Satuan Tugas Covid-19 Surabaya Akan Keliling Gunakan GeNose
Satuan Tugas Covid-19 Surabaya akan memaksimalkan bantuan GeNose C19 untuk pengetesan dan pelacakan kasus-kasus Covid-19. Pemaksimalan diharapkan membantu dalam penanganan pandemi Covid-19.
Oleh
AMBROSIUS HARTO/AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, menerima bantuan GeNose C19 dari PT Yekape, Jumat (21/5/2021). Alat pendeteksi virus korona penyebab Covid-19 ini akan dipakai secara berkeliling di ruang publik untuk pemeriksaan acak terhadap masyarakat.
Menurut Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, pemeriksaan acak di ruang publik diharapkan dapat menemukan kasus-kasus Covid-19 yang selama ini tersembunyi. Meski situasi pandemi Covid-19 sedang melandai, tetapi tetap perlu diwaspadai potensi lonjakan dipicu mobilitas masyarakat dalam masa puasa dan Lebaran.
”Kami berharap dapat memaksimalkan alat ini untuk pengetesan dan pelacakan kasus-kasus Covid-19,” kata Eri saat menerima bantuan GeNose dari Yekape di Balai Kota Surabaya. Pengetesan dan pelacakan penting dalam penanganan wabah. Semakin banyak pengetesan dan pelacakan akan memunculkan kasus-kasus yang tersembunyi sehingga kondisi wabah di Surabaya diharapkan mendekati kenyataan sebenarnya.
Sejak 17 Maret 2020 sampai saat ini, di Surabaya, Covid-19 telah menjangkiti 23.861 orang. Mayoritas atau 22.388 orang dinyatakan sembuh. Covid-19 mengakibatkan kematian 1.369 orang. Yang masih dirawat 104 orang. Kasus Covid-19 untuk situasi Jumat ini bertambah 17 dari kemarin atau Kamis.
Penambahan kurang dari 20, secara statistik, mencerminkan situasi wabah melandai, tetapi bukan mereda apalagi tertangani. Surabaya masih berada dalam status risiko penularan sedang atau zona oranye selama setidaknya tujuh bulan. Sebelumnya, peningkatan kasus harian yang bisa tembus 100 orang membuat Surabaya berstatus zona merah atau risiko tinggi.
”Kami akan memanfaatkan GeNose ini untuk mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19 dengan menggencarkan pengetesan dan pelacakan,” kata Eri. GeNose mendeteksi volatile organic compound (VOC) melalui embusan napas seseorang ke kantong. Hasilnya, dalam beberapa menit dapat diketahui seseorang terindikasi terjangkit SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 atau tidak.
Meskipun demikian, sampat saat ini, metode tersahih untuk menentukan seseorang kena Covid-19 atau negatif dengan tes usap PCR (polymerase chain reaction). Tes usap PCR untuk pemeriksaan molekuler di laboratorium akan memastikan keberadaan material genetik dari sel, bakteri, dan virus.
Eri mengatakan, GeNose buatan para ahli dari Universitas Gadjah Mada ini belum bisa segera dimanfaatkan untuk pemeriksaan acak. Satgas Covid-19 menunggu kedatangan instruktur atau tenaga ahli dari UGM untuk mengajari anggota dalam mengoperasikan GeNose. Jangan sampai pengoperasian keliru yang dapat mengacaukan validitas seseorang terkena Covid-19 atau tidak.
”Setelah pelatihan, petugas dapat membawa keliling untuk pemeriksaan acak, misalnya ke mal, taman, pasar,” kata Eri.
Direktur Yekape Hermien Roosita mengatakan, menyerahkan bantuan satu mesin GeNose, 1500 HME filter, dan 20.000 kantong untuk embusan napas. Semoga bantuan itu dapat membantu peningkatan kinerja satgas dalam pengetesan dan pelacakan yang lebih masif.
Sejak serangan pandemi sampai sekarang, Surabaya tetap menjadi yang terkemuka dalam pengetesan dan pelacakan kasus-kasus Covid-19. Salah satu indikatornya, jumlah sampel tes usap PCR yang mencapai 728.075 spesimen setara dengan 53,2 persen dari 1.368.135 sampel se-Jatim.
Satgas di Surabaya paling rajin melaksanakan tes usap PCR dan pelacakan terhadap warganya. Situasi ini, menurut epidemiolog Universitas Airlangga, Surabaya, Windhu Purnomo bisa menjadi gambaran bahwa situasi pandemi di Surabaya lebih mendekati kenyataan.
Acara itu kejutan yang disiapkan oleh perangkat daerah. Gubernur tidak mengetahuinya dan hanya datang sebentar untuk menyampaikan terima kasih. (Heru Tjahjono)
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyindir provinsi atau kabupaten/kota yang mementingkan status zona hijau atau zona kuning. Namun, caranya kurang terpuji yakni ”malas” dalam pengetesan dan pelacakan. Dengan demikian, penambahan kasus Covid-19 akan terus rendah dan bisa menjadi alasan untuk menerapkan berbagai kebijakan. Di sisi lain, situasi yang semu sebenarnya berbahaya bagi masyarakat di suatu daerah karena bisa berpotensi meledak dan merepotkan.
Kejutan ulang tahun
Terkait pesta kejutan ulang tahun untuk Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa dan Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak di Gedung Negara Grahadi, di halaman rumah dinas gubernur pada Selasa (18/5/2021) malam, terindikasi pelanggaran protokol kesehatan. Acara yang berlangsung dari pukul 21.00 hingga larut malam itu juga dihadiri beberapa kepala daerah dan tokoh masyarakat di Jatim.
Namun, Pelaksana Harian Sekretaris Daerah Jatim Heru Tjahjono menyanggah indikasi itu dengan menyatakan, Gubernur dan Wagub tidak mengetahui acara tersebut. Acara yang menghadirkan penyanyi kondang Katon Bagaskara itu diklaim hanya dihadiri maksimal 50 orang dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat.
”Acara itu kejutan yang disiapkan oleh perangkat daerah. Gubernur tidak mengetahuinya dan hanya datang sebentar untuk menyampaikan terima kasih,” kata Heru, Jumat siang.
Khofifah berulang tahun pada 19 Mei, sedangkan Emil pada 20 Mei. Keduanya dianggap sangat perhatian terhadap aparatur provinsi sehingga dibalas dengan kejutan ulang tahun.
Guru besar sosiologi Unair, Bagong Suyanto, berpendapat bahwa jika kejutan ulang tahun itu terindikasi pelanggaran protokol tampaknya bukan kesengajaan. Khofifah adalah penyintas Covid-19. Jika ada aparaturnya yang kemudian abai dengan mengadakan acara sepertinya lebih pada kekhilafan.
”Sangat manusiawi jika seseorang sulit secara konsisten, 24 jam, disiplin protokol kesehatan. Yang penting, jangan habiskan energi untuk berpolemik karena acara itu,” katanya.
Bagong menyarankan pejabat dan aparatur jika memang keliru sebaiknya mengakui, minta maaf, dan memperbaiki diri. Masyarakat jangan menjadikan ketidakpatuhan aparatur untuk kemudian membenarkan diri melanggar protokol.