Kluster desa muncul di Kabupaten Tegal, Jateng. Di kluster itu, 23 orang terpapar Covid-19, dua di antaranya meninggal.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
SLAWI, KOMPAS — Sebanyak 23 orang yang tinggal berdekatan di Desa Bangungalih, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, terpapar Covid-19. Sumber penularan di kluster yang menyebabkan dua orang meninggal itu belum diketahui.
Kluster Desa Bangungalih pertama kali terungkap setelah dua warga, N (19) dan S (44), meninggal pada Minggu (16/5/2021). Kedua perempuan itu meninggal setelah dirawat selama tiga hari di Rumah Sakit Mitra Siaga Tegal karena terpapar Covid-19.
Pemerintah desa dan petugas puskesmas setempat kemudian melakukan pelacakan serta pengetesan kepada puluhan orang yang berkontak dengan dua orang tersebut. Melalui pelacakan dan pengetesan, petugas mendapati 21 orang positif Covid-19.
Dari jumlah tersebut, 14 orang merupakan keluarga dan tetangga dekat N. Adapun tujuh orang lain merupakan keluarga dan tetangga dekat S. Namun, sumber penularan masih belum diketahui.
”N, yang merupakan mahasiswi, tidak ada riwayat perjalanan dari luar kota karena sudah setahun belakangan mengikuti pembelajaran daring. Kemudian, S yang merupakan petani juga tidak pergi ke mana-mana selain ke sawah,” kata Kepala Puskesmas Bangungalih Makmur saat ditemui, Kamis (27/5/2021).
Makmur menuturkan, 21 orang yang positif Covid-19 tersebut diminta menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing karena tidak mengeluhkan gejala. Selama diisolasi, mereka diawasi anggota Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Desa Bangungalih.
Sekretaris Desa Bangungalih Teguh Pujiono mengatakan, di wilayahnya tidak ada kegiatan yang berpotensi menimbulkan kerumunan sebelum muncul kluster desa. Pergerakan masuk-keluar warga, termasuk pergerakan pemudik, juga diklaim sudah dipantau Satgas Penanganan Covid-19 tingkat desa.
”Tidak ada hajatan, tidak ada piknik desa, ataupun halalbihalal. Shalat Tarawih yang biasanya ramai (orang) juga kami batasi. Satu masjid yang biasanya ada 30 orang kami batasi jadi 10 orang saja,” ujar Teguh.
Teguh menambahkan, pihaknya berencana memberlakukan lockdown atau penutupan tingkat desa untuk melokalisasi penyebaran Covid-19. Kendati demikian, rencana itu ditolak warga dengan alasan takut mengganggu perekonomian warga.
Setelah berdiskusi, warga dan Pemerintah Desa Bangungalih sepakat, tidak boleh ada kegiatan yang berpotensi menimbulkan kerumunan, seperti hajatan, pengajian, dan turnamen olahraga hingga 6 Juni 2021. Warga juga diwajibkan menerapkan protokol kesehatan yang ketat saat beraktivitas, terutama di luar rumah.
Penyemprotan kami lakukan paling tidak setiap dua hari sekali.
”Sejak muncul kluster penularan di desa, kami juga kembali menggencarkan penyemprotan disinfektan ke rumah-rumah warga. Penyemprotan kami lakukan paling tidak setiap dua hari sekali,” tutur Teguh.
Kluster aktif
Secara terpisah, juru bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Tegal, Sarmanah Adi Muraeny, mengatakan, ada enam kluster aktif di wilayahnya. Enam kluster itu terdiri dari kluster keluarga, kluster rumah tangga, kluster menengok orang sakit, kluster hajatan, kluster pemudik, dan kluster minimarket.
”Kluster-kluster itu tersebar di 20 desa berbeda. Jumlah orang yang terpapar di setiap kluster juga beragam, mulai dari tiga orang sampai 41 orang. Rata-rata kami minta isolasi mandiri karena merupakan orang tanpa gejala,” ucap Sarmanah.
Hingga Kamis malam, jumlah kasus Covid-19 di Kabupaten Tegal sebanyak 6.587 orang. Dari jumlah tersebut, 467 merupakan kasus aktif, yang terdiri dari 385 orang isolasi mandiri dan 82 orang dirawat di rumah sakit.