Tunggu Sikap Pemerintah Pusat, Jabar Bakal Terapkan ”Lockdown” Tingkat RT/RW
Sejumlah RT di Jawa Barat akan menerapkan karantina wilayah atau ”lockdown” saat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro darurat. Saat ini terdapat 731 RT kategori zona merah penularan Covid-19 di Jabar.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Barat masih menunggu ketentuan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat mikro darurat dari pemerintah pusat. Karantina wilayah atau lockdown akan diterapkan, tetapi hanya di tingkat RT dan RW.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan sedang menganalisis 731 RT kategori zona merah penularan Covid-19 jika lockdown dijalankan. Pengawasannya melibatkan pengurus RT, TNI, Polri, dan puskesmas setempat.
”Kalau (lockdown) sudah dilakukan, semua orang tidak boleh pergi. Usulan suplai pangan (warga) harus diperhatikan,” ujarnya di Kota Bandung, Rabu (30/6/2021).
Menurut Kamil, dibutuhkan anggaran sekitar Rp 3,41 juta setiap RT per hari. Jika semua RT zona merah menerapkan lockdown, kebutuhan anggaran mencapai Rp 2,49 miliar per hari.
Selain untuk bantuan logistik, dana itu digunakan di antaranya untuk membayar honor sukarelawan penelusuran kontak atau tracing, membeli alat pelindung diri, disinfektan, dan penyediaan tempat cuci tangan. Diasumsikan setiap RT dihuni 100 keluarga dengan 30 persen di antaranya penduduk miskin yang menjadi sasaran penerima bantuan logistik.
Kamil mengatakan, pihaknya sedang merumuskan pembagian beban anggaran itu. Sistemnya berjenjang dari dana kas kelurahan/desa, anggaran pemerintah kabupaten/kota, dan provinsi.
”Sedang kami konsultasikan juga apakah pemerintah pusat juga bertanggung jawab terhadap pembiayaan jika ada lockdown level mikro,” ucapnya.
Apabila lockdown dilakukan, dibutuhkan anggaran sekitar Rp 3,41 juta setiap RT per hari. Jika semua RT zona merah menerapkan lockdown (731 RT), kebutuhan anggaran mencapai Rp 2,49 miliar per hari. (Ridwan Kamil)
Sukarelawan pelacakan kontak akan ditugaskan di setiap RT. Tujuannya agar saat ditemukan kasus Covid-19 segera ditelusuri kontaknya sehingga mencegah penularan lebih luas.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Jabar Nina Susana Dewi, pemberdayaan sukarelawan tersebut sangat diperlukan untuk mendukung peran puskesmas dalam mengendalikan pandemi. ”Beban puskesmas cukup tinggi. Kader (sukarelawan) sangat membantu menjalankan fungsi tracing terhadap orang-orang di sekitarnya,” jelasnya.
Varian delta di sembilan daerah
Covid-19 varian Delta sudah terdeteksi di sembilan daerah di Jabar. Daerah itu adalah Kabupaten Bandung, Sumedang, Kuningan, Purwakarta, Bandung Barat, Karawang, Subang, serta Kota Bandung dan Depok.
”Hati-hati karena tingkat penularan (Covid-19 varian Delta) sangat tinggi. Di Bandung Raya diwaspadai karena sudah menyebar,” ujar Kamil.
Kamil meminta warga meningkatkan disiplin protokol kesehatan. Protokol itu meliputi memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas.
Pekan ini, 11 kabupaten/kota di Jabar masuk zona merah atau berisiko tinggi penularan Covid-19. Jumlah itu meningkat lebih dari lima kali lipat dibandingkan pekan lalu yang hanya dua daerah, yaitu Kota dan Kabupaten Bandung.
Ke-11 daerah tersebut adalah Kabupaten Bandung, Garut, Kuningan, Cirebon, Majalengka, Indramayu, Karawang, Bandung Barat, serta Kota Bandung, Depok, dan Cimahi. ”Besok (Kamis) disosialisasikan dahulu kepada daerah zona merah. Lalu kami akan merapatkan secara detail tentang PPKM mikro darurat kepada bupati/wali kota,” katanya.
Untuk mengatasi tingginya tingkat keterisian rumah sakit rujukan Covid-19, Pemprov Jabar menyiapkan ruang isolasi di desa dan kelurahan untuk pasien tanpa gejala dan bergejala ringan. Selain itu, sejumlah hotel digunakan sebagai tempat transisi pemulihan pasien yang kondisinya sudah membaik.
”Total ada sekitar 54.000 tempat tidur di seluruh rumah sakit di Jabar. Saat ini yang digunakan untuk pasien Covid-19 sejumlah 14.000 unit (25 persen). Strateginya akan dinaikkan (bertahap) hingga maksimal 60 persen,” jelasnya.
Hingga Rabu malam, keterisian tempat tidur pasien Covid-19 di Jabar mencapai 90,93 persen. Okupansi itu naik tiga kali lipat dibandingkan 1,5 bulan lalu yang hanya 29 persen.
Tingginya keterisian rumah sakit rujukan Covid-19 tersebut terjadi di kota hingga pelosok daerah. Berdasarkan data yang diakses dari laman yankes.kemkes.go.id, Rabu malam, delapan dari sembilan tempat tidur di ruangan ICU tekanan negatif dengan ventilator di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Kota Bandung, telah terisi.
Sementara di ruangan ICU tekanan negatif tanpa ventilator, hanya tersisa tiga tempat tidur dari total 24 tempat tidur. Adapun sembilan tempat tidur di instalasi gawat darurat (IGD) penuh.
Ketersediaan tempat tidur pasien Covid-19 di RSUD Pagelaran, Cianjur Selatan, juga tidak lebih baik. Seluruh 13 tempat tidur di ruangan isolasi tanpa tekanan negatif dan dua tempat tidur di IGD telah terisi.