Institut Teknologi Bandung (ITB) bersiap menggelar kuliah tatap muka pada semester depan. Mahasiswa diwajibkan karantina selama dua pekan untuk mencegah penularan Covid-19.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Institut Teknologi Bandung bersiap menggelar kuliah tatap muka pada semester pertama tahun akademik 2021/2022 atau berkisar Juli-Agustus 2021. Untuk mencegah penularan Covid-19, mahasiswa diwajibkan karantina selama dua minggu.
Direktur Pendidikan Institut Teknologi Bandung (ITB) Arief Hariyanto menyebutkan, persiapan kuliah tatap muka itu melibatkan seluruh sivitas akademika untuk membangun kesadaran penerapan protokol kesehatan (prokes). Perwakilan setiap himpunan program studi mahasiswa diikutsertakan dalam rapat persiapan pembelajaran luar jaringan.
Kegiatan akademik luring difokuskan pada aktivitas yang membutuhkan pembelajaran langsung, seperti praktikum, workshop, studio, kuliah lapangan, dan tugas besar. ”Protokol karantina mandiri 14 hari atau tes Covid-19 akan menjadi syarat keikutsertaan mahasiswa,” ujarnya, di Bandung, Jawa Barat, Rabu (19/5/2021).
Arief menyebutkan, kuliah tatap muka akan dilakukan dengan penuh kehati-hatian. Oleh sebab itu, prokes yang ketat akan diterapkan secara konsisten. ”Seluruh fasilitas ITB akan digunakan, termasuk penyediaan asrama, dan tetap dengan prokes yang ketat,” ucapnya.
Pada April lalu, ITB telah menjalankan kegiatan akademik secara terbatas sebagai uji coba dalam penelitian pascasarjana, penelitian tugas akhir, kuliah lapangan di kampus Jatinagor, Kabupaten Sumedang. Perkuliahan digelar secara hybrid atau bauran yang mengombinasikan kuliah tatap muka dan daring.
ITB juga membentuk tim satuan tugas (satgas) Covid-19 di setiap fakultas untuk mengawasi prokes dalam kuliah tatap muka. Selain itu, berkoordinasi dengan pemerintah daerah dalam mengendalikan pandemi.
Kuliah tatap muka akan dilakukan dengan penuh kehati-hatian. Oleh sebab itu, prokes yang ketat akan diterapkan secara konsisten.
”Penjadwalan akan diatur agar tidak terjadi penumpukan jumlah mahasiswa dalam satu waktu. Seluruh fakultas akan terlibat dalam pengaturan jadwal,” jelasnya.
ITB memiliki 7 fakultas dan 5 sekolah dengan 130 program studi. Pendidikan tinggi teknik pertama di Indonesia itu mempunyai lebih kurang 23.000 mahasiswa dan 1.400 dosen.
Pengamat kebijakan pendidikan sekaligus Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia Prof Cecep Darmawan mengatakan, penerapan kuliah tatap muka mesti dipersiapkan dengan matang. Salah satunya memastikan lokasi kampus berada pada zona hijau atau risiko rendah penularan Covid-19.
”Pastikan dosen, tenaga pengajar, dan pegawai sudah divaksin. Bahkan, sebelum masuk (kuliah tatap muka) perlu dites swab untuk memastikan keamanan tidak terpapar Covid-19,” jelasnya.
Syarat tes Covid-19 bagi mahasiswa yang akan mengikuti kuliah tatap muka dinilai belum cukup. Diperlukan jaminan penerapan prokes dengan ketat di tempat tinggal mahasiswa, seperti rumah, asrama, kontrakan, dan indekos.
”Dikhawatirkan kebijakan (prokes) di kampus ketat, tetapi di kos lengah sehingga berpotensi menjadi kluster (penularan Covid-19). Ini perlu menjadi perhatian serius,” ucapnya.
Oleh sebab itu, potensi kerawanaan tersebut perlu segera diantisipasi. Ia menyarankan perguruan tinggi segera bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk memastikan penerapan protokol kesehatan di kawasan asrama dan indekos mahasiswa.
”Apalagi banyak mahasiswa berasal dari luar daerah. Jadi, harus didata dari sekarang. Dengan begitu, dapat diawasi mereka melakukan karantina dan disiplin menjalankan prokes,” ujarnya.
Cecep menambahkan, kuliah tatap muka tidak perlu dipaksakan jika fasilitas kampus tidak mendukung. Sebab, di tengah ancaman pandemi Covid-19 yang belum mereda, keselamatan sivitas akademika harus dikedepankan.