Penempatan pos-pos terpadu diharapkan tak hanya efektif mencegah kebakaran berulang pada jalur rawan karhutla di Jambi. Pasukan juga mengusir pelaku pembalakan liar.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·3 menit baca
MUARO JAMBI, KOMPAS — Pos-pos siaga ditempatkan di sejumlah lokasi rawan kebakaran berulang di Kabupaten Muaro Jambi, Jambi. Pasukan gabungan tak hanya berjaga mencegah kebakaran, tetapi juga menyisir dan menangkap para pelaku kejahatan lingkungan.
Operasi gabungan digelar Kepolisian Daerah Jambi, Komando Resor Militer 042/Garuda Putih Jambi, serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Operasi ini ditujukan untuk mencegah adanya kebakaran hutan sekaligus membasmi perambahan.
Dari rangkaian penyisiran sejak Sabtu (13/6/2021) lalu, ditemukan kayu-kayu curian mengalir lewat kanal pada jalur-jalur rawan karhutla di perbatasan Jambi dan Sumatera Selatan. Semua jalur pembalakan itu berada dalam hutan-hutan negara beralas hak pengusahaan hutan ataupun hutan tanaman industri yang dikelola korporasi.
Dalam operasi itu tim menangkap tiga pekerja yang tengah mengawal kayu hasil curian keluar dari lokasi hutan HPH di Kecamatan Sungai Gelam, Kabupaten Muaro Jambi. Ketiganya berinisial L (42), M (25), dan I (27). ”Ketiganya adalah pekerja dan telah kami tetapkan sebagai tersangka, sedangkan pemodalnya masih kami telusuri,” ujar Eduward Hutapea, Kepala Balai Penegakan Hukum Sumatera KLHK, Minggu (13/6/2021).
Pengumpulan data sementara timnya mengindikasikan aliran kayu curian dari jalur itu untuk memasok industri di Banten. Selebihnya untuk memasok kebutuhan kayu di wilayah Jambi dan Sumatera Selatan.
Eduward mengakui keberadaan mafia kayu yang telah bertahun-tahun beraktivitas di jalur tersebut. Namun, hingga kini, jaringan belum dapat dibongkar. ”Kalau dari penelusuran telah diketahui jaringan dan pemodalnya, tetapi sangat sulit memperoleh pembuktiannya,” katanya.
Dalam pantauan udara Kompas bersama tim Polda Jambi, Sabtu lalu, tampak kayu-kayu curian yang dialirkan lewat kanal menyebar di sejumlah lokasi hutan. Selain itu, terdapat pula bekas-bekas usaha pengolahan. Kayu yang akan dibawa keluar sudah dalam bentuk papan dan olahan lainnya. Sejumlah usaha pengolahan ini dibongkar aparat kepolisian pada Maret lalu.
Menindaklanjuti temuan aktivitas ilegal, pasukan gabungan dikerahkan untuk berjaga. Pasukan terdiri dari personel dari Polda Jambi, Komando Resor Militer 042/Garuda Putih, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jambi.
Komandan Peleton Satgas Karhutla di Sungai Gelam, dari Batalyon Infanteri (Yonif) Raider 142/Ksatria Jaya, Letnan Satu Junipal mengatakan, kehadiran pasukan gabungan berjaga di lokasi rawan kebakaran itu efektif mengusir sekaligus menghadang pembalak masuk ke hutan. ”Setiap hari kami berpatroli masih mendapati jejak aktivitas pembalakan di sejumlah titik,” katanya.
Kepala Polres Muaro Jambi Ajun Komisaris Besar Ardiyanto mengatakan, pos jaga disebar di dua titik paling rawan di wilayah itu, yakni di Kumpeh dan Sungai Gelam. Kedua wilayah merupakan jalur paling rawan kebakaran sekaligus penyumbang tertinggi kabut asap pada 2015 dan 2019 lalu. Pada 2019, parahnya kebakaran gambut di Kumpeh, bahkan memicu fenomena langit merah yang disebabkan sangat pekatnya abu kebakaran.
Setiap hari kami berpatroli masih mendapati jejak aktivitas pembalakan di sejumlah titik. (Lettu Junipal)
Menurut Ardiyanto, atas instruksi Kapolda Jambi Inspektur Jenderal Albertus Rachmad Wibowo, pos jaga lalu dibangun. Tak hanya mencegah kebakaran, pasukan juga sebelumnya mengawal pembangunan sekat-sekat kanal di jalur itu.
Tujuannya agar air dalam kanal tak menyusut drastis pada musim kemarau. Hal itu berkaca dari pengalaman karhutla tahun 2015 dan 2019, tinggi muka air dalam kanal susut hingga 3 meter lebih. Pada kemarau tahun ini, tinggi muka air masih tinggi karena tertahan oleh sekat kanal.