Tenaga, Alat, dan Asa Tingkatkan Produksi Pangan di Malang
Menyusutnya tenaga kerja dan lainnya menjadi salah satu masalah yang dihadapi dunia pertanian di Malang. Hadirnya peralatan modern bantuan pemerintah pun diharapkan bisa memicu peningkatan produksi.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·6 menit baca
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Hamparan padi menguning di kawasan persawahan di Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Selasa (18/5/2021).
Hari menjelang siang, Rabu (19/5/2021), ketika Kusmanadi (63) menyusuri pematang sawah sambil memanggul alat semprot di punggung. Petani di Dusun Sonotengah, Desa Kebonagung, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang, Jawa Timur, itu baru saja menyemprot gulma yang tumbuh di sela-sela tanaman padi miliknya yang baru berumur beberapa pekan.
Meski berusia lanjut, Kusmanandi masih mampu merawat padi seorang diri. Orang lain hanya dilibatkan pada tahap-tahap tertentu, seperti saat mengolah lahan, tanam, hingga panen. Saat itu, semakin banyak orang yang terlibat membuat pekerjaan semakin cepat selesai. ”Kalau seperti ini cukup dikerjakan sendiri,” ujarnya.
Meski tidak menemui kesulitan karena sudah puluhan tahun menjadi petani, Kusmanadi—yang memiliki lahan seluas sekitar 5.000 meter persegi—menilai, mencari tenaga atau buruh tani guna membantu menggarap sawah saat ini tidak segampang dulu. Dulu, ketika butuh orang atau buruh tani, mereka selalu siap setiap saat.
Alat ini tidak menggusur tenaga manusia, tetapi bagaimana bisa berkolaborasi sehingga proses produksi bisa dilakukan lebih cepat dan efektif. (Syahrul Yasin Limpo)
Sebaliknya, kini, tidak sedikit petani yang harus ”mengantre” untuk bisa memanfaatkan jasa mereka karena mereka masih sibuk mengerjakan sawah milik petani di tempat lain. ”Apalagi anak muda, sekarang banyak yang bekerja di kota atau memilih sebagai kuli bangunan. Jarang ada yang mau jadi petani,” tuturnya.
Pilihan anak muda ini memang bisa dimaklumi. Dengan bekerja di kota, mereka bisa mendapatkan penghasilan lebih besar ketimbang terjun ke sawah. Di Malang upah bekerja di sawah rata-rata Rp 40.000 per hari, sedangkan di sektor bangunan seorang asisten (bukan tukang) bisa meraup Rp 75.000 per hari dan Rp 100.000-Rp 125.000 per hari untuk tukang.
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyerahkan bantuan alat pertanian kepada petani di Desa Kanigoro, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Selasa (18/5/2021).
Pendapat senada dilontarkan Mustofa (55), petani di Desa Sumbersuko, Kecamatan Tajinan. Untuk bisa mendapatkan buruh tani, Mustofa mesti mencari ke desa lain. Di desanya sudah jarang. Petani yang telah memiliki kenalan di tempat lain lebih mudah mendapatkan tenaga kerja dibandingkan dengan petani yang kurang gaul.
Mustofa memiliki satu hektar lahan. Lahan itu biasanya ditanami padi, palawija, hingga tebu. Dan kelangkaan tenaga kerja itu punya beberapa dampak, salah satunya waktu memulai pengolahan lahan, tanam, dan panen berpotensi mundur dari yang diharapkan. ”Terkadang jika ada serangan hama, pengendaliannya juga lebih susah karena menunggu tenaga yang akan membantu membasmi lama,” ucapnya.
Menyusutnya tenaga kerja menjadi salah satu masalah yang dihadapi dunia pertanian di Malang, selain luasan lahan yang berkurang, pengaruh hama dan cuaca, hingga ketersediaan sarana dan prasarana pertanian.
Mengacu pada data Hasil Survei Pertanian Antarsensus 2018 Badan Pusat Statistik, jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Malang sebanyak 341.395. Angka ini turun sekitar 10 persen dibandingkan dengan 15 tahun lalu. Dari penelusuran Kompas tahun 2003, jumlah rumah tangga pertanian di wilayah ini sebanyak 386.890.
Masalah berkurangnya tenaga di sektor pertanian juga tidak hanya dialami oleh Malang, tetapi juga dialami daerah lainnya di Jawa Timur, bahkan Indonesia. Oleh karena itu, munculnya kebijakan yang berpihak kepada petani menjadi angin segar sekaligus diharapkan mampu memacu peningkatan produksi.
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Miniatur pengering gabah (vertical dryer) dengan kapasitas 10 ton ini merupakan salah satu bantuan yang diberikan oleh pemerintah kepada petani di Kabupaten Malang. Penyerahan bantuan dilakukan langsung oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo di Desa Kanigoro, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Selasa (18/5/2021).
Selasa (18/5/2021) sore, misalnya, petani di Malang menerima bantuan alat pertanian dari pemerintah pusat. Tidak tanggung-tanggung, nilainya Rp 40 miliar. Bantuan diserahkan langsung oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo kepada perwakilan petani di lahan persawahan Desa Kanigoro, Kecamatan Pagelaran.
