77 Warga Limapuluh Kota yang Hilang Diketahui Lemas di Dekat Jurang
Sebanyak 77 warga Limapuluh Kota, Sumatera Barat, dilaporkan tersesat saat mencari potensi obyek wisata baru di hutan antara Limapuluh Kota dan Agam sejak Sabtu (3/10/2020). Tim SAR masih berupaya mencari mereka.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS —Sebanyak 77 warga Limapuluh Kota, Sumatera Barat, dilaporkan hilang atau tersesat saat mencari potensi obyek wisata baru di hutan antara Limapuluh Kota dan Agam sejak Sabtu (3/10/2020). Informasi terakhir dengan tim SAR, mereka dalam kondisi lemas di dekat jurang.
Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana BPBD Agam melaporkan, informasi hilangnya rombongan tersebut diterima Minggu (4/10/2020) pukul 06.45. Tim SAR gabungan hilang kontak dengan rombongan pada pukul 09.30 dan, menurut informasi terakhir, mereka dalam keadaan lemas di sekitar jurang.
Kepala Pelaksana BPBD Agam Muhammad Lutfi, Minggu (4/9/2020) siang, mengatakan, rombongan itu merupakan warga Nagari Suayan, Kecamatan Akabiluru, Kabupaten Limapuluh Kota. Mereka ke hutan untuk mencari potensi obyek wisata baru dan sumber air pada Sabtu pagi dengan rute Nagari Suayan dan Nagari Kamang Hilia, Kecamatan Kamang Magek, Agam. Pada Minggu pagi, mereka dilaporkan hilang atau tersesat.
Lutfi melanjutkan, tim SAR gabungan sudah diturunkan untuk mencari rombongan hilang itu. Tim SAR gabungan terdiri dari anggota BPBD Agam, pihak Kecamatan Kamang Magek, Nagari Suayan, dan ketiga jorong atau kampung di nagari tersebut. Pencarian juga melibatkan personel TNI, Polri, Koordinator Pos SAR Limapuluh Kota, dan warga setempat. Ada empat kelompok tim pencarian dengan masing-masing kelompok berisi 15-30 orang.
Menurut Lutfi, awalnya ada dua rombongan yang dilaporkan hilang, yaitu rombongan pertama 14 orang dan rombongan kedua 77 orang. Rombongan pertama yang dikomandoi Wali Nagari Suayan ditemukan turun di Nagari Simarasok, Kecamatan Baso, Agam, pada Minggu pukul 07.00 dengan kondisi baik.
”Kami masih mencari rombongan kedua yang berjumlah 77 orang. Untuk saat ini, tim SAR gabungan hilang kontak dengan penyintas pada pukul 09.30 karena kondisi jaringan dan baterai ponsel habis. Informasi terakhir diterima, penyintas dalam keadaan lemah yang berada di lumbung bukit atau jurang,” kata Lutfi.
Secara terpisah, Camat Akabiluru Khris La Deva menjelaskan, kedua rombongan itu sama-sama berangkat pada Sabtu pagi. Mereka masuk ke hutan untuk mencari potensi obyek wisata baru dan sumber air di hutan antara Suayan dan Kamang Hilia. Kelompok itu berpisah menjadi dua rombongan.
”Rombongan pertama, yang di antaranya berisi wali nagari, perangkat nagari, dan wali jorong, turun duluan karena merasa tujuannya sudah tercapai. Rombongan kedua melanjutkan perjalanan untuk mencari lokasi lain,” kata Khris.
Khris melanjutkan, rombongan kedua ketiga waktu magrib tiba tersesat dan tidak tahu jalan pulang. Sementara bekal yang mereka bawa hanya cukup untuk hari itu karena tidak ada niat untuk menginap di hutan yang jarang dijamah manusia tersebut.
Kris menambahkan, saat ini tim SAR gabungan masih mencari rombongan itu. Tim pencari ada yang bergerak dari Kamang Hilia dan ada pula dari Suayan.
Koordinator Pos SAR Limapuluh Kota Robi Saputra mengatakan, pihaknya menurunkan delapan orang tim pencari pada hari Minggu ini. Tim ini bergabung dengan masyarakat untuk melakukan pencarian. ”Kami masuk dari Kamang Hilia untuk melakukan pencarian,” kata Robi.
Robi menambahkan, dari cerita peserta rombongan pertama yang sudah ditemukan, mereka mencari potensi obyek wisata seperti air terjun dan sungai. Sementara rombongan kedua mencari sungai kering atau sungai hilang yang tembus ke Kamang Hilia.