Agus Harianto, Spesialis Kembar Siam RSUD Dr Soetomo, Berpulang
Dua kesehatan kehilangan salah satu putra terbaik karena Covid-19 merenggut kehidupan dr Agus Harianto, SpA (K), Ketua Tim Penanganan Kembar Siam RSUD Dr Soetomo, Surabaya, Jawa Timur.
Oleh
AMBROSIUS HARTO/AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Di tengah berbagai upaya pengendalian penyebaran virus korona, salah satu putra terbaik dunia kesehatan Jawa Timur, yakni dr Agus Harianto, SpA (K), berpulang. Kepala Tim Penanganan Kembar Siam RSUD Dr Soetomo, Surabaya, ini berpulang pada Sabtu (5/6/2021) pukul 03.00 WIB setelah beberapa hari menjalani perawatan.
Di tengah kesibukannya, Agus masih antusias membentuk komunitas penyintas Covid-19, yakni alumni RS Lapangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan 2 Surabaya. ”Beliau juga penggerak kegiatan donor plasma konvalesen,” kata Ketua Ikatan Alumni Universitas Airlangga Teguh Prihandoko.
Kabar duka itu disampaikan Ketua Forum Pers RSUD Dr Soetomo Urip Murtedjo. ”Innalillahi wainna ilaihi rojiun. Allahumma firlahu warhamhu wa\'afihi wa\'fu\'anhu. Telah berpulang ke rahmatullah, guru/senior/sejawat kami, dr Agus Harianto, SpA(K) pada Sabtu, 5 Juni 2021, pukul 03.00 WIB. Jenazah akan disucikan di Masjid An Nur,” ujarnya.
Setelah dari Masjid An Nur, jenazah diberangkatkan dari RSUD Dr Soetomo menuju TPU Keputih. Informasi dan prosesi pemakaman dapat diikuti melalui Zoom Meeting.
Beliau juga penggerak kegiatan donor plasma konvalesen. (Teguh Prihandoko)
Teguh Prihandoko mengatakan, kehilangan amat besar dari dunia kesehatan Jatim termasuk komunitas penyintas Covid-19.
Kepergian Agus juga kehilangan besar bagi para orangtua kembar siam yang pernah dibantu oleh kehebatannya dalam operasi pemisahan bayi kembar siam. Agus telah menangani kasus kembar siam sejak 1990 dengan tugas awal sebagai juru bicara.
Selanjutnya, dia terlibat dalam lebih dari 100 kasus kembar siam termasuk dalam operasi pemisahan. Agus turut berada dalam keberhasilan operasi pemisahan Janeeta-Janeetra 2009 dan Aqila Dewi Syabila-Azila Dewi Sabrina 2019.
Kembar siam adalah kelainan pada bayi terlahir kembar dengan kondisi tubuh saling menempel atau terhubung. Semasa hidup, Agus pernah mengutarakan, kasus kembar siam kebanyakan terjadi pada keluarga miskin. Keterbatasan ekonomi memaksa ibu hamil tidak atau kurang memeriksakan kondisi janin. Akibatnya, kondisi bayi kembar siam tidak dapat diketahui sejak awal untuk ditangani.
Di kalangan jurnalis kesehatan di Surabaya, Agus dikenal baik, ramah, dan sabar dalam memberikan informasi. Bagi para jurnalis, mendengarkan penjelasan Agus tentang kembar siam seolah kuliah yang menambah wawasan dengan menyenangkan.
Agus lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) pada 1978. Setelah itu, Agus menjalani masa pengabdian ke daerah. Yang dipilihnya adalah Sumba, Nusa Tenggara Timur, yang ketika itu masih rawan malaria dan terpencil. Di Sumba, Agus mengabdi selama dua tahun.
Selepas pengabdian itu, Agus bekerja sekaligus melanjutkan pendidikan dokter spesialis ilmu kesehatan anak di Unair dan lulus pada 1986. Satu dasawarsa kemudian, Agus mengikuti pendidikan konsultan neonatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia dan lulus.
Selain praktik di RSUD Dr Soetomo, Agus mengajar di Unair. Sejumlah mata kuliah yang diampunya ialah pemeriksaan fisik bayi baru lahir, BBLR/prematur dan masalahnya, asfiksia neonatorum, infeksi/sepsis neonatorum, kelainan bawaan pada neonatus, ASI (IMD & KMC), resusitasi neonatus, STABLE, nutrisi parenteral, tata laksana cairan dan elektrolit, penatalaksanaan hiperbilirubin dan MTBM. Agus juga aktif di organisasi profesi, yakni Ikatan Dokter Indonesia dan IDAI sejak 1978.
Unair telah mendokumentasikan sejumlah penghargaan yang diterima Agus, antara lain, Health Centre Doctor Award (1981), Adi Satya Utama Award (1997), Medical Award (1998), Tim Inovasi Pelayanan Kesehatan di RSUD Dr Soetomo (2005 dan 2015), Conjoined Twins Award (2005), Center Integrated Conjoined Twins Award (2010), PERSI Award (2011), Satyalancana Karya Satya XXX (2011), dan Satya Medica Airlangga Award (2013).
Menyasar warga
Situasi pandemi Covid-19 di Kota Surabaya belum mereda sehingga warga diimbau tetap mematuhi protokol kesehatan. Upaya lain dalam membendung penyebaran penularan virus korona, Pemerintah Kota Surabaya semakin gencar melakukan vaksinasi terhadap warga berusia 50 tahun ke atas. Program vaksinasi menyasar masayarat mulai usia 18-60 tahun digelar oleh Dinas Kesehatan Lantamal V mulai 31 Mei hingga 29 Juni 2021.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita, Sabtu (5/6/2021), upaya lain Pemkot Surabaya mempercepat vaksinasi tahap ketiga kepada warga termasuk menyasar kepada seluruh penghuni rumah susun (rusun) yang dikelola pemkot. ”Bagi yang memenuhi syarat sebagai penerima, tetapi menolak untuk divaksin, pemkot mengajurkan mereka mencari tempat hunian lain di luar rusun,” katanya.
Hal serupa juga diungkap Kepala Dinas Pengelolaan Bangunan dan Tanah (DPBT) Kota Surabaya Maria Theresia Ekawati Rahayu dengan menyebutkan, pemkot telah membuat pengumuman kepada warga penghuni di 18 rusun yang dikelola Pemkot Surabaya. Pengumuman itu berupa anjuran kepada para penghuni rusun agar mengikuti vaksin. Hal ini sebagai upaya dalam mencegah penyebaran Covid-19 di lingkungan rusun.
”Vaksinasi bagi para penghuni rusun akan dilaksanakan Dinas Kesehatan Surabaya pada Minggu 6 Juni 2021 mulai pukul 08.00 WIB di halaman masing-masing rusun,” katanya.
Vaksinasi kepada warga penghuni rusun menurut Febria termasuk tahap ketiga. Sasaran adalah 10.190 warga penghuni di 18 rusun yang dikelola Pemkot Surabaya. Vaksinasi tahap ketiga ini juga menyasar penyandang disabilitas dan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Untuk sasarannya sebanyak 5.394 penyandang disabilitas dan 3.671 ODGJ di Kota Surabaya yang umumnya ditampung di Liponsos Keputih.