AstraZeneca Dihentikan Sementara, Vaksinasi Covid-19 di Sulut Melambat
Penghentian sementara vaksin AstraZeneca dari kumpulan produksi CTMAV547.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·3 menit baca
MANADO, KOMPAS — Vaksinasi Covid-19 di Sulawesi Utara bakal melambat akibat penghentian sementara penggunaan vaksin AstraZeneca dari kumpulan produksi CTMAV547. Hingga kini, belum ada kasus fatalitas di Sulut terkait penggunaan kelompok vaksin tersebut.
Dihubungi dari Manado, Selasa (18/5/2021), juru bicara Satuan Tugas Covid-19 Sulut, dr Steaven Dandel, mengatakan, Sulut mendapat alokasi 163.000 dosis vaksin AstraZeneca kumpulan produksi CTMAV547. Kini, masih tersisa kurang lebih 133.000 dosis yang disimpan di gudang vaksin Dinas Kesehatan Sulut.
Kumpulan vaksin itu tidak akan digunakan untuk sementara sampai pengujian toksisitas dan sterilitas oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) selesai menyusul adanya dua kematian di Jakarta yang diduga terkait vaksin tersebut. ”Kami masih menunggu petunjuk selanjutnya dari Kementerian Kesehatan,” kata Steaven.
Hingga Senin (17/5/2021) malam, sebanyak 50.670 pelayan publik serta warga lanjut usia di Manado dan Bitung telah menerima suntikan pertama AstraZeneca. Sekitar setengahnya dari kumpulan produksi yang kini sedang diuji kembali.
Vaksinasi dengan AstraZeneca pun akan tetap berlanjut, tetapi menggunakan kumpulan produksi lain, CTMAV516, yang sekarang tersisa 3.000 dosis. Penyuntikan dosis kedua AstraZeneca seharusnya dimulai pekan ini sejak digunakan di Sulut pada Maret 2021. Saat itu, rentang waktu pemberian dosis pertama dan kedua hanya dua bulan.
”Otomatis akan terjadi perlambatan karena kita menyesuaikan dengan ketersediaan dosis. Sampai sekarang belum ada kedatangan batch (kelompok produksi) AstraZeneca yang baru,” kata Steaven.
Selain itu, vaksinasi dengan vaksin Sinovac juga terus berlanjut. Masih ada 20.000-30.000 dosis belum terpakai. ”Itu akan kami gunakan untuk suntikan pertama dan kedua,” ujar Steaven.
Penggunaan AstraZeneca dihentikan akhir Maret 2021 akibat munculnya beberapa kasus kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI). Enam orang dirawat di rumah sakit karena demam tinggi, nyeri, sakit kepala, hingga menggigil pada tengah malam.
Namun, setelah itu tidak ada laporan serupa lagi. Sebagai antisipasi, Satgas Covid-19 memberikan obat pereda demam seperti parasetamol kepada penerima di meja observasi. Hingga kini, tidak ada laporan kematian yang diduga terkait vaksin yang diperoleh Indonesia dari skema internasional Covax Facility itu.
Karena itu, Steaven menyatakan masyarakat tidak perlu takut mengikuti program vaksinasi, baik dengan Sinovac maupun AstraZeneca. ”Kematian yang dilaporkan di Jakarta masih belum bisa disimpulkan disebabkan oleh AstraZeneca, masih sementara penelitian,” ujarnya.
Sebelumnya, Gubernur Sulut Olly Dondokambey menyatakan AstraZeneca aman dan halal di tengah isu penggunaan enzim tripsin dari babi dalam proses produksinya. Namun, masyarakat dibebaskan menunggu vaksin merek lain.
Di lain pihak, beberapa penerima dosis pertama AstraZeneca tidak takut menerima dosis kedua. Marlina Manurung (27), seorang guru di Manado, dijadwalkan tempat kerjanya untuk menerima vaksin pada Selasa (25/5/2021), sehari sebelum libur Hari Raya Waisak. ”Jadi, ada waktu istirahat (seandainya mengalami KIPI),” ujarnya.
Setelah menerima dosis pertama, Marlina menilai efek samping yang ia rasakan tidak parah. Ia hanya merasa tidak enak badan dan sakit kepala, tetapi tidak sampai demam dan menggigil seperti teman-temannya. Karena itu, ia tidak ragu menerima dosis kedua.
”Ada rasa takut, apalagi setelah dengar ada yang meninggal. Tapi saya yakin akan aman saja karena efek (simpang) dari dosis pertama tidak terlalu parah. Saya rasa itu tergantung respons tubuh masing-masing orang,” tuturnya.
Fisella Kumajas (28), perawat di Manado, juga mengaku tidak ragu untuk menerima dosis keduanya awal Juni mendatang. Sebab, KIPI yang ia rasa juga tidak parah, hanya demam ringan dan nyeri otot, sementara teman-temannya menggigil di tengah malam.
”Memang efek (simpang) AstraZeneca ini beda sekali dengan Sinovac. Tetapi, buktinya banyak yang sudah disuntik dan baik-baik saja, baik yang muda maupun yang tua. Itu tergantung tubuh masing-masing orang. Lagi pula yang ada hanya itu. Saya yakin sudah dipastikan aman,” tuturnya.
Hingga kini, sebanyak 147.544 pelayan publik dan warga lansia dari target 367.715 orang telah menerima suntikan pertama Sinovac atau AstraZeneca. Sebanyak 73.409 di antaranya tuntas divaksin setelah menerima dosis kedua.