Kasus di Kudus Terus Melonjak, Tenaga Kesehatan Ikut Terpapar
Terdapat penambahan lebih dari 400 kasus dalam empat hari terakhir di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Sejumlah tenaga kesehatan, baik dokter maupun perawat, juga terpapar.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Lonjakan kasus positif Covid-19 di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, masih terjadi. Terdapat penambahan lebih dari 400 kasus dalam empat hari terakhir.
Sejumlah tenaga kesehatan, baik dokter maupun perawat, juga terpapar. Rumah sakit di Kudus untuk sementara tak menerima pasien Covid-19 rujukan dari daerah-daerah di sekitarnya.
Kepala Dinas Kesehatan Jateng Yulianto Prabowo, saat memberi keterangan secara virtual, Jumat (28/5/2021), mengatakan, tingkat keterisian dua rumah sakit utama di Kudus, yakni RS Loekmono Hadi dan RS Mardi Rahayu, telah mencapai lebih dari 90 persen. Karena itu, daerah di sekitarnya, termasuk Kabupaten Pati, diarahkan ke RSUD KRMT Wongsonegoro, Kota Semarang.
”Karena BOR (tingkat keterisian) RS di atas 90 persen, harus relaksasi. Jadi, pasien rujukan di sekitarnya kami alihkan ke RSWN (RSUD KRMT Wongsonegoro) di Semarang. Di RS Loekmmono, jumlah tempat tidur juga dinaikkan hampir dua kali lipat. Begitu juga di RS Mardi Rahayu ditambah. Kebutuhan SDM, seperti perawat juga, disiapkan dengan pelatihan,” kata Yulianto.
Data Pemerintah Kabupaten Kudus yang dimutakhirkan Kamis (27/5/2021) menunjukkan ada 6.938 kasus positif Covid-10 dengan rincian 822 dirawat dan isolasi mandiri, 5.524 sembuh, dan 52 meninggal. Ada penambahan 407 kasus positif dalam empat hari terakhir.
Yulianto menambahkan, ada sejumlah tenaga kesehatan di Kudus yang positif Covid-19. Sedikitnya ada empat dokter, yakni dokter umum, dokter penyakit dalam, paru, dan THT. Ada juga enam perawat yang positif Covid-19 serta tenaga kesehatan lainnya.
Jadi, berkumpul tidak pakai masker, juga tidak ada jarak, serta mengabaikan protokol kesehatan yang lain.
Menurut Yulianto, ada beberapa penyebab terjadi lonjakan kasus di Kudus. ”Di antaranya ketaatan protokol kesehatan yang menurun dan kebanyakan kluster keluarga. Jadi, berkumpul tidak pakai masker, juga tidak ada jarak, serta mengabaikan protokol kesehatan yang lain,” ucapnya.
Sebelumnya, Kepala Kepolisian Daerah Jateng Inspektur Jenderal Ahmad Luthfi meminta kepala daerah dan jajaran serta Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Kudus memperketat pengawasan protokol kesehatan di masyarakat. Menurut dia, perlu ada ketegasan untuk mengubah budaya masyarakat.
”Optimalkan PPKM mikro sebagai basis deteksi dini, Babinsa/Babinkamtibmas juga harus turut melakukan pengawasan kepada warga yang melakukan isolasi mandiri agar tidak seenaknya keluyuran saat menjalani isolasi,” ujar Luthfi, Kamis, (27/5/2021), seperti dikutip dari situs Pemkab Kudus.
Akses diperketat
Seiring lonjakan kasus di Kudus, akses masuk ke kabupaten itu diperketat guna memutus rantai penyebaran Covid-19. Personel gabungan TNI Polri, Dinas Perhubungan, dan tenaga kesehatan disiagakan untuk pelaksanaan penapisan di depan Terminal Jati, Kudus. Tes cepat antigen dilakukan pada pengendara atau penumpang bus pariwisata, minibus, dan mobil pribadi dari arah luar kota.
”Bus, kalau tujuannya wisata ke Kudus, kami halau untuk putar balik mengingat lonjakan Covid-19 di Kudus sangat luar biasa. Maka dari itu, antisipasi di dalam penyebaran Covid tentunya harus kita lakukan secara konkret. Selama Covid di Kudus melonjak naik, tentunya penyekatan kita lakukan terus-menerus,” kata Bupati Kudus, Hartopo, Rabu, (26/5/2021).
Selain itu, Pemkab Kudus menutup sementara tempat wisata agar penanganan Covid-19 dapat berjalan efektif. Begitu juga pada aktivitas di restoran dibatasi, dengan meniadakan makan di tempat.
Menurut data pada corona.jatengprov.go.id yang dimutakhirkan, Kamis (27/5/2021) pukul 12.00, terdapat 199.991 kasus positif Covid-19 kumulatif di Jateng, dengan rincian 8.183 dirawat (kasus aktif), 179.105 sembuh, dan 12.703 meninggal. Kasus aktif melonjak karena pada dua pekan lalu atau 14 Mei 2021 hanya terdapat 6.149 kasus aktif.