Ruang Isolasi Covid-19 Nyaris Penuh di Kota Cirebon, Penambahan Ruangan Terkendala
Ruang isolasi pasien Covid-19 di Kota Cirebon, Jawa Barat, mencapai lebih dari 79 persen. Bahkan, ruang isolasi untuk ICU mencapai 90 persen.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Ruang isolasi bagi pasien Covid-19 di Kota Cirebon, Jawa Barat, mencapai lebih dari 79 persen. Meski demikian, penambahan ruangan isolasi di sana masih terkendala sumber daya kesehatan. Pemkot Cirebon berencana bekerja sama dengan TNI, polisi, dan rumah sakit swasta untuk memecahkan masalah itu.
”Pandemi belum berakhir. Ini terbukti dari ruang isolasi di rumah sakit beranjak naik. Covid-19 di Cirebon dalam tren meningkat,” kata Wali Kota Cirebon Nashrudin Azis, Selasa (15/6/2021), di Cirebon.
Hingga Selasa siang, tingkat keterisian ruang isolasi di 11 rumah sakit di Kota Cirebon mencapai 79 persen atau 257 tempat tidur dari 325 unit. Bahkan, ruang intensive care unit (ICU) sudah mencapai 90 persen atau terisi 19 tempat tidur dari 21 unit.
Beberapa ruang ICU di sejumlah rumah sakit bahkan telah mencapai 100 persen. Misalnya, RSD Gunung Jati, RS Pelabuhan, RS Tingkat III Ciremai, dan RS Sumber Kasih. Padahal, ruang ICU melayani pasien Covid-19 dengan kondisi perburukan dan membutuhkan ventilator.
Tingkat keterisian ruang isolasi di rumah sakit Cirebon terus meningkat sejak awal bulan ini. Pada Juni, misalnya, sekitar 39 persen ruangan isolasi di berbagai RS telah selesai. Kini, tingkat keterisiannya hampir 80 persen.
Sekretaris Daerah Kota Cirebon Agus Mulyadi mengatakan, penambahan ruangan isolasi membutuhkan koordinasi dengan pihak terkait, termasuk menunggu arahan Pemprov Jabar. ”Bagaimanapun juga, penambahan itu tidak mudah. Bukan hanya menambah ruangan, melainkan juga SDM (sumber daya manusia),” katanya.
Apalagi, tenaga kesehatan di rumah sakit juga masih melayani pasien selain Covid-19. ”Kami akan coba komunikasikan dengan berbagai pihak. Penambahan SDM ini harus dengan teman-teman dari TNI, Polri, dan RS swasta. Malam ini, kami rapat koordinasi tingkat kota,” ungkapnya.
Kami belum tahu nanti dapat berapa dari bantuan provinsi. Kami berharap rumah sakit lain juga melayani pasien Covid-19 sehingga ketersediaan ruang isolasi masih cukup.
Direktur RSD Gunung Jati Ismail Jamaludin mengakui, tingkat keterisian ruang isolasi terus meningkat. Pada Maret-April lalu, keterisian ruang isolasi hanya menyentuh 24 persen. Saat ini, persentasenya sudah mencapai 77,8 persen dari 117 tempat tidur.
Pihaknya menyiapkan 37 tempat tidur cadangan untuk mengantisipasi ruang isolasi telah penuh. Namun, penambahan ruangan isolasi terkendala jumlah tenaga kesehatan.
Saat ini, terdapat 624 nakes di RSD Gunung Jati. Nakes tersebut terdiri dari perawat, dokter, dan dokter radiologi. ”Dengan kondisi seperti ini, idealnya dibutuhkan 100 sampai 150 nakes tambahan,” ujarnya.
Meski demikian, lanjut Ismail, belum ada anggaran untuk perekrutan penambahan SDM. Apalagi, RSD Gunung Jati juga terdampak perubahan anggaran akibat pandemi Covid-19. Pihaknya juga telah mengajukan bantuan Pemprov Jabar untuk alat pelindung diri (APD). Ketersediaan APD diprediksi hanya sampai akhir tahun.
”Kami belum tahu nanti dapat berapa dari bantuan provinsi. Kami berharap rumah sakit lain juga melayani pasien Covid-19 sehingga ketersediaan ruang isolasi masih cukup,” katanya.