Disebut Positif Covid-19, Calon Penumpang Marah di Bandara SMB II Palembang
Seorang calon penumpang di Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang mengamuk ketika divonis reaktif oleh petugas. Pihak bandara tengah menginvestigasi permasalahan ini.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Video calon penumpang mengamuk di Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang setelah dinyatakan reaktif Covid-19 viral di media sosial. Belakangan diketahui petugas pemeriksa sampel keliru memasukkan data.
Video itu berdurasi 3 menit 9 detik. Di sana terpampang seorang penumpang menumpahkan kemarahannya kepada petugas Farmalab. Farmalab menyediakan layanan tes cepat antigen di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang.
Calon penumpang itu tidak terima atas hasil reaktif yang dikeluarkan petugas. Dia pun menunjukkan hasil nonreaktif dari pemeriksaan tes cepat antigen yang ia lakukan sendiri.
Executive General Manager PT Angkasa Pura II Bandara SMB II Palembang Tommy Ariesdianto, Senin (31/5/2021), menjelaskan, peristiwa itu terjadi di Skybridge SMB II Palembang, Minggu (30/5/2021). Setelah dikonfirmasi, petugas Farmalab salah memasukkan hasil pemeriksaan.
Pada waktu bersamaan sistem jaringan di tempat itu juga tidak stabil. Atas kejadian ini, pihak Farmalab meminta maaf. Kedua belah pihak kini telah berdamai.
Akan tetapi, menurut Tommy, pihaknya akan tetap menindaklanjuti kejadian ini sesuai aturan yang berlaku. ”Kami juga telah menonaktifkan beberapa petugas Farmalab untuk dimintai keterangan untuk kepentingan investigasi,” ucap Tommy. Ke depan, lanjut Tommy, masyarakat diharapkan lebih teliti saat melakukan tes cepat antigen.
Tommy memahami kekalutan konsumen yang marah atas hasil tersebut. Namun, berdasarkan aturan yang berlaku, baik petugas maupun konsumen bisa menindaklanjuti pemeriksaan antigen ini ke pemeriksaan tes usap PCR. Dalam kasus ini, ujar Tommy, petugas tidak sempat mengingatkan hasil itu kepada konsumen karena calon penumpang itu sedang terburu-buru mengejar pesawat.
”Konsumen pun tidak sempat melihat lagi hasil tes antigen tersebut,” ucap Tommy.
Hasil reaktif pada calon penumpang tidak hanya terjadi kali ini. Pada April 2021 saja setidaknya ada 30 orang lebih yang hasilnya reaktif. ”Dalam satu hari ada 1-2 orang yang reaktif di Bandara SMB II,” ucapnya. Temuan itu kemudian ditindaklanjuti dengan tes usap PCR.
Dari kejadian ini, Tommy berharap, baik petugas maupun konsumen bisa mengikuti peraturan yang ada sehingga kesalahpahaman seperti ini tidak kembali terulang.
Epidemiolog dari Universitas Sriwijaya, Iche Andriyani Liberty, mengatakan, perbedaan hasil tes cepat antigen sangat mungkin terjadi. Hasil itu bergantung pada cara pengambilan sampel dan juga alat antigen yang digunakan. Oleh karena itu, perlu investigasi lebih lanjut, apakah petugas sudah terlatih dan alat yang digunakan sudah sesuai standar.
Pemeriksaan tes cepat antigen penting dilakukan sebagai penapisan guna mendeteksi kondisi orang yang diperiksa. Cara pengambilan dan skema pemeriksaan juga telah dituangkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK 01.07/Menkes/3602/2021 tentang Penggunaan Rapid Diagnostic Test Antigen dalam Pemeriksaan Covid-19.
Dalam aturan tersebut, penentuan alat tes antigen termasuk skema pemeriksaan. Setiap orang yang reaktif harus melanjutkan pemeriksaan ke tahapan tes usap PCR karena mereka sudah menjadi suspek. ”Konsumen tidak boleh melakukan tes sendiri,” ucap Iche yang juga merupakan anggota Tim Ahli Gugus Tugas Penanggulangan Covid-19 di Sumsel.
Petugas penyedia layanan juga harus memberikan arahan, bahkan merujuknya ke fasilitas kesehatan terdekat. ”Harus dipastikan apakah petugas di bandara sudah melakukan hal itu atau belum,” ucapnya.
Terkait video itu, Iche juga mengingatkan agar konsumen tidak gegabah menyalurkan kekesalannya. Kala itu, calon penumpang melakukan hal yang berbahaya dengan membanting bukti sampel kepada petugas.
Hal itu sangat berbahaya karena alat tes tersebut merupakan limbah medis yang bisa saja sudah mengandung virus. Iche berharap, semua pihak harus lebih masif lagi melakukan edukasi kepada masyarakat agar tidak ada satu pun pihak yang dirugikan.