Prediksi epidemiolog bahwa lonjakan kasus di Pulau Jawa berpotensi terjadi di Sulsel mulai tampak. Saat ini terjadi lonjakan kasus setelah beberapa bulan landai. Pemprov Sulsel pun menyiapkan langkah antisipasi.
Oleh
Reny Sri Ayu
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan menyiapkan berbagai langkah untuk mengantisipasi jika terjadi lonjakan kasus Covid-19, seperti di Pulau Jawa. Hal itu mencakup rumah sakit, tenaga sukarelawan, hotel isolasi, hingga opsi rumah sakit darurat.
Sepekan terakhir, penambahan kasus baru terus terjadi di Makassar, ibu kota provinsi. Jika beberapa bulan lalu penambahan kasus bertahan pada angka puluhan per hari, sepekan ini berada di atas 100 kasus per hari.
”Kita pernah mengalami awal pandemi hingga lonjakan kasus yang terjadi awal tahun lalu. Sejauh ini semua bisa ditangani. Saat ini pun kita sudah antisipasi,” kata Kepala Dinas Kesehatan Sulsel dr Ichsan Mustari, Rabu (30/6/2021).
Menurut Ichsan, rumah sakit di Makassar dan semua 23 kabupaten/kota lain di Sulsel sudah disiapkan. Tenaga sukarelawan pun setiap saat bisa didatangkan. ”Bahkan, jika terjadi hal yang tidak diinginkan, kami juga sudah merancang rumah sakit darurat,” ujarnya.
Pada awal pandemi, Pemprov Sulsel menangani pasien Covid-19 dengan memilah antara pasien tak bergejala, bergejala ringan, dan bergejala berat. Semua pasien tanpa gejala dan gejala ringan diisolasi di hotel yang telah ditunjuk. Adapun yang bergejala berat dirawat di beberapa rumah sakit rujukan Covid-19.
Saat lonjakan kasus terjadi pada awal tahun, pemprov membuka 10 hotel isolasi. Delapan hotel berada di Makassar dan dua di daerah. Sukarelawan umumnya membantu penanganan di hotel-hotel isolasi.
”Memang, sejak kasus turun, hotel-hotel isolasi ditutup dan sukarelawan banyak yang tidak lagi terlibat. Tapi, jika terjadi lonjakan kasus, metodenya akan sama, membagi pasien. Sukarelawan tinggal dihubungi karena mereka sudah siap setiap saat,” ujar Ichsan.
Dia menambahkan, hotel-hotel juga setiap saat bisa dibuka kembali untuk menampung pasien tanpa gejala atau bergejala ringan. Langkah ini membantu menjaga keterisian rumah sakit tak pernah penuh. ”Saat lonjakan kasus pada awal tahun, alhamdulillah rumah sakit yang disiapkan tak ada yang sampai penuh,” kata Ichsan.
Berdasarkan data Satgas Covid-19 Sulsel hingga Selasa (29/6/2021), keterisian tempat tidur isolasi di rumah sakit mencapai 17 persen, sementara di ruang perawatan intensif (ICU) 6,1 persen. Di Sulsel, terdapat 46 rumah sakit yang disiapkan untuk perawatan Covid-19 dengan jumlah tempat tidur lebih dari 1.000. Selama ini Sulsel mencatat angka kesembuhan sekitar 95 persen dan angka kematian di bawah 2 persen.
Saat ini, selain persiapan secara teknis, antisipasi lain juga dilakukan dengan membentuk posko-posko pembatasan mikro di tingkat kelurahan dan desa. Harapannya, tim di posko-posko ini proaktif ikut mengedukasi dan mengingatkan warga serta melakukan pengawasan.
Sementara itu, sejak dua pekan lalu, Wali Kota Makassar M Ramdhan Pomanto sudah mengeluarkan surat edaran yang membatasi aktivitas tempat hiburan, pusat perbelanjaan, hingga warung makan. Tempat-tempat itu hanya bisa beroperasi hingga pukul 20.00 Wita.
Epidemiolog Universitas Hasanuddin, Prof Ridwan Amiruddin, mengatakan, terjadi lonjakan kasus di Makassar belakangan ini disebabkan longgarnya protokol kesehatan. Selain itu, sejumlah kasus juga berasal dari luar daerah. Sejak awal, Ridwan telah mengingatkan lonjakan kasus di Pulau Jawa berpotensi bergeser ke Sulsel.
”Karena itu, sangat penting semua pihak untuk kembali mengetatkan protokol kesehatan. Pengawasan perlu lebih diintensifkan. Semua pihak harus bekerja sama jika tak ingin lonjakan kasus jauh lebih tinggi,” katanya.