Hadi Rudyatmo: Konflik Internal Partai Jangan Diumbar ke Publik
Kader senior PDI-P, FX Hadi Rudyatmo, menilai tidak diundangnya Ganjar Pranowo pada pertemuan partai di Kota Semarang seyogianya diselesaikan dalam mekanisme partai. Persoalan internal jangan diumbar ke publik.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Ketua Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo turut berkomentar atas peristiwa tidak diundangnya Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dalam pertemuan partai di Kota Semarang, Sabtu (22/5/2021). Menurut dia, persoalan internal partai hendaknya tak diumbar ke ruang publik. Masalah pencalonan presiden juga lebih baik diserahkan penuh kepada ketua umum.
”Saya kaget juga. Bagaimanapun Ganjar (Pranowo) kader partai juga. Kalau ada salah, seharusnya dipanggil dan diselesaikan dalam ruangan supaya tidak terjadi lagi,” kata Rudyatmo saat ditemui di rumahnya di Kecamatan Jebres, Kota Surakarta, Senin (24/5/2021).
Rudyatmo menyampaikan, persoalan yang dihadapi sejumlah pihak dalam partai sebaiknya diselesaikan lewat jalur musyawarah. Mekanisme tersebut sejalan dengan ideologi partai. Perdebatan berlarut-larut di ruang publik perlu dihindari.
Sebelumnya diberitakan, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengaku tak diundang dalam acara yang digelar PDI-P di Kota Semarang, Sabtu lalu. Acara itu merupakan pembukaan Pameran Foto Esai Marhaen dan Foto Bangunan Cagar Budaya. Lokasinya berada di Panti Marhaen.
Turut hadir dalam acara tersebut sejumlah kepala daerah di Jawa Tengah, seperti Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi dan Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka. Malam harinya digelar Malam Penghargaan Karya Pemuda Indonesia Berkepribadian dalam Kebudayaan serta pergelaran wayang kulit.
Daftar susunan acara tersebut beredar di media sosial. Salah satu acaranya berupa arahan dari Puan Maharani kepada seluruh kader PDI-P Jawa Tengah, mulai dari DPR RI Jateng, DPD RI Jateng, DPRD Provinsi Jateng, serta kepala daerah dan wakil kepala daerah kader se-Jateng. Namun, dalam susunan acara tertulis pula kata-kata: ”kecuali gubernur”.
Ketua DPP PDI-P Bidang Pemenangan Pemilu sekaligus Ketua DPD PDI-P Jateng Bambang Wuryanto menyatakan, tidak diundangnya Ganjar karena dianggap sudah kelewatan. Ganjar dinilai sok pintar. Ganjar juga dianggap berambisi dengan jabatan presiden. Sikap tersebut dirasa tak baik bagi keharmonisan partai mengingat belum ada instruksi dari Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri (Kompas, 23/5/2021).
Terkait pendapat tersebut, Rudyatmo berkomentar, berambisi sebesar apa pun, jika nanti Megawati tidak memberikan rekomendasi, siapa pun tidak akan bisa maju sebagai calon presiden melalui PDI-P. Begitu pula jika ada survei elektabilitas yang menunjukkan salah seorang sosok unggul. Ia tak ingin perdebatan ini dikeluarkan oknum tak bertanggung jawab yang ingin mengganggu soliditas partai.
”Saya tidak menentang siapa pun. Kesatuan dan persatuan di tubuh partai jangan sampai dipecah-pecah oleh kepentingan oknum yang tak ingin PDI-P besar,” kata Rudyatmo.
Rudyatmo menambahkan, pihaknya bersikap tegak lurus terhadap instruksi Megawati. Semua keputusan mengenai pencalonan ada di tangan ketua umum. Ia mempunyai komitmen kuat terhadap hal tersebut.
Dihubungi secara terpisah, Agus Riewanto, pengamat politik dari Universitas Sebelas Maret Surakarta, menyampaikan, konflik yang terjadi di tubuh PDI-P tersebut hendaknya dikelola lewat mekanisme internal kepartaian. Dikhawatirkan, munculnya konflik seperti itu mengganggu soliditas partai. Pihak-pihak yang mengeluarkan pernyataan kontroversial seolah berupaya mengusik kesatuan partai tersebut.
”Tidak nyaman juga parpol penguasa seperti PDI-P, yang sudah berkuasa dua periode, koalisinya juga sudah kuat, tetapi kok kesannya hendak menghabisi kadernya sendiri dengan fatsun yang tidak baik,” kata Agus.
Agus menduga, ada kekhawatiran dari Puan mengenai potensi Ganjar mencalonkan diri sebagai presiden. Lebih-lebih, nama Ganjar unggul dalam sejumlah survei yang dilakukan lembaga riset. Padahal, Puan juga digadang-gadang sebagai sosok kuat yang bakal dicalonkan menjadi presiden dari partainya. Setidaknya ada dua modal yang menonjol, yakni posisi Puan sebagai Ketua DPR dan dari trah Soekarno.
Namun, Agus mengingatkan, nama-nama potensial yang mencalonkan diri sebagai presiden belum tentu menjadi pemenang kontestasi politik kelak. Masih ada banyak faktor yang dapat memengaruhi keterpilihan seseorang.
”Soal jadi (presiden) atau tidak, itu masih bisa diperdebatkan. Ini bicara calon dulu. Belum tentu yang sekarang kelihatan (sebagai calon kuat) itu juga akan menang,” kata Agus.