GeNose C19 Mulai Diujicobakan di Bandara SMB II Palembang
Layanan GeNose disediakan di Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang sebagai alternatif bagi penumpang transportasi udara termasuk untuk angkutan Idul Fitri mendatang.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Pengelola Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang mulai melakukan uji coba penggunaan GeNose C19 untuk pemeriksaan Covid-19. Layanan ini disediakan sebagai alternatif bagi penumpang transportasi udara. Unit ini juga akan digunakan pada angkutan Idul Fitri mendatang.
Executive General Manager Angkasa Pura II cabang Bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang Tommy Arisdianto seusai memantau pelaksanaan uji coba Jumat (26/3/2021) menuturkan, ada enam unit GeNose C19 yang tersedia di bandara ini. Empat unit untuk mengisi empat bilik yang ada, sementara dua unit lainnya digunakan sebagai cadangan.
Alat ini disediakan sebagai layanan alternatif kepada calon penumpang untuk pendeteksian Covid-19. ”Alat ini tidak menghilangkan fungsi uji usap PCR dan rapid antigen,” katanya.
Sebagai tahap awal, per 26 Maret-31 April, pemeriksaan dengan GeNose diterapkan pada karyawan Bandara SMB II Palembang, Airnav Palembang, petugas maskapai, dan semua pihak bertugas di bandara. ”Dalam tiga hari ke depan, kami sediakan 100 pemeriksaan GeNose per hari secara gratis,” ujarnya. Sementara untuk masyarakat umum baru akan diberlakukan pada 1 April 2021.
Tommy menjelaskan, jika dalam pemeriksaan GeNose, C19, penumpang dinyatakan negatif Covid-19 maka bisa melanjutkan penerbangan. Namun jika positif, penumpang tersebut akan diarahkan untuk melanjutkan pemeriksaan ke layanan uji swab PCR atau tes rapid antigen. ”Namun, terkait regulasi resmi, kami masih menunggu keputusan dari pemerintah pusat,” ucapnya.
Dalam tiga hari ke depan, kami sediakan 100 pemeriksaan GeNose per hari secara gratis. (Tommy Arisdianto)
Tommy menerangkan, alat ini juga akan digunakan saat angkutan Idul Fitri di mana pada saat itu, jumlah penumpang di bandara diprediksi meningkat signifikan. ”Berkaca pada angkutan Tahun Baru lalu, kemungkinan pada saat Idul Fitri, rata-rata penumpang bisa mencapai 5.000 orang per hari,” ucapnya.
Guna mengantisipasi lonjakan atau antrean penumpang di bilik GeNose C19, pihaknya akan menambah jumlah personel yang bertugas untuk memastikan pelaksanaan pemeriksaan sudah sesuai protokol kesehatan. Di sisi lain, Tommy mengimbau, penumpang diharapkan sudah mendaftarkan diri secara daring.
Kepala Otoritas Bandara Wilayah VI Kementerian Perhubungan Agoes Subagio mengatakan, Bandara Internasional SMB II Palembang menjadi satu dari lima bandara di Indonesia yang ditunjuk untuk membuka layanan GeNose C19 di gelombang pertama.
Bandara lain yang menyediakan layanan ini adalah Bandara Internasional Juanda Surbaya, Bandara Internasional Yogyakarta, Bandara Internasional Husein Sastranegara, Bandung, dan Bandara Aji Pangeran Temenggung Pranoto, Samarinda.
Sementara untuk pelayanan serupa di bandara lainnya masih akan dilakukan hal serupa secara bertahap. Agoes menuturkan, hingga saat ini, pihaknya masih menunggu regulasi resmi mengenai penggunaan GeNose C19.
”Tadi malam sudah diadakan pertemuan mengenai pelaksanaan teknis pemeriksaan GeNose C19. Mudah-mudahan dalam waktu dekat sudah ada hasilnya. Kemungkinan akan dikeluarkan urat edaran sebagai peraturan turunannya,” jelas Agoes.
Keberadaan GeNose C19 ini diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi penumpang transportasi udara. Selain karena proses pemeriksaan yang cepat yakni hanya sekitar tiga menit, tarif pemeriksaan tergolong terjangkau yakni hanya Rp 40.000 untuk sekali pemeriksaan. Dalam satu jam, satu unit GeNose C19 ini bisa digunakan untuk 20 penumpang.
Layanan di perbatasan
Layanan GeNose C19 di Palembang tidak hanya diterapkan di Bandara Internasional SMB II Palembang, tetapi sudah diterapkan di jajaran Polda Sumsel terutama untuk pemeriksaan layanan kepolisian. Ada tiga unit GeNose C19 yang disediakan.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Selatan Lesty Nurainy menuturkan, berdasarkan kesepakatan dengan Kapolda Sumsel, pada angkutan mudik lebaran tahun 2021 ini, alat tersebut akan ditambah dan ditempatkan di sejumlah perbatasan baik di jalan tol maupun arteri. ”Setiap orang yang masuk ke Sumsel harus melalui skrining terlebih dahulu,” katanya.
Untuk merealisasikannya, ujar Lesty, pihanya akan melakukan koordinasi dengan instansi terkait sehingga pendeteksian dengan GeNose bisa segera diterapkan di seluruh kawasan yang dianggap rawan. Dengan alat ini diharapkan dapat meminimalisasi risiko penularan dari orang yang datang ke wilayah Sumatera Selatan.
Epidemiolog Universitas Sriwijaya Iche Andriyani Liberty menuturkan, menjelang Idul Fitri pemeriksaan pada pemudik harus diperketat. Tujuannya agar penularan Covid-19 bisa ditekan. Untuk diketahui, angka positivity rate di Sumsel masih 27 persen, lebih tinggi dari standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni 5 persen.
Jika dilihat di lapangan, transportasi udara memang paling ketat dalam melakukan pemeriksaan kepada penumpangnya dibanding transportasi laut maupun darat. ”Dengan timpangnya pemeriksaan dikhawatirkan penularan masih bisa terjadi,” ujarnya.
Karena itu, Iche menyarankan agar pemerintah lebih tegas dalam mengawasi pemudik terutama di perbatasan dan pintu masuk Sumsel. ”Tetapi memang yang lebih aman adalah tidak mudik karena pandemi masih terjadi,” ujar Iche.