Lonjakan Kasus di Kendari Tak Terbendung, RSUD Siapkan Ruangan Tambahan
Dalam dua pekan terakhir, kasus Covid-19 di Kendari bertambah sekitar 250 kasus. Pihak RSUD Kendari telah menyiapkan ruangan tambahan mengantisipasi lonjakan kasus. Pemerintah diharap memperketat pembatasan.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Kasus Covid-19 di Kendari, Sulawesi Tenggara, terus melonjak mencapai 249 kasus baru dalam dua pekan terakhir. Pemerintah mulai bersiap mengantisipasi dengan menyiapkan ruangan perawatan tambahan. Meski demikian, pemerintah dituntut memperketat pembatasan aktivitas masyarakat untuk mencegah penularan.
Data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kendari, hingga Kamis (24/6/2021) jumlah kasus baru di ibu kota provinsi itu mencapai 55 kasus sehingga total kasus aktif saat ini mencapai 253 orang. Jumlah ini meningkat 249 kasus dari awal Juni lalu yang hanya terdapat empat kasus aktif.
Seiring bertambahnya kasus, jumlah pasien yang dirawat di fasilitas kesehatan juga meningkat. Di RSUD Kendari ada 34 pasien positif yang menjalani perawatan. Jumlah ini masih berada di bawah kapasitas rumah sakit Covid-19 yang bisa menampung 84 orang.
”Meski masih jauh dari kapasitas, kami telah mengosongkan satu ruangan lagi untuk berjaga-jaga jika terjadi lonjakan setiap hari. Jadi, total kapasitas sejauh ini bertambah 20 orang menjadi 100,” kata Kepala RSUD Kendari dr Sukirman di Kendari.
Setiap hari, tambah Sukirman, jumlah pasien positif yang dirawat bertambah belasan orang. Jumlah ini hanya yang dirawat di RSUD, belum di fasilitas kesehatan lainnya. Merujuk kenaikan kasus yang terus terjadi, pihaknya bersiap jika jumlah kasus terus melonjak, termasuk dengan penyiapan oksigen dan fasilitas lainnya.
Data Dinas Kesehatan Kendari, sejumlah fasilitas kesehatan di wilayah Kendari mulai terisi pasien. Selain di RSUD Kendari, RS Bahteramas yang menjadi rujukan pasien Covid-19 tingkat provinsi juga telah terisi 29 orang. Sejumlah rumah sakit hingga fasilitas yang baru dibangun untuk perawatan pasien Covid-19 juga terisi belasan hingga puluhan orang.
Kepala Dinas Kesehatan Kendari drg Rahminingrum menyampaikan, hingga saat ini penambahan pasien Covid-19 memang terus terjadi. Penelusuran kasus pun terus dilakukan.
Tidak hanya itu, ia melanjutkan, pemerintah juga menyiapkan sejumlah langkah untuk mengantisipasi bertambahnya kasus dengan pembatasan skala kecil. Daerah yang terdeteksi banyak kasus baru diawasi dengan ketat oleh petugas. ”Tapi, skalanya itu lingkup lingkungan atau perumahan. Karena jika menerapkan lockdown, itu akan sangat sulit, utamanya bagi perekonomian warga,” ucapnya.
Terkait alur masuk dan keluar masyarakat, Rahminingrum menambahkan, pihaknya belum melakukan pemeriksaan ketat. Sebab, para petugas sedang berkonsentrasi dalam upaya vaksinasi massal yang berlangsung di banyak tempat.
Hingga pekan ketiga Juni ini, capaian vaksinasi di Kendari memang telah mencapai 65,89 persen dari total 60.595 sasaran. Namun, vaksinasi terhadap warga lansia di wilayah ini masih tergolong lambat, yaitu baru mencapai 4.359 orang atau 23,39 persen dari total 18.634 orang sasaran. Padahal, vaksinasi warga lansia telah berjalan lebih dari tiga bulan.
Varian Delta itu memiliki tingkat penyebaran yang 50 persen lebih cepat dari varian lokal.
Sementara itu, La ode M Sety, epidemiolog Universitas Halu Oleo, menilai, lonjakan kasus yang terjadi saat ini diakibatkan pemerintah dan masyarakat yang terlena dengan kondisi sebelumnya. Setelah hampir tidak ada kasus, kepatuhan masyarakat dan kinerja pemerintah berkurang dalam penegakan protokol.
Akibatnya, seiring meningkatknya aktivitas masyarakat di ruang publik, jumlah kasus kembali melonjak drastis. Pelaku perjalanan, baik antarwilayah maupun lintas provinsi, berlangsung tanpa adanya penapisan ketat di pintu masuk daerah.
”Kita belum tahu apakah varian baru Covid-19 belum ada di Kendari atau daerah sekitarnya. Varian Delta itu memiliki tingkat penyebaran yang 50 persen lebih cepat dari varian lokal,” katanya.
Oleh sebab itu, Sety menyarankan agar pemerintah segera melakukan pembatasan wilayah skala mikro. Daerah-daerah yang menjadi sentra penyebaran virus segera ditutup sementara waktu untuk mencegah perluasan penyebaran virus.
Sebelumnya, Wali Kota Kendari Sulkarnain Kadir menyampaikan, pihaknya menerapkan pembatasan sosial skala paling mikro, yaitu lingkungan tempat tinggal, seiring melonjaknya kasus Covid-19. Beberapa lingkungan perumahan yang warganya terdeteksi positif diawasi dengan ketat oleh petugas.
”Sebenarnya bukan lockdown, tapi pembatasan pengawasan tingkat lingkungan. Lockdown itu dampaknya sangat luas, utamanya terkait ekonomi masyarakat. Sementara terus terang saja, secara anggaran kami, itu akan sangat berat. Menurut kami, hal itu cara paling efektif untuk mencegah penularan kasus di tingkat masyarakat,” kata Sulkarnain, Senin (21/6/2021).
Menurut Sulkarnain, lonjakan kasus yang terjadi pasca-Lebaran seiring meningkatnya aktivitas masyarakat. Hal yang sama terjadi di sejumlah daerah di Indonesia, utamanya di Pulau Jawa. Penyebaran kasus dari satu kasus lalu meluas ke warga lainnya.
Oleh sebab itu, ia melanjutkan, pengawasan secara aktif penting untuk dimaksimalkan. Penegakan protokol kesehatan secara kontinyu juga terus dilakukan agar masyarakat terus patuh dalam beraktivitas.