Redam Lonjakan Penularan Baru Covid-19, Bangkalan Gencarkan Protokol Kesehatan
Ulama dan aparatur menggencarkan sosialisasi protokol kesehatan dan pengetesan, pelacakan, penanganan pasien di Bangkalan, Pulau Madura, Jawa Timur. Harapannya, bisa meredakan lonjakan kasus yang sedang terjadi.
Oleh
AMBROSIUS HARTO/AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Lonjakan kasus Covid-19 masih terjadi di Bangkalan, Pulau Madura, Jawa Timur, Rabu (9/6/2021). Protokol kesehatan digencarkan sekaligus peningkatan pengetesan, pelacakan, dan penanganan masyarakat.
Pandemi Covid-19 di Bangkalan, kabupaten terbarat Nusa Garam, julukan Pulau Madura, terjadi sejak Sabtu. Empat hari terakhir, tercatat peningkatan 225 kasus baru. Sebanyak 14 orang di antaranya meninggal. Pada Rabu, warga Bangkalan yang dirawat terkait Covid-19 berjumlah 266 orang atau tertinggi di antara 38 kabupaten/kota di Jatim.
Lonjakan di Bangkalan dipicu mobilitas masyarakat, pengabaian protokol kesehatan, dan serangan mutasi virus korona jenis baru (SARS-CoV-2), yakni Alpha (B117) yang lebih ganas. Ketika terjadi lonjakan kasus, penanganan relatif terlambat.
Hal ini membuat Surabaya, yang terhubung dengan Bangkalan melalui Jembatan Suramadu dan penyeberangan Ujung-Kamal, menerapkan kebijakan agresif. Lalu lintas disekat dan setiap pengendara dari Madura harus menjalani tes antigen.
Menurut Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (NU) Jatim Muhammad Qoderi, telah disalurkan sekitar 50.000 masker untuk menggencarkan protokol kesehatan di Madura, khususnya di Bangkalan. Masker telah diserahkan ke Pengurus Cabang NU Bangkalan untuk kemudian diberikan kepada masyarakat.
”Ulama dan tokoh masyarakat didorong memberi contoh dan sosialisasi lebih mendalam tentang bahaya Covid-19 untuk membangkitkan kesadaran masyarakat,” kata Qoderi.
Ketua Pengurus Cabang NU Bangkalan KH Makki Nasir mengatakan, akan terus berusaha menggencarkan protokol kesehatan dan mendorong masyarakat bersedia menjalani tes kesehatan. Keengganan dan penolakan terhadap kewajiban tes antigen oleh kalangan masyarakat lebih karena ketidaktahuan. Menurut Makki, kalangan ulama di Bangkalan siap membantu aparatur negara untuk turut meredakan pandemi Covid-19.
”Kuncinya sosialisasi dari pemerintah dengan pernyataan efektif sehingga seperti pepatah di Madura tak patang panglo atau tidak saling menyalahkan,” kata Makki.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menitipkan pesan kepada para ulama agar meminta masyarakat meredam keinginan mudik pada hari raya. Warga Nusa Garam dikenal amat mementingkan tradisi toron atau turun mudik.
Pada 20 Juli 2021 nanti bertepatan dengan Idul Adha 1442 Hijriah. Tradisi mudik saat Idul Adha biasanya lebih besar daripada Lebaran. Masyarakat perlu diingatkan dan diajak menekan potensi peningkatan kasus.
”Selain itu, saya berharap masyarakat bersedia menjalani tes usap PCR di fasilitas yang ada atau di mobil PCR yang sedang berada di Bangkalan,” kata Khofifah. Perluasan cakupan tes usap PCR akan memberi gambaran yang lebih mendekati kenyataan tentang situasi pandemi di Bangkalan.
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Trunojoyo Madura Surokim Abdussalam mengatakan, amat tepat melibatkan ulama untuk menggencarkan protokol kesehatan dan dorongan pengetesan, pelacakan, penanganan. ”Ulama menjadi panutan setelah orangtua. Seharusnya sosialisasi di setiap pengajian, masjid, dan pertemuan warga dilakukan sejak dulu,” katanya.
Menurut Surokim, dengan sosialisasi, mungkin dampak terhadap penurunan situasi pandemi tidak terlalu cepat. Aparatur bisa bergerak cepat dari aspek kuratif atau pengendalian misalnya penanganan pasien, distribusi obat, alat kesehatan, sampai kebijakan epidemiologis yang tegas. ”Untuk Madura, hindari penekanan atau kekerasan karena karakter masyarakatnya tangguh. Semakin ditekan, justru memicu perlawanan,” ujarnya.
Lonjakan kasus di Bangkalan ikut membuat peningkatan jumlah pasien di Rumah Sakit Lapangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan 2 Surabaya. Saat ini, RS di kompleks Museum Kesehatan Dr Adhyatma MPH itu merawat 183 pasien. Mereka terdiri atas 82 pasien buruh migran dari mancanegara, 54 pasien dari Madura, dan 47 pasien lokal atau warga kabupaten/kota di Jatim yang dirujuk ke sana.
Penanggung Jawab RS Lapangan Surabaya Laksamana Pertama IDG Nalendra Djaya Iswara mengatakan, pasien dengan keberadaan virus korona (CT) tinggi menjalani tes genome sequencing. Tes untuk mengetahui apakah serangan Covid-19 berasal dari mutasi atau tidak. Jika berasal dari mutasi, penanganan terhadap pasien akan berbeda.
”Pasien lokal, buruh migran, dan kluster Madura sejauh ini kami isolasi dan tidak berbaur,” katanya.
Nalendra mengatakan, peningkatan jumlah pasien di RS Lapangan Surabaya masih bisa ditangani. Kapasitas perawatan 350 pasien dan bisa menampung 450 pasien seperti pernah terjadi pada Januari 2021 atau selepas libur Natal dan Tahun Baru.