Libur Lebaran, Empat Anak Tenggelam di Mandailing Natal
Empat anak berusia 7-9 tahun tenggelam terseret ombak saat berlibur di Pantai Tompek, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Keempat anak itu ditemukan dalam keadaan meninggal.
Oleh
NIKSON SINAGA
·2 menit baca
PANYABUNGAN, KOMPAS — Empat anak berusia 7-9 tahun tenggelam setelah terseret ombak saat bermain di Pantai Tompek, Kecamatan Batahan, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Keempat anak itu ditemukan dalam keadaan meninggal.
”Kami meminta warga tetap waspada saat berlibur di pantai dan mengawasi anak-anak dengan ketat,” kata Camat Batahan Irsal Pariadi, Minggu (16/5/2021).
Irsal mengatakan, keempat anak itu merupakan warga Desa Pasir Putih dan Desa Sinunukan II, Kecamatan Sinunukan. Mereka berlibur ke Pantai Tompek di Kecamatan Batahan, yang berjarak 8 kilometer dari rumah mereka, Sabtu (15/5/2021).
Irsal mengatakan, empat anak itu adalah Ajian Juanda Dwi Santoso (7), warga Desa Sinunukan II; serta Pakaris Halawa (7), Karis Halawa, dan Kelsia Buelolo, warga Desa Pasir Putih, Sinunukan.
Menurut Irsal, mereka bermain di pinggir pantai saat air laut sedang pasang. Ketika anak-anak itu bermain, ombak besar pun tiba-tiba mengempas mereka. ”Keempat anak itu terseret ombak ke laut lalu tenggelam,” kata Irsal.
Beberapa saat kemudian, warga di lokasi itu pun langsung mencari mereka. Keempatnya ditemukan dan dilarikan ke puskesmas setempat. Namun, nyawa mereka tidak bisa diselamatkan. Jenazah keempat anak itu pun diserahkan ke pihak keluarga.
Pantai Tompek terletak di pesisir barat Sumatera Utara. Ombak di pantai itu pada musim tertentu sangat besar karena berhadapan langsung dengan Samudra Hindia. Pantai yang berjarak 572 kilometer dari Medan itu sejajar dengan Kota Sibolga dan Barus di sebelah utara serta Pariaman, Sumatera Barat, di sisi selatan.
Tersesat di hutan
Di Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumut, seorang guru dan enam siswa dari SMA Santo Thomas Medan tersesat di hutan saat hendak berlibur ke Permandian Air Terjun Dwi Warna, Sabtu (15/5/2021). Mereka hilang selama satu malam di hutan dan akhirnya ditemukan tim Kantor SAR Medan pada Minggu pagi dalam keadaan hipotermia ringan dan lemas.
”Ketika mereka menyusuri jalan hutan menuju Air Terjun Dwi Warna, hujan deras turun sehingga menyebabkan kabut pekat. Mereka pun akhirnya menggunakan aplikasi Google Maps dan tersesat,” kata Staf Humas Kantor SAR Medan Iman Sitorus.
Iman mengatakan, rombongan yang dipimpin seorang guru, Yansen (30), itu berangkat bersama enam siswa, yakni Marsel (17), Haduan (17), Hagai Pinem (17), Valentino (18), David (17), dan Farel (17), pada Sabtu. Mereka mulai menyusuri jalan ke air terjun sekitar pukul 11.30. Air terjun itu biasanya ditempuh dengan berjalan kaki menyusuri hutan selama 3-4 jam.
Iman mengatakan, mereka menerima laporan orang hilang itu pada Sabtu malam. Tim SAR pun langsung masuk ke hutan sekitar pukul 03.00 dan menemukan mereka pada pukul 06.58.