Ruang Isolasi Covid-19 di Cirebon Capai 90 Persen, Nakes Kewalahan
Ruang isolasi Covid-19 di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, mencapai 90,4 persen. Penumpukan pasien di rumah sakit juga bisa berdampak buruk bagi tenaga kesehatan.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Meski sudah menambah tempat, ruang isolasi Covid-19 di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, mencapai 90,4 persen. Selain berpotensi meningkatkan angka kematian, penumpukan pasien di rumah sakit juga bisa berdampak buruk pada tenaga kesehatan.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon pada Jumat (18/5/2021), keterisian ruangan isolasi Covid-19 di 11 rumah sakit rujukan setempat mencapai 90,4 persen. Dari total 500 tempat tidur, sebanyak 452 unit terisi.
Bahkan, ruang unit perawatan intensif (ICU) di sejumlah rumah sakit telah penuh. Sebanyak 15 tempat tidur ICU di RS Mitra Plumbon, misalnya, terisi seluruhnya. Begitu juga dengan lima tempat tidur RS Permata dan RS Paru Sidawangi Jabar yang sudah penuh.
”Padahal, kami sudah menambah ruang isolasi dari 475 menjadi 500 tempat tidur,” kata Kepala Dinkes Kabupaten Cirebon Eni Suhaeni. Menurut dia, tingkat keterisian rumah sakit di Cirebon terus meningkat pasca-Lebaran. Bulan lalu, okupansi ruang isolasi di bawah 50 persen.
Eni menilai, tingginya tingkat keterisian ruang isolasi dipicu lonjakan kasus Covid-19. Hingga Kamis (17/6/2021), tercatat 208 kasus positif baru. Dengan begitu, total kasus positif kumulatif di daerah berpenduduk 2,2 juta jiwa itu sebanyak 11.205 orang.
Rinciannya, 475 orang meninggal, 9.387 sembuh, dan 1.343 masih diisolasi/dirawat. Tingkat kematian akibat Covid-19 di Cirebon 4,2 persen atau di atas rata-rata nasional yang di bawah 3 persen. Cirebon juga menjadi daerah dengan kasus positif Covid-19 tertinggi di Jabar bagian timur.
Lonjakan kasus ini berasal dari hasil pelacakan kontak erat setelah Lebaran.
”Lonjakan kasus ini berasal dari hasil pelacakan kontak erat setelah Lebaran,” lanjut Eni. Peningkatan kasus ini, katanya, menambah beban nakes. Tidak hanya melacak kontak erat, para nakes juga harus melakukan vaksinasi dan merawat pasien di ruang isolasi.
Kondisi ini bisa membuat nakes kelelahan dan rentan terpapar Covid-19. ”Saat ini ada 35 nakes yang positif Covid-19. Secara keseluruhan, sejak 2020 sudah lebih dari 300 orang yang positif. Beberapa puskesmas juga sempat lockdown (tutup),” katanya.
Itu sebabnya, Eni berharap, TNI, Polri, dan aparat desa membantu tugas nakes. Misalnya, mengawal nakes saat pelacakan kontak erat dan tes usap. Sebab, lanjutnya, masih ada masyarakat yang takut menjalani tes.
”Padahal, semakin banyak dites, penularan bisa dicegah,” ujarnya.
Lonjakan kasus Covid-19 di Cirebon dan sekitarnya juga menyebabkan ruang isolasi di RSD Gunung Jati, yang merupakan rujukan pasien Covid-19 di Jabar bagian timur, nyaris penuh. Dari 117 tempat tidur yang tersedia, telah terisi 85 persen atau 99 unit. Enam tempat tidur ICU sudah terisi.
Wakil Direktur Pelayanan Medis dan Keperawatan RSD Gunung Jati Maria Listiawaty mengatakan, penambahan 21 tempat tidur tengah dilakukan. Namun, pihaknya terbatas dalam sumber daya nakes. ”Ini sangat dilematis. Keuangan kami juga terkendala untuk merekrut nakes karena banyak klaim rumah sakit belum dibayarkan,” katanya.
Saat ini terdapat 624 nakes di RSD Gunung Jati. Nakes tersebut terdiri dari perawat, dokter, dan dokter radiologi. ”Dengan kondisi lonjakan kasus seperti ini, idealnya dibutuhkan 100 sampai 150 nakes tambahan,” ujar Direktur RSD Gunung Jati Ismail Jamaludin.