Gugus tugas mandiri di Surabaya, Jawa Timur, diharapkan berperan optimal untuk membantu aparatur terpadu menangani dan mencegah potensi ledakan kasus Covid-19.
Oleh
AMBROSIUS HARTO/AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, memaksimalkan peran gugus tugas mandiri tempat usaha, ruang publik, dan kampung tangguh semeru untuk membantu menekan risiko penularan pandemi Covid-19.
Gugus tugas mandiri adalah tim terpadu yang diharapkan mengawal penerapan protokol kesehatan dan membantu menangani warga positif Covid-19. Gugus tugas berkepentingan menjadikan wilayah pengawasan tidak menjadi kluster penularan baru atau memburuk.
Di tempat usaha misalnya pasar, pusat belanja, pertokoan, atau perkantoran, gugus tugas bisa berasal dari pegawai dan satuan pengamanan. Di ruang publik, misalnya taman, gugus tugas dari warga terdekat dibantu aparatur.
Di kampung tangguh semeru, gugus tugas adalah pengurus RT, RW, atau kelurahan, warga yang ditunjuk dan bersedia serta aparatur Polri, TNI, dan pemerintah.
”Peran gugus tugas mandiri sangat penting untuk mencegah potensi terjadinya kerumunan yang bisa memicu penularan,” kata Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Surabaya Eddy Christijanto, Sabtu (15/5/2021).
Apalagi, saat ini juga masih dalam masa larangan mudik Lebaran 6-17 Mei 2021. Kurun waktu itu juga ditambah dengan sepekan masa pengetatan mobilitas masyarakat atau sampai dengan Senin (24/5/2021).
Dalam masa itu, tim terpadu berhak memeriksa masyarakat yang melakukan perjalanan. Mereka yang dianggap tidak berkepentingan akan diminta putar balik. Situasi ini masih terjadi di perbatasan antarprovinsi dan antardaerah kabupaten/kota.
Eddy mencontohkan, larangan mudik Lebaran memicu warga Surabaya menghabiskan masa libur hari raya tersebut dengan mengunjungi ruang publik yang buka. Artinya, terjadi potensi kerumunan di obyek wisata, pusat belanja, hotel, pasar, taman.
Gugus tugas ini ada, tetapi banyak yang tidak berkegiatan sehingga perlu diingatkan kembali peran mereka. —Eddy Christijanto
Oleh karena itu, peran gugus tugas mandiri, untuk memastikan mobilitas masyarakat di dalam wilayah Surabaya tetap mematuhi protokol kesehatan, penting. Yang terutama adalah memastikan warga berpelindung diri (masker, pelindung muka dan atau sarung tangan), menjaga kebersihan tangan dengan cuci tangan di sarana yang ada atau memakai cairan penyanitasi tangan, menjaga jarak dengan orang lain, dan menghindari serta mencegah tidak menimbulkan kerumunan.
”Gugus tugas ini ada, tetapi banyak yang tidak berkegiatan sehingga perlu diingatkan kembali peran mereka,” kata Eddy. Gugus tugas berhak menegur dan melarang masyarakat yang tidak patuh protokol untuk berkegiatan, misalnya tidak masuk pusat belanja, taman, atau ruang publik. Pedoman sederhana, kapasitas ruang publik yang bisa dimasuki pengunjung maksimal 50 persen.
Di ruang publik, keterisiannya bisa dilihat dari jumlah kendaraan yang parkir ditambah pengunjung yang datang dengan angkutan umum. Jika suatu ruang publik dianggap sudah dikunjungi separuh kapasitas, gugus tugas idealnya menahan terlebih dahulu pengunjung yang datang. Pengunjung baru bisa masuk sesuai dengan jumlah yang keluar.
Pengunjung naik
Sementara itu, Perusahaan Daerah Taman Satwa Kebun Binatang Surabaya mencatat jumlah pengunjung objek wisata pada masa libur Lebaran terus naik. Pada hari pertama Lebaran atau Kamis jumlah pengunjung mencapai 2.860 orang. Pada Lebaran hari kedua, Jumat, pengunjung nyaris 5.000 orang. Sabtu ini, jumlah pengunjung diperkirakan bisa mencapai 5.000 orang.
Adapun selama dua hari Lebaran atau Kamis dan Jumat, PT Jasa Marga (Persero) Tbk mencatat hampir 30.050 kendaraan memasuki Surabaya dari arah barat atau Gerbang Tol Warugunung dan selatan atau Gerbang Tol Kejapanan. Jumlah ini turun 60 persen dari situasi normal yang mencapai 74.540 kendaraan.
Sementara distribusi lalu lintas yang masuk ke Surabaya didominasi dari arah selatan atau Malang Raya yang mencapai 58 persen atau 17.540 kendaraan. Dari barat atau Mojokerto, Jombang, dan Madiun tercatat 42 persen atau 12.500 kendaraan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat Kota Surabaya Irvan Widyanto menambahkan, tim terpadu masih menerapkan pemeriksaan kendaraan yang masuk ibu kota Jatim tersebut. Kendaraan dengan pelat bukan L (Surabaya) dan W (Sidoarjo) terpaksa diberhentikan, diperiksa kelengkapan dokumen, dan ditanya kepentingannya. Kendaraan yang dianggap berkepentingan tidak mendesak atau tujuannya mudik terpaksa diminta putar balik.
”Yang bisa masuk, kami akan teruskan ke gugus tugas kampung tangguh semeru untuk pemeriksaan lanjutan,” kata Irvan. Secara acak, tim terpadu juga mengadakan tes cepat antigen terhadap masyarakat yang masuk dan atau keluar Surabaya. Tes acak bertujuan mendapatkan gambaran apakah potensi ledakan kasus Covid-19 akan terjadi atau tidak.