Angka Covid Melonjak, Bupati Banyuwangi: Pelacakan Terus Dimasifkan
Ada kesalahan dalam memasukkan data kasus Covid-19 di Banyuwangi. Kondisi ini membuat jumlah pasien Covid-19 seolah melonjak.
Oleh
Angger Putranto
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Terjadi lonjakan kasus Covid-19 di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, daerah yang selama ini mengunggulkan pariwisata normal baru. Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menyebutkan, tingginya pelacakan dari klaster-klaster membuat semakin banyak penularan terdeteksi.
Pada 24 Juni, Banyuwangi disebut sebagai kabupaten yang menyumbang kasus positif harian tertinggi di Jawa Timur. Hingga Minggu (27/6/2021), terdapat 473 kasus aktif Covid-19 di Banyuwangi.
”Memang ada kenaikan kasus jika dibandingkan dua minggu lalu. Sampai pertengahan Juni, kasus harian tidak pernah lebih dari 20. Tapi, kini kasus harian melonjak dan kami sempat diklaim sebagai penyumbang tertinggi se-Jawa Timur,” ujar Ipuk, saat dihubungi dari Jakarta, Minggu (27/6/2021).
Ipuk menyebut, peningkatan itu terjadi karena munculnya kluster-kluster baru. Sedikitnya ada 12 kluster yang bermunculan. Saat ini upaya pelacakan juga dimasifkan sehingga semakin banyak warga yang terdeteksi tertular Covid-19.
Selain itu, Ipuk mengungkapkan, ada kesalahan dalam memasukkan data kasus Covid-19 di Banyuwangi. Kondisi ini membuat kenaikan pasien Covid-19 seolah melonjak. ”Saat dilakukan pelacakan, ada warga yang terindikasi positif oleh tes cepat antigen, dimasukkan dalam data pasien positif. Padahal, dia belum tentu positif saat dilakukan uji usap PCR (reaksi berantai polimerase),” ungkapnya.
Saat ditanya lebih lanjut persentase warga yang terindikasi positif, Ipuk mengaku belum mengetahuinya. Saat ini, pihaknya sedang melacak lagi pendataan tersebut.
Secara akumulatif, angka Covid-19 di Banyuwangi sudah mencapai 7.282 kasus. Jumlah tersebut bertambah 59 kasus baru pada Minggu (27/6/2021). Adapun angka kematian akumulatif mencapai 718, bertambah tiga dari hari sebelumnya.
Di tengah peningkatan kasus Covid-19, Banyuwangi terus memasifkan vaksinasi. Sayangnya, hal ini dinilai tidak disiapkan sistem yang lebih rapi dan tertata untuk vaksinasi. Akibatnya, kerumunan warga sempat tidak terelakkan saat vaksinasi massal digelar di GOR Tawang Alun, Sabtu (26/6/2021).
”Selama ini Banyuwangi sudah memanfaatkan teknologi dan media sosial untuk menyosialisasikan aneka hal tentang kegiatan pemerintah, bahkan juga tentang penularan Covid-19. Fasilitas tersebut seharusnya juga dimanfaatkan untuk sosialisasi vaksinasi,” ujar Yunan Fahmi dari Komunitas Banyuwangi Lawan Korona.
Banyuwangi Lawan Korona merupakan komunitas lintas profesi yang selama ini turut mengedukasi warga terkait penularan Covid-19. Komunitas ini juga menjadi penjernih saat banyak informasi simpang siur tentang Covid-19 beredar.
Yunan mengatakan, Banyuwangi juga menyebut dirinya sebagai daerah dengan serapan vaksinasi tertinggi se-Jawa Timur. Disebutkan bahwa serapan vaksin Covid-19 di Banyuwangi sudah mencapai 89,9 persen.
”Di masyarakat, klaim ini menjadi bias. Tak sedikit warga yang menilai bahwa sudah banyak warga Banyuwangi yang divaksin. Padahal, angka 89,9 persen itu merupakan serapan dari jatah vaksin yang diterima Banyuwangi,” ungkapnya.
Yunan mengatakan, Banyuwangi mendapat jatah 372.570 dosis vaksin. Dari jumlah tersebut, 89,9 persennya atau sekitar 334.000 dosis sudah disalurkan.
Banyuwangi, lanjut Yunan, sebenarnya bisa lebih optimal menyalurkan vaksin jika informasi tentang vaksinasi juga disosialisasikan dengan baik. Ia berharap laman https://corona.banyuwangikab.go.id/, yang selama ini menjadi rujukan informasi penyebaran Covid-19, juga bisa dijadikan sarana sosialisasi vaksinasi.
”Seharusnya, info yang ditampilkan bukan lagi soal sebaran kasus, melainkan syarat-syarat penerima vaksin. Pemerintah daerah juga bisa menunjukkan jadwal vaksinasi. Apabila itu dilakukan, kerumunan warga saat vaksinasi di GOR Tawang Alun kemarin tidak terulang kembali,” ujarnya.