Syahrul beberapa kali menegaskan bahwa bantuan peralatan modern itu merupakan realisasi dari apa yang disampaikan Presiden Joko Widodo. Setelah berdialog dengan petani—saat kunjungan kerja ke Kabupaten Malang, akhir April lalu yang juga dilakukan di kawasan ini—Presiden menyanggupi akan memberikan bantuan alat pertanian sesuai harapan petani setempat.
Wujud bantuan, mulai dari peralatan yang sudah biasa dipakai, seperti traktor tangan, mesin perontok padi (power thresher), dan kendaraan bak terbuka, hingga peralatan yang masih asing di kalangan petani, seperti mesin panen (combine harvester) dan pengering gabah (vertical dryer) dengan kapasitas 10 ton.
Syahrul pun berpesan agar peralatan itu bisa dimanfaatkan optimal, dirawat, dan kalau bisa berkembang menjadi semakin banyak. Dengan demikian, pada akhirnya produksi pangan bisa ditingkatkan. Pasalnya, desa yang bagus adalah desa yang pertaniannya lebih bagus.
Syahrul pun mengingatkan bahwa alat-alat itu tidak bermaksud mengabaikan manusia. Tenaga manusia tetap dibutuhkan. ”Alat ini tidak menggusur tenaga manusia, tetapi bagaimana bisa berkolaborasi sehingga proses produksi bisa dilakukan lebih cepat dan efektif,” ucapnya.
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Deretan alat pertanian bantuan pemerintah kepada petani di Kabupaten Malang. Penyerahan bantuan dilakukan langsung oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo di Desa Kanigoro, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Selasa (18/5/2021).
Dia mencontohkan, mesin perontok padi mampu menekan angka kehilangan hasil (losses) tinggal 3-5 persen. Angka ini jauh lebih kecil dari metode perontokan konvensional yang berkisar 9-11 persen. Tentu ujung-ujungnya akan berdampak pada penghasilan yang diperoleh petani. Semakin kecil nilai kehilangan, pendapatan semakin besar.
Malang merupakan salah satu daerah penyangga pangan di Jawa Timur, tidak hanya dari sisi pangan, tetapi juga pertanian hortikultura, buah-buahan, hingga produk peternakan. Dari sisi tanaman pangan, kabupaten terluas kedua di Jawa Timur itu mampu surplus beras hingga 85.000ton beras setahun.
Dengan luas lahan persawahan 45.851 hektar (ha), seluas 28.393 ha (61,10 persen) mendapat dukungan irigasi teknis dan 11.593 hektar (24,94 persen) semiteknis, Kabupaten Malang mampu menghasilkan 481.001 ton gabah kering giling (GKG) di tahun 2020.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 450.601 ton dihasikan oleh lahan persawahan (63.346 ha) dengan produktivitas rata-rata 7,1 ton per ha, dan 29.400 ton dari ladang (44.87 ha) dengan produktivitas 6,5 ton per ha. Produksi ini sedikit di bawah tahun 2019 yang sebesar 498.586 ton.
Meski harga gabah akhir-akhir ini cukup rendah, kabar baiknya, harga di Malang selalu lebih tinggi dibandingkan daerah lain di Jawa Timur, terutama jika dibandingkan dengan subdaerah Mataraman. Pengurus Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Malang Ali Masjudi menyebut angka rendemen menjadi penyebab disparitas harga. Rendemen gabah di malang lebih baik dari daerah lain.
Di luar pangan, Malang juga penghasil komoditas lain. Sebut saja bawang merah, pada tahun 2020 produksinya 50.761 ton dan 77.932 ton cabai rawit. Ada juga 156.563 ton jeruk, 182.129 ton apel, 992.254 ton pisang. Daerah-daerah, seperti Kecamatan Ngantang, Pujon, dan Poncokusumo, menjadi andalan komoditas tersebut.
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Samidi (55), petani penggarap di Desa Ngebruk, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Jumat (14/9/2018), tengah mengolah lahan sebelum ditanami padi varietas Ciherang. Air irigasi yang lancar membuat petani di wilayah ini bisa tanam padi meski di tengah musim kemarau. Mereka mampu tanam padi tiga kali setahun dengan produktivitas 12 ton per hektar.
Di kelilingi Semeru-Bromo di sisi timur, Kelud dan Kawi di sisi barat, dan Arjuno di sisi utara, Malang menjadi salah satu daerah penghasil kopi di Jawa Timur. Setiap tahun tidak kurang dari 12.849 ton kopi, baik robusta maupun arabika, dipetik dari lerengnya. Terkait komoditas perkebunan, Malang juga menjadi penyumpang gula di Jawa Timur.
Oleh karena itu, Bupati Malang M Sanusi menyambut baik hadirnya bantuan itu dan berharap petani bisa menggunakannya untuk peningkatan produksi. ”Peningkatan produktivitas pangan dan nilai tambah harus ditunjang teknologi pertanian modern,” katanya.
Tak berlebihan kiranya jika munculnya peralatan modern di persawahan di Malang dimaknai sebagai peluang sekaligus tantangan untuk terus meningkatkan produksi pertanian. Meski di sisi lain, munculnya faktor pengganggu, seperti cuaca dan lainnya, juga tidak boleh diabaikan.