Lonjakan Kasus Covid-19 di Bangkalan Diduga Serangan Mutasi Baru
Situasi pandemi Covid-19 yang sedang memburuk di Bangkalan, Jawa Timur, diduga karena serangan mutasi baru virus korona, yakni B117 Alpha. Varian itu lebih cepat menular dan berdampak bagi masyarakat.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Jawa Timur menduga lonjakan kasus di Bangkalan, Pulau Madura, salah satunya akibat serangan mutasi baru virus korona. Varian ini lebih cepat menular dan dapat berdampak fatal.
”Benar. Varian Aplha (B117),” kata anggota Dewan Pakar Satgas Covid-19 Jatim, Agung Dwi Wahyu Widodo, dari Universitas Airlangga, Surabaya, Selasa (8/6/2021). Rumah Sakit Universitas Airlangga menangani pasien dari Bangkalan.
Agung menjelaskan, mutasi baru itu didapat dan diisolasi dari seorang pasien. Temuan mutasi baru itu juga telah disampaikan ke organisasi nirlaba GISAID Initiative yang selalu berbagi data virus influenza untuk kesehatan global.
Pemkot Surabaya pun telah melakukan antisipasi penyebaran dengan penyekatan lalu lintas dan kewajiban tes antigen bagi semua pengendara dari Pulau Madura. Pemkab Bangkalan juga menempuh kebijakan serupa.
Menurut laman resmi Jatim Tanggap Covid-19, pada Minggu (6/6) terjadi penambahan 25 kasus baru, dua orang di antaranya meninggal. Pada Senin (7/6), terjadi penambahan 40 kasus baru, empat orang di antaranya meninggal.
Data tersebut memperlihatkan situasi sehari sebelumnya. Sepekan terakhir, sebelum terjadi lonjakan, penambahan harian kasus di Bangkalan selalu di bawah 10 orang tanpa kematian atau maksimal 1 orang.
Agung menduga masuknya serangan B117 Alpha terindikasi dari lonjakan pada Sabtu di Bangkalan. Mayoritas pasien adalah tenaga kesehatan di Puskesmas Arosbaya dan Tongguh serta Unit Organisasi Bersifat Khusus (UOBK) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Syarifah Ambami Rato Ebu (Syamrabu). Bidan Puskesmas Arosbaya, Kusadalina Ekawati, dan dr Eko Sonny Tejolaksito dari RSUD Syamrabu meninggal dengan status pasien Covid-19.
Dinas Kesehatan Bangkalan memastikan seluruh tenaga kesehatan di kabupaten terbarat di Pulau Madura ini telah menjalani vaksinasi. Namun, ketika menghadapi masyarakat yang ternyata terjangkit Covid-19, tetapi tidak bergejala, tenaga kesehatan kurang pengamanan dalam penggunaan alat pelindung diri.
Situasi yang memburuk di Bangkalan memaksa aparatur terpadu di Surabaya memberlakukan penyekatan lalu lintas dan kewajiban tes antigen bagi seluruh pengendara dari Madura. Kebijakan sejak Minggu itu telah ditempuh bagi lebih dari 5.500 pengendara. Hasilnya, lebih dari 100 orang positif Covid-19 dan dirujuk ke sejumlah RS yang telah ditunjuk Pemprov Jatim untuk penanganan.
Agung mengatakan, mutasi baru itu lebih cepat menular, bahkan bisa mengakibatkan reinfeksi. Artinya, daya tangkal vaksin yang telah diterima seseorang, dalam kasus ini tenaga kesehatan di Bangkalan, ternyata kurang optimal ketika menghadapi lonjakan kasus. Kemungkinan besar warga Bangkalan yang terjangkit Covid-19 sebagian di antaranya penyintas yang terpapar kembali.
Penanggung Jawab RS Lapangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan II Surabaya Laksamana Pertama IDG Nalendra Djaya Iswara mengatakan, indikasi mutasi baru pada pasien limpahan dari Bangkalan amat mungkin ada. ”Namun, sampai Selasa siang ini, kami belum menerima hasil tes genome sequencing,” ujarnya.
Saat ini, RS Lapangan merawat 138 pasien. Pasien terdiri dari 68 buruh migran asal mancanegara dan 54 pasien lokal, termasuk limpahan dari Bangkalan. ”Siang ini kami menerima 100 pasien lagi yang di antaranya buruh migran dan limpahan dari Bangkalan,” kata Nalendra.
Secara terpisah, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyatakan telah menerbitkan Surat Edaran Antisipasi Penyebaran Covid-19 dalam Rangka Pelaksanaan Penerimaan Kunjungan Kerja dari Luar Kota Surabaya. Semua yang akan kunjungan kerja ke ibu kota Jatim itu harus melengkapi diri dengan dokumen kesehatan negatif Covid-19 dari tes antigen atau tes usap PCR.
Masa berlaku dokumen maksimal tiga hari. Dokumen harus dipersiapkan sesuai jumlah orang yang melakukan kunjungan kerja. ”Seluruh perangkat menyiapkan dan memastikan pengawasan penerapan protokol kesehatan selama penerimaan kunjungan kerja,” kata Eri.
Dia menambahkan, siapa pun harus mematuhi protokol kesehatan, terutama berpelindung diri (masker, sarung tangan, face shield), rutin mencuci tangan, menjaga jarak dengan orang lain, menghindari kerumunan, dan menekan potensi mobilitas.
Eri menyatakan, kepatuhan masyarakat atau aparatur yang hendak ke Surabaya dalam protokol kesehatan akan membantu aparatur terpadu dalam menekan potensi lonjakan kasus. Surabaya sedang berusaha meredam potensi penularan dari Bangkalan yang sedang memburuk.