit Umum Daerah Palabuhanratu di Sukabumi selatan, misalnya, semua 59 tempat tidur telah terisi.
Untuk mengantisipasi lonjakan pasien, Gubernur Jabar Ridwan Kamil meminta rumah sakit menaikkan rasio tempat tidur bagi pasien Covid-19. ”Total ada 54.000 tempat tidur di semua rumah sakit di Jabar. Saat ini yang digunakan untuk Covid-19 sejumlah 14.000 unit (25 persen). Strateginya akan dinaikkan (bertahap) hingga maksimal 60 persen,” ujarnya.
Hingga Kamis, keterisian tempat tidur pasien Covid-19 di Jabar mencapai 91,12 persen. Okupansi itu naik tiga kali lipat dibandingkan dengan 1,5 bulan lalu yang hanya 29 persen.
Sulitnya mencari ruang isolasi pasien Covid-19 di rumah sakit pernah dialami Kepala Desa Sekarwangi, Soreang, Kabupaten Bandung, Ridwannulloh, pertengahan Juni lalu. Ia harus mendatangi lima rumah sakit di Kabupaten dan Kota Bandung untuk mencari ruang perawatan warganya yang terpapar Covid-19.
Ia berharap aparat desa diberikan informasi secara berkala tentang keterisian setiap rumah sakit rujukan Covid-19. ”Jadi, saat ada warga positif, kami tinggal bawa ke rumah sakit yang belum penuh. Dengan begitu, enggak perlu datang ke rumah sakit satu per satu. Kasihan pasiennya juga,” ujarnya.