Borobudur Jadi Inspirasi Perkuat Persahabatan Antarbangsa Lewat Musik
Selama ini, relief di Candi Borobudur yang bergambar alat musik itu hanya menjadi sumber pengetahuan pasif. Di tengah kondisi itu muncul gagasan dari menghidupkan alat-alat musik itu lewat Sound of Borobudur.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Puluhan relief bergambar alat musik di Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, berpotensi menjadi inspirasi memperkuat persahabatan antarbangsa melalui musik. Tidak hanya di Indonesia, alat musik dalam relief-relief itu telah lama dikenal di berbagai negara.
Upaya memperkuat persahabatan antar-bangsa melalui musik itu dibahas dalam Konferensi Internasional Sound of Borobudur MUSICoverNATIONS bertema ”Menggali Jejak Persaudaraan Lintas Bangsa Melalui Musik”, Kamis (24/6/2021), di Balai Ekonomi Desa Karangrejo, Kecamatan Borobudur, Magelang.
Konferensi itu diselenggarakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bekerja sama dengan Yayasan Padma Sada Svargantara dan Kompas Group. Acara tersebut digelar secara luring dan daring. Sebagian kecil peserta hadir langsung di lokasi. Sementara sebagian besar peserta lain mengikuti konferensi secara daring.
Ketua Yayasan Padma Sada Svargantara, Purwa Caraka, mengatakan, ada ratusan gambar alat musik di lebih dari 40 panel relief di Candi Borobudur. Dia menyebut, sebagian besar alat musik itu tidak lagi ditemukan di Jateng, tetapi ditemukan di 34 provinsi di Indonesia. Bahkan, ditemukan pula alat musik yang mirip di 40 negara lainnya.
”Akan tetapi, sejauh ini belum ditemukan di tempat lain adanya display (tampilan) sekian banyak alat musik beserta pemainnya seperti di Candi Borobudur,” ujar Purwa, yang mengikuti konferensi secara daring.
Alat musik di relief Candi Borobudur itu terdiri dari alat musik petik, pukul, tabuh, dan tiup. Salah satu alat musik dalam relief yang ditemukan di Indonesia dan memiliki kemiripan dengan alat musik negara lain adalah garantung. Alat musik tersebut mirip ranat ek di Thailand, marimba (Kongo), dan balafon (Gabon).
Purwa menuturkan, penemuan relief bergambar alat musik di Candi Borobudur sebenarnya bukan sesuatu yang baru. Namun, selama ini, relief bergambar alat musik itu hanya menjadi sumber pengetahuan pasif. Di tengah kondisi itu muncul gagasan dari sejumlah musisi dan tokoh lain untuk menghidupkan alat-alat musik yang tergambar di relief Candi Borobudur melalui gerakan Sound of Borobudur.
Selain Purwa Caraka, ada sejumlah musisi yang juga terlibat dalam Sound of Borobudur, misalnya penyanyi Trie Utami dan gitaris Dewa Budjana. Di sana, alat-alat musik dalam relief Candi Borobudur itu diproduksi lagi untuk selanjutnya membuat komposisi musik apik.
Kita banyak belajar dari Borobudur, salah satu keajaiban dunia yang menyimpan 1.460 relief. Narasi visual panel relief tersebut sarat akan makna tentang ajaran nilai hidup, termasuk musik. (Sandiaga Uno)
”Usaha membunyikan alat-alat musik ini sudah berlangsung melalui proses yang panjang. Ada cukup banyak alat musik yang diproduksi, direproduksi, direka ulang, dicari ke seluruh pelosok negeri, dipastikan bunyinya, dicoba dimainkan, dan dibuat komposisi khusus dengan interpretasi tertentu,” ungkap Purwa, yang juga komposer musik.
Kolaborasi
Setelah komposisi itu berhasil dibuat, Sound of Borobudur kemudian mengajak musisi dari sejumlah negara lain untuk berkolaborasi. Kolaborasi itu merupakan bagian dari upaya memperkuat persahabatan antar-bangsa melalui musik.
”Setelah melalui kajian ilmiah sebagai penguatan landasan, kami ingin melakukan eksplorasi lanjutan untuk menunjukkan secara nyata keterkaitan dengan bangsa lain dan adanya persahabatan antar-bangsa melalui musik yang sudah dijalin sejak dahulu kala,” papar Purwa.
Trie Utami mengatakan, ada sejumlah musisi dari 11 negara yang bersedia berkolaborasi dengan Sound of Borobudur. Para musisi yang berkolaborasi itu, antara lain, berasal dari Jepang, Filipina, Taiwan, Laos, dan China.
Uniknya, proses kolaborasi itu dilakukan tanpa pertemuan fisik. Menurut Trie, para musisi dari negara lain itu hanya mengirimkan rekaman video dan audio saat mereka bermain musik. Rekaman dari para musisi lintas negara itu kemudian digabungkan menjadi sebuah video musik yang utuh.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengatakan, Candi Borobudur merupakan mahakarya anak bangsa yang menyimpan berbagai ilmu pengetahuan serta rekam jejak peristiwa dan fenomena masyarakat di masa lalu. Ilmu pengetahuan dan rekam jejak peristiwa itu bisa ditemui dalam ribuan relief di Candi Borobudur.
”Kita banyak belajar dari Borobudur, salah satu keajaiban dunia yang menyimpan 1.460 relief. Narasi visual panel relief tersebut sarat akan makna tentang ajaran nilai hidup, moral, pengetahuan, agama, sejarah, budaya, kepemimpinan, dan tentunya seni, termasuk musik,” ujar Sandiaga, yang hadir langsung di lokasi acara.
Di sisi lain, Candi Borobudur dan kawasan sekitarnya merupakan salah satu destinasi wisata superprioritas yang telah ditetapkan pemerintah. Oleh karena itu, Sandiaga mengapresiasi tim Sound of Borobudur yang telah menghidupkan kekayaan pengetahuan yang ada. Upaya tersebut diharapkan bisa ikut menambah daya tarik Candi Borobudur sebagai destinasi superprioritas.
Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berharap, ke depan bisa digelar pertunjukan musik kolaborasi musisi berbagai negara yang menjadikan relief-relief di candi tersebut sebagai rujukan. Ganjar juga menyebut, pertunjukan yang menghidupkan alat-alat musik yang tergambar di relief itu diharapkan bisa meningkatkan daya tarik candi itu sendiri.
”Cerita ini akan bisa kita angkat menjadi satu storytelling yang menarik, kemudian diceritakan sebagai tulisan, video, televisi, dan media sosial,” tutur Ganjar.