Kluster Rusun Muncul, Surabaya Kembali Gencarkan Tes Usap
Lonjakan kasus diperkirakan terjadi pada Juni. Salah satu alasannya, Juni berada dua-tiga pekan dari masa Lebaran (13-14 Mei 2021).
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, kembali menggencarkan tes usap PCR massal. Pengetesan didorong kemunculan kluster penularan Covid-19, terutama di Rumah Susun Sederhana Sewa Penjaringan Sari.
”Saya telah meminta tim terpadu agar melaksanakan tes usap massal kepada penghuni 18 rusunawa yang dikelola oleh pemerintah,” kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, Kamis (27/5/2021).
Eri mengatakan, tes usap kembali digencarkan setelah 12 penghuni Blok D Rusunawa Penjaringan Sari positif Covid-19. Situasi pandemi Covid-19 di Surabaya belum mereda meski landai karena penambahan kasus harian di bawah 30 orang.
Menurut Eri, situasi yang landai membuka peluang terjadinya kelengahan dan keabaian dalam menjalankan protokol kesehatan. Kekhawatirannya adalah situasi landai tidak mencerminkan kondisi sebenarnya atau suatu saat kembali meledak dan menimbulkan kerepotan luar biasa. ”Untuk itu, perlu digencarkan lagi swab (tes usap) massal sehingga didapatkan kasus-kasus yang tersembunyi,” kata Eri.
Dinas Kesehatan Surabaya telah mengetes usap terhadap hampir 2.000 penghuni rusunawa. Jumlah itu baru setara 20 persen dari total sekitar 10.000 penghuni rusunawa se-Surabaya.
Di ibu kota Jatim ini terdapat 18 rusunawa, yakni Penjaringan Sari I-IV, Gunung Anyar, Pesapen, Keputih, Siwalan Kerto I-II, Jambangan I-II, Wonorejo, Romokalisari, Sombo, Tambak Wedi, Indrapura, Urip Sumoharjo, Bandarejo, Dukuh Menanggal, Grudo, Dupak Bangunrejo, Tanah Merah, dan Randu.
Saya telah meminta tim terpadu agar melaksanakan tes usap massal kepada penghuni 18 rusunawa yang dikelola oleh pemerintah.
Kepala Dinas Kesehatan Surabaya Febria Rachmanita mengatakan, tes usap massal juga akan dilaksanakan di permukiman yang memunculkan kasus-kasus Covid-19 dengan jumlah signifikan. Misalnya, di Kelurahan Gunung Anyar Tambak dilaporkan ada lima warga dari satu keluarga yang positif Covid-19. Keluarga ini telah diisolasi dan dalam masa perawatan di rumah sakit.
”Potensi lonjakan kasus patut diwaspadai pada bulan depan (Juni) sehingga coba kami petakan dengan tes massal,” ujar Febria yang akrab disapa Fenny itu.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat Irvan Widyanto mengatakan, lonjakan kasus diperkirakan pada Juni. Salah satu alasannya, Juni berada dua-tiga pekan dari masa Lebaran (13-14 Mei 2021). Dalam masa Ramadhan dan Lebaran, mobilitas masyarakat ternyata tetap tinggi meski ada pengetatan, bahkan larangan.
Mobilitas dapat memicu kerumunan atau kedekatan fisik orang-orang sehingga rawan penularan Covid-19. Adapun karakteristik virus korona jenis baru (SARS-CoV-2) atau mutasi B117 dan B1351 secara umum memiliki masa inkubasi penularan setidaknya dua pekan. Kemunculan kasus-kasus baru diprediksi terjadi dua-tiga pekan setelah Lebaran atau Juni.
Irvan mengatakan, dalam tes usap massal di rusunawa, Satuan Tugas Covid-19 meminta warga yang telah mengikuti tes untuk mencelupkan jari kelingking pada tinta. Hal ini mirip dengan pemungutan suara pemilihan umum. Warga rusunawa yang kelingkingnya berwarna diperkenankan beraktivitas keluar masuk rusunawa. Bagi yang belum, untuk sementara tidak diperkenankan beraktivitas ke luar.
”Kami meminta pengertian kepada warga agar tidak menolak swab. Jika positif, tentu akan ditangani dengan baik,” kata Irvan, Wakil Sekretaris Satgas Covid-19 Surabaya.
Epidemiolog Universitas Airlangga, Surabaya, Windhu Purnomo, mengingatkan, pengetesan berperan sangat penting dalam penanganan pandemi Covid-19. Sampai saat ini, metode sahih untuk menentukan seseorang terkena Covid-19 adalah dengan tes usap PCR yang sampelnya diperiksa di laboratorium.
Windhu mengatakan, dalam menangani pandemi, pengetesan dan pelacakan terhadap masyarakat yang terindikasi tertular sebaiknya disempurnakan. Dengan demikian, data yang didapat bisa diyakini mendekati kenyataan. Semakin banyak tes usap PCR diterapkan, kasus-kasus tersembunyi yang baru atau reinfeksi berpeluang diketahui.
”Jika memang nanti situasinya ternyata memburuk, misalnya kasus menjadi bertambah banyak, tentu kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah akan berbeda,” kata Windhu. Suatu daerah yang secara data berada dalam risiko rendah atau aman, tetapi tingkat pengetesannya minim belum tentu mencerminkan kondisi sebenarnya. Jika ternyata melonjak tiba-tiba, pemerintah setempat akan kerepotan dalam penanganan.
Mengutip laman resmi http://infocovid19.jatimprov.go.id/, sampai dengan Kamis ini, Covid-19 telah menjangkiti 153.814 orang. Mayoritas atau 140.826 orang berhasil sembuh. Namun, 11.310 orang meninggal. Penderita yang masih dirawat 1.678 orang. Tingkat kesembuhan 91,6 persen, sedangkan fatalitas 7,3 persen. Tingkat kematian masih jauh dari harapan ideal yang 3 persen.
Di Jatim tercatat ada 1,38 juta sampel tes usap PCR yang telah diambil di 38 kabupaten/kota. Namun, 740.000 sampel di antaranya atau lebih dari separuh berasal dari warga Surabaya. Tidak mengherankan akhirnya jumlah kasus di Surabaya sejak serangan pada Maret 2020 secara akumulatif tertinggi se-Jatim. Selain itu, sudah hampir enam bulan ini risiko penularan berada di zona oranye atau sedang.
Windhu menyarankan, bersamaan dengan program vaksinasi, aparatur bisa menggencarkan pengetesan. Warga yang akan menerima vaksin bisa dites terlebih dahulu untuk diketahui apakah terjangkit atau tidak